Akhir Pekan, Aksi Jual Investor Belum Berhenti

NERACA

Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham Kamis kemarin, indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali ditutup terkoreksi amblas 90,221 poin (1,92%) ke level 4.607,663. Sementara Indeks LQ45 ditutup menukik 18,032 poin (2,32%) ke level 759,495. Derasnya tekanan jual yang dilakukan investor asing menjadi pemicunya, disampung itu pada perdagangan kemarin tak satu pun indeks sektoral yang berhasil keluar dari zona merah.

Analis Panin Sekuritas, Purwoko Sartono mengatakan, pelemahan IHSG belum berhenti dan terus diserbu aksi jual, “IHSG BEI kembali ditutup melemah. Kami melihat berlanjutnya aksi jual investor menjadi katalis negatif bagi pergerakan bursa saham,”ujarnya di Jakarta, Kamis (13/6).

Menurut dia, kekhawatiran terhadap pengurangan stimulus oleh The Fed, menjadi salah satu alasan untuk menarik investasi di pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia.

Dia menambahkan, pengumuman kenaikan suku bunga BI Rate juga belum direspon positif oleh pasar, meski diantisipasi akan membantu rupiah keluar dari tekanan dolar AS, “Investor lebih khawatir akan dampak kenaikan bunga terhadap saham yang sensitif terhadap bunga seperti sektor properti yang sebelumnya sejak tahun lalu menjadi salah satu sektor yang \'outperform\' indeks BEI,”tandasnya.

Karena itu, dirinya memproyeksikan indeks BEI Jum’at akhir pekan masih berada dalam tekanan jual. Selama investor asing masih melakukan aksi jual, akan sulit indeks BEI bergerak kembali menguat.

Pada perdagangan kemarin, saham-saham unggulan berbasis konsumer jadi target aksi jual paling banyak, begitu juga saham-saham lapis dua di sektor aneka industri. Beberapa investor domestik ada yang lakukan aksi beli. Asing kembali mendominasi aksi jual.

Transaksi pemodal asing tercatat melakukan penjualan bersih (foreign net sell) senilai Rp 1,358 triliun di pasar reguler dan negosiasi. Perdagangan berjalan sangat ramai dengan frekuensi transaksi mencapai 198.869 kali pada volume 7,005 miliar lembar saham senilai Rp 11,13 triliun. Sebanyak 75 saham naik, sisanya 218 saham turun, dan 54 saham stagnan.

Seluruh pasar saham di Asia sama sekali tidak menyentuh zona hijau hingga penutupan perdagangan. Pasar saham Jepang terjun bebas lebih dari enam persen setelah nilai tukar yen menguat tinggi terhadap dolar AS.

Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers di antaranya Taisho (SQBI) naik Rp 53.000 ke Rp 318.000, Tembaga Mulia (TBMS) naik Rp 1.500 ke Rp 9.800, Gowa Makassar (GWTD) naik Rp 1.450 ke Rp 8.700, dan Indocement (INTP) naik Rp 1.000 ke Rp 22.800.

Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Delta Jakarta (DLTA) turun Rp 5.000 ke Rp 345.000, Unilever (UNVR) turun Rp 1.650 ke Rp 27.800, Gudang Garam (GGRM) turun Rp 1.450 ke Rp 47.500, dan Lippo Cikarang (LPCK) turun Rp 650 ke Rp 8.100.

Perdagangan sesi I, indeks BEI masih ditutup melemah 79,898 poin (1,70%) ke level 4.617,986. Sementara Indeks LQ45 anjlok 15,849 poin (2,04%) ke level 761,678. Perdagangan berjalan cukup ramai dengan frekuensi transaksi mencapai 102.911 kali pada volume 2,594 miliar lembar saham senilai Rp 3,953 triliun. Sebanyak 53 saham naik, sisanya 205 saham turun, dan 57 saham stagnan.

Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers di antaranya Mayora (MYOR) naik Rp 1.000 ke Rp 31.400, Gowa Makassar (GWTD) naik Rp 750 ke Rp 8.000, Telkom (TLKM) naik Rp 300 ke Rp 10.600, dan Indocement (INTP) naik Rp 300 ke Rp 22.100.

Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain HM Sampoerna (HMSP) turun Rp 2.500 ke Rp 80.000, Astra Agro (AALI) turun Rp 1.100 ke Rp 19.850, Unilever (UNVR) turun Rp 1.000 ke Rp 28.450, dan Gudang Garam (GGRM) turun Rp 1.000 ke Rp 47.950.

Diawal perdagangan, indeks BEI dibuka turun 59,97 poin atau 1,28% ke posisi 4.637,91, sementara indeks 45 saham unggulan (LQ45) melemah 23,09 poin (2,97%) ke level 754,44, “Potensi aksi ambil untung pada saham-saham yang menguat signifikan kemarin seperti Semen Gresik (SMGR), Wijaya Karya (WIKA), Unilever (UNVR) dan Astra International (ASII) masih ada sehingga berimbas pada IHSG BEI,\" kata analis Samuel Sekuritas, Benedictus Agung.

Dia menambahkan, pelemahan saham-saham domestik seiring dengan tekanan yang terjadi pada bursa global setelah Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia di 2013 dari 2,4% menjadi hanya 2,2%, lebih rendah dari pertumbuhan di 2012 yang mencapai 2,3%.

Hal senada juga disampaikan analis HD Capital, Yuganur Wijanarko,indeks BEI yang sempat menguat pada Rabu kemarin itu masih memiliki momentum penurunan. Meski demikian, lanjut dia, investor masih dapat mengakumulasi saham-saham yang sudah masuk dalam area jenuh jual (oversold).

Bursa regional, di antaranya indeks Hang Seng dibuka melemah 640,54 poin (3,00%) ke level 20.714,12, indeks Nikkei-225 turun 752,84 poin (5,56%) ke level 12.550,89, dan Straits Times melemah 50,10 poin (1,59%) ke posisi 3.103,25. (bani)

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…