Tekanan Global Lebih Kuat Dari Kinerja Emiten - ADU KEKUATAN SENTIMEN IHSG

NERACA

Jakarta – Selama sebulan ini, perusahaan yang listing di pasar modal tengah disibukkan memberikan laporan kinerja kuangan tahunan dan juga menyampaikan aksi korporasinya ke depan dalam agenda rutin Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST).

Namun ironisnya, banyaknya laporan kinerja perusahaan yang menyampaikan positif belum mampu meredakan fluktuasinya pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI).

Menurut analis pasar modal dari NISP Sekuritas, Sigit P. Wiryadi, apa yang disampaikan emiten dalam laporan kinerja dan paparan publiknya belum seutuhnya mendongkrak indeks BEI lebih nyaman di area positif. “Apa yang disampaikan emiten tentang aksi korporasinya belum mampu menyelamatkan indeks dari tekanan,”katanya kepada Neraca di Jakarta, Kamis (23/6).

Menurut dia, indeks saham di pasar modal dalam negeri masih dipengaruhi kuat sentimen negatif bursa global. Khususnya terkait krisis Yunani dan juga keterlambatan pemulihan ekonomi Amerika.

Kendatipun demikian, sentimen global tidak perlu ditakuti untuk berinvestasi dalam mengoleksi saham-saham yang memiliki kinerja yang baik. Pasalnya, kinerja dan perusahaan yang memiliki performance baik masih sangat menjanjikan untuk berinvestasi long term (jangka panjang).

Melihat besarnya pengaruh global, dia memprediksikan pergerakan indeks dalam sepekan masih akan berada di level 3.600 sampai dengan 3.900.

Sebagaimana diketahui, indeks Kamis pagi dibuka terkoreksi 6,42 poin setelah mengalami penguatan selama tiga hari. IHSG dibuka turun 0,17% ke posisi 3.815,41, sementara indeks 45 saham unggulan (LQ45) juga turun 1,66 poin atau 0,25% ke posisi 674,22 poin.

Menurut analis Batavia Prosperindo, Billy Budiman, pelemahan IHSG didorong oleh tertekannya bursa global sehingga memicu pelaku pasar memanfaatkan kesempatan negatif ini untuk melakukan ambil untung. "IHSG bergerak melemah karena bursa eropa mulai melemah pada perdagangan kemarin,”ujarnya.

Analis Samuel Sekuritas Christine Salim menambahkan, bursa Asia Kamis pagi dibuka terkoreksi memfaktorkan statement bank sentral AS yang menyatakan perekonomian AS masih tumbuh dengan lambat.

Saking kuatnya pengaruh global, indeks belum mampu beranjak dizona merah pada perdagangan sesi I kemarin. Namun mengakhiri perdagangan, IHSG pada akhirnya mampu keluar dari zona merah dan itupun hanya mencatatkan penguatan tipis 0,05% ke posisi 3.823,65 dan Indeks 45 saham unggulan (LQ45) juga naik tipis 0,87 poin atau 0,13% ke posisi 676,75 poin.

Disampaikan analis Millenium Danatama Sekuritas Abidin, penguatan indeks berkat ditopang saham sektor industri dan konsumsi."Akibat kekhawatiran perlambatan ekonomi global, akhirnya IHSG pada perdagangan Kamis ditutup naik tipis hanya 1,82 poin,"kata Abidin.

Abidin menambahkan, pelaku pasar asing masih masuk ke pasar saham dalam negeri karena dipicu oleh harga saham BEI yang masih dalam posisi jenuh jual (oversold). Ini menjadi alasan investor asing mengambil posisi beli.

Menurut data perdagangan saham BEI, investor asing membukukan pembelian bersih (foreign net buy) senilai Rp696,32miliar. Hal senada dengan Sigit, analis dari Bank Saudara Rully Nova juga mengatakan, lambatnya pemulihan ekonomi global merupakan moment tepat untuk masuk dan berinvestasi di pasar modal.

Alasannya, kondisi ini diyakini akan memberikan dampak positif bagi pasar modal dalam negeri. Pasalnya, kondisi tersebut bakal memicu arus modal asing (capital inflow) masuk secara deras ke BEI. “Masuknya arus modal asing yang cukup besar diharapkan akan dapat membuka lapangan kerja baru dan mendorong ekonomi tumbuh lebih tinggi lagi,”ujar Rully.

Dia memprediksikan, ekonomi nasional akan tumbuh lebih besar, karena pelaku asing terutama dari Amerika Serikat dan Eropa cenderung menginvestasikan dananya di pasar domestik. Asal tahu saja, pelaku pasar asing hanya mencari keuntungan yang lebih besar terutama di pasar Indonesia yang mematok suku bunga rupiah mencapai 6,75%.

Oleh karena itu, peluang ekonomi nasional tumbuh lebih besar memang sangat besar dan apalagi krisis keuangan di Yunani yang makin parah menimbulkan kekhawatiran bagi asing untuk menginvestasikan dananya di sana. "Kami optimis ekonomi nasional akan makin tumbuh lebih baik, asalkan pemerintah juga melakukan kebijakan yang mendorong pelaku asing betah bermain di pasar domestik," ujarnya.

Menurut Rully, Indonesia masih menjadi pasar potensial yang memberikan keuntungan lebih baik ketimbang negara lain. Karena itu pemerintah harus dapat memanfaatkan masuknya dana asing ke pasar dengan melakukan berbagai kebijakan yang mendorong investasi makin besar. iwan/ardi/bani

BERITA TERKAIT

MENAKER IDA FAUZIYAH: - Kaji Regulasi Perlindungan Ojol dan Kurir

Jakarta-Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah akan mengkaji regulasi tentang perlindungan bagi ojek online (ojol) hingga kurir paket, termasuk mencakup pemberian tunjangan…

TRANSISI EBT: - Sejumlah Negara di Asteng Alami Kemunduran

Jakarta-Inflasi hijau (greenflation) menyebabkan sejumlah negara di Asia Tenggara (Asteng), termasuk Indonesia, Malaysia, dan Vietnam mengalami kemunduran dalam transisi energi…

RENCANA KENAIKAN PPN 12 PERSEN PADA 2025: - Presiden Jokowi akan Pertimbangkan Kembali

Jakarta-Presiden Jokowi disebut-sebut akan mempertimbangkan kembali rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Sebelumnya, Ketua Umum…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MENAKER IDA FAUZIYAH: - Kaji Regulasi Perlindungan Ojol dan Kurir

Jakarta-Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah akan mengkaji regulasi tentang perlindungan bagi ojek online (ojol) hingga kurir paket, termasuk mencakup pemberian tunjangan…

TRANSISI EBT: - Sejumlah Negara di Asteng Alami Kemunduran

Jakarta-Inflasi hijau (greenflation) menyebabkan sejumlah negara di Asia Tenggara (Asteng), termasuk Indonesia, Malaysia, dan Vietnam mengalami kemunduran dalam transisi energi…

RENCANA KENAIKAN PPN 12 PERSEN PADA 2025: - Presiden Jokowi akan Pertimbangkan Kembali

Jakarta-Presiden Jokowi disebut-sebut akan mempertimbangkan kembali rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Sebelumnya, Ketua Umum…