BTPN Bidik Segmen Mass Market - Uji Coba Branchless Banking 6 Bulan

NERACA

Jakarta - Senior Vice President PT Bank Tabungan Pensiunan Negara Tbk, Donny Prasetya, menuturkan kalau pihaknya mendukung inklusi keuangan (financial inclusion) dengan membidik layanan mass market untuk uji coba layanan branchless banking atau kantor tanpa cabang fisik. “Program ini bisa mengurangi peredaran uang receh, karena yang (uang) logam itu biaya pembuatannya relatif mahal,” ujar dia di Jakarta, Rabu (12/6). Lebih lanjut Donny menjelaskan, untuk membangun infrastruktur, BTPN menggelontorkan dana untuk membangun kantor cabang virtual ini sebesar US$2,3 juta atau sekitar Rp22,5 miliar. Pasalnya hingga saat ini, perseroan hanya memiliki 30 anjungan tunai mandiri (ATM) namun tidak memiliki electronic data capture (EDC).

Menurut dia, investasi ATM terbilang mahal, dikisaran US$6 ribu hingga US$9 ribu per mesin. Selanjutnya untuk EDC, Donny memperkirakan US$700 per unit. Terlebih untuk membangun sebuah kantor cabang, perbankan harus mengeluarkan sampai miliaran rupiah. Donny pun menilai, investasi di branchless banking ini merupakan pilihan yang tepat, karena BTPN dapat menghemat dana untuk pembukaan kantor cabang.

Target utama BTPN merupakan segmen mass market. Donny mengatakan program ini akan berhasil apabila telah berhasil menjaring banyak nasabah. BTPN menggunakan ponsel dan agen untuk layanan branchless banking. “Jadi, nasabah bisa melakukan transaksi dengan mudah melalui telepon genggam. Namun untuk penyetoran atau penarikan tunai, nasabah harus menemui agen,” tambahnya. Donny menjelaskan uji coba ini berlangsung selama enam bulan dari Mei hingga November 2013. Dua kota yang dibidik adalah Bogor, Jawa Barat dan Denpasar, Bali. “Di Bogor, BTPN akan masuk ke Kecamatan Dramaga, Ciampea, dan Cibungbulan. Lalu Denpasar, BTPN mengincar nasabah di Kecamatan Perkutatan, Mendoyo, dan Penebel,” imbuhnya.

Untuk tahap awal, uji coba ini BTPN menargetkan memiliki 60 agen, yakni 40 agen dari Bogor dan 20 agen dari Denpasar. Dalam satu bulan pelaksanaan uji coba, BTPN berhasil menjaring tujuh agen dari Bogor, sedangkan untuk Denpasar belum ada agen satu pun. Warga yang ingin menjadi agen diberikan persyaratan yang tidak terlalu sulit, dia hanya perlu memiliki dana awal minimal Rp750 ribu, sehingga dana ini akan dijadikan modal. Kemudian warga juga harus memiliki bisnis yang telah berjalan minimal dua tahun. Agen-agen branchless banking ini akan mendapatkan keuntungan, karena setiap nasabah yang melakukan transaksi akan dikenakan biaya Rp2 ribu. “Setengah dari jumlah itu adalah hak agen, ini bisa jadi tambahan untuk mereka,” tutur Donny. [sylke]

BERITA TERKAIT

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…

BERITA LAINNYA DI

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…