Pasok Kebutuhan Energi Di Perbatasan - RI Bakal Impor Listrik dari Malaysia

NERACA

 

Jakarta – Direktur Utama PT PLN (Persero) Nur Pamudji menjelaskan bahwa pada 2015, Indonesia akan mengimpor listrik dari Serawak, Malaysia untuk memenuhi kebutuhan pasokan listrik di wilayah perbatasan antara Indonesia-Malaysia di Kalimantan. Nur mengatakan listrik yang diimpor berkapasitas 230 megawatt (MW). \"Tadi pagi kami tandatangan dengan PLN Malaysia untuk interkoneksi Kalimantan Barat-Serawak,\" ujar Nur Pamudji, di Jakarta, Kamis (13/6).

Dikatakan Nur, jaringan interkoneksi Kalimantan Barat-Serawak akan terhubung pada pertengahan tahun 2015. \"Onstream jaringannya mulai pertengahan 2015, Listrik dari Serawak sudah mulai mengalir ke Kalbar. Seluruh pendanaan proyek ini dari ADB (Asian Development bank),\" ungkap Nur.

UNtuk awalnya, listrik yang diimpor adalah 50 MW dan kapasitasnya akan terus naik menjadi 230 MW. Harga listrik impor dari Serawak ke Kalbar mencapai 9 sen per kWH. \"Harga listriknya 9 sen per kWH, harga ini hampir sama dengan harga listrik dari pembangkit listrik batubara (PLTU). PLTU kapasitas kecil kan harganya juga sekitar 9 sen per kWH, PLTU itu makin lama (kapasitasnya) makin kecil. Listrik dari Serawak sendiri berasal dari pembangkit listrik air, tapi transmisinya jauh sekali, airnya dari Bakun,\" tandasnya.

Tidak hanya impor saja yang dilakukan oleh Indonesia. Namun pada 2017, Indonesia berkomitmen untuk melakukan ekspor ke Malaysia yaitu daerah Semenanjung Malaysia dengan kapasitas 2x60 MW. Nantinya listrik akan dikirimkan dari wilayah Sumatera. \"Kalau kita ekspor listrik itu untuk yang di Sumatera ke Semenanjung Malaysia. Itu pada 2017,\" lanjutnya.

Dikatakan Nur, antara impor listrik dan ekspor listrik ke Malaysia bentuk perjanjiannya berbeda. \"Perjanjian ini berbeda dengan yang di Serawak, karena lokasinya juga berbeda, yang di Serawak dengan Serawak Electricity Board, sedangkan yang ekspor ke Semenanjung kerjasama dengan Tenaga Nasional Berhad (TNB). Di Malaysia kan ada 3 perusahaan listrik, TNBm Serawak dan Sabah,\" ujar Nur.

Kontrak impor listrik dengan Malaysia ini akan berlangsung dari 2015 sampai 2020. Namun jika kontrak habis, impor listrik oleh PLN dari Malaysia juga bisa dilanjutkan. Jual-beli listrik antar negara ini menurut Nur Pamudji merupakan hal yang lumrah dilakukan. \"Israel dan Palestina saja interkoneksi (listriknya) padahal perang,\" ujar Nur.

Berdasarkan data PLN, impor listrik dari Serawak ke Kalimantan Barat akan dimulai pada 2015 dengan daya sebesar 230 MW, sedangkan ekspor listrik dari Sumatera ke Semenanjung dimulai pada 2017 dengan daya sebesar 2 x 600 MW atau total 1.200 MW.

Gelap Gulita

Disaat Indonesia akan melakukan ekspor listrik ke negara tetangga, namun menurut Direktur Operasi Jawa-Bali PT PLN (Persero), Ngurah Adyana masih ada 10.211 desa yang gelap gulita saat malam hari, desa-desa tersebut sampai hari ini belum mendapatkan pasokan listrik dari PLN. Jumlah itu kurang lebih 13% dari total seluruh desa di Indonesia yang mencapai 72.944 desa/kelurahan hingga akhir 2012. \"Masih ada 10.211 desa yang sampai saat ini belum teraliri listrik,\" kata Direktur Operasi Jawa-Bali PT PLN (Persero), Ngurah Adyana.

Dari 10.211 Desa yang belum terlistriki tersebut, sebanyak 401 desa berada di Jawa-Bali. Ia menjelaskan belum teraliri listrik sebanyak 10.211 desa tersebut karena ada beberapa faktor. \"Ada dua faktor yang sebabkan 10.211 desa tersebut belum dilistriki, pertama karena lokasi desanya yang terpencar-pencar hingga ke pelosok dan karena kurangnya dana PLN untuk menambah infrastruktur,\" tandasnya.

Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri jumlah desa pada tahun 2001 mencapai 61.561 desa, terus bertambah hingga tahun 2012 menjadi 72.944 desa.

Harus Mandiri

Anggota Komisi VII DPR Satya W. Yudha mengatakan daerah yang kaya sumber energi seharusnya bisa mandiri untuk memenuhi kebutuhan listriknya sendiri. Menanggapi rencana PLN membeli listrik dari Malaysia untuk memenuhi kebutuhan di Kalimantan, Satya meminta PLN dan pemerintah membenahi sumber daya energi regional untuk pembangkit listrik. \"Kalimantan yang kaya akan gas dan batu bara sebaiknya memakai sumber dayanya secara secara maksimum untuk peningkatan elektrifikasi di sana,\" kata Satya.

Satya mengatakan impor listrik seperti yang direncanakan PLN bisa mempengaruhi ketahanan energi nasional. Karena itu, pemerintah perlu mengimbangi dengan mengembangkan penggunaan energi primer yang tersedia di daerah tertentu. \"Apalagi mengingat sering ada ketegangan dalam hubungan Indonesia dengan Malaysia,\" kata Satya.

Satya mengatakan saat ini DPR telah menyetujui PLN mengambil keuntungan 7 persen dari penjualan listriknya jkepada publik. Satya mengharapkan dana ini dapat digunakan untuk menambah jaringan listrik di pelosok-pelosok.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…