NERACA
Jakarta-PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT) akan mengakuisisi lahan pertambangan batu bara di Kalimantan Timur pada tahun ini dengan nilai investasi sebesar US$30 juta. Langkah ini dimaksudkan untuk mendukung produksi batu bara perseroan yang ditargetkan sekitar 5,5 juta ton per tahun dalam waktu empat tahun ke depan. “Tahun ini akan akusisi lahan baru, dengan kriteria cadangan batu baranya sekitar 30 juta ton.” kata Direktur Utama PT Golden Eagle Energy Tbk, Hendra Surya di Jakarta, Senin (3/6).
Menurutnya, perusahaan menginvestasikan dana sebesar US$30 juta dengan perkiraan harga akuisisi maksimal sebesar US$1 per ton. Sebagian besar dana tersebut diperoleh dari pinjaman perbankan dibanding kas internal perseroan. Namun sayang, untuk saat ini perseroan belum dapat menyebutkan secara rinci terkait lokasi dan lahan yang akan diakuisisi tersebut. “Saat ini kami sudah berbicara dengan beberapa pihak. Yang jelas lokasinya tidak jauh dari lokasi tambang kami, itu di Kalimantan Timur.” jelasnya.
Disebutkan Hendra, untuk mendukung kinerja perseroan, dana belanja modal yang dianggarkan dalam lima tahun ke depan yaitu sebesar US$42 juta. Komposisinya, sebesar US$30 juta dari dana tersebut bersumber dari pinjaman perbankan dan sebesar US$11 juta-US$12 juta diambil dari kas internal. Hingga kuartal pertama ini, pihaknya mencatat telah menggunakan dana belanja modal sebesar US$2 juta.
Target Produksi
Penggunaan dana belanja modal tersebut, kata dia, akan lebih banyak dialokasikan untuk anak usahanya, PT Triaryani. Salah satunya, untuk mendukung pembangunan pabrik dan alat berat untuk produksi batu bara. Ditargetkan, perseroan dapat memproduksi 5,5 juta ton per tahun dalam waktu empat tahun ke depan.
Pihaknya mencatat, dalam waktu 1-2 tahun, penjualan batu bara yang dimiliki Triaryani dengan pihak pembeli bertumbuh cukup signifikan. Terlebih dengan cadangan Triaryani yang masih dapat ditingkatkan melalu eksplorasi tambahan.
Seperti diketahui, anak usaha PT Golden Eagle Energy ini telah mendapatkan kredit dari PT Bank Permata Tbk (BNLI) senilai US$35,05 juta. Pinjaman tersebut akan digunakan untuk membiayai pembangunan proyek pengembangan tambang PT Triaryani, termasuk akuisisi lahan tambang. Selain itu juga untuk mendukung pembangunan dan infrastruktur jalan dan tambang, serta jembatan dari lokasi tambang menuju pelabuhan.
Jaminan dalam pinjaman tersebut yaitu penjaminan yang diberikan perseroan proporsional sebatas kepemilikan efektif perseroan pada PT Triaryani yang merupakan anak usaha perseroan secara tidak langsung dengan kepemilikan efektif mendekati 85%.
Sementara itu, dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada tahun ini, perseroan tidak mengagendakan pembagian dividen kepada pemegang saham. Padahal, pada tahun 2012, perseroan mencatatkan pendapatan sebesar Rp24,003 miliar dan laba bersih sebesar Rp16,14 miliar. Alasannya, perseroan masih akan fokus dalam pengembangan bisnis batu bara. “Tidak ada agenda pembagian deviden, kan kita baru berubah bisnis dari makanan ke batu bara,” kata Direktur Keuangan PT Golden Eagle Energy Tbk, Abed Nego. (lia)
Pameran virtual pertama Astra Financial, Tumbuh by Astra Financial yang digelar dua pekan mencatatkan lebih dari 2,5 juta kunjungan konsumen.…
Budaya mudik di Indonesia jelang libur lebaran selalu menyisakan masalah, khususnya potensi lonjakan volume kendaraan dan angka kecelakaan. Maka tak…
Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan transparansi dalam pengadaan barang, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) bekerjasama dengan PT Telkom Indonesia…
Pameran virtual pertama Astra Financial, Tumbuh by Astra Financial yang digelar dua pekan mencatatkan lebih dari 2,5 juta kunjungan konsumen.…
Budaya mudik di Indonesia jelang libur lebaran selalu menyisakan masalah, khususnya potensi lonjakan volume kendaraan dan angka kecelakaan. Maka tak…
Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan transparansi dalam pengadaan barang, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) bekerjasama dengan PT Telkom Indonesia…