Tarif Ekspor CPO Turun Jadi 10% - RI Siap Ladeni Malaysia di Pasar Sawit Dunia

 

NERACA

 

Jakarta -  Pemerintah optimistis Indonesia bisa kembali bersaing dengan Malaysia dalam perdagangan minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) ke Pakistan. Keyakinan ini muncul usai adanya penurunan tarif ekspor dari 20% menjadi 10%. Catatan Kementerian Perdagangan (Kemendag) menunjukan, ekspor CPO Indonesia pada 2012 kalah telak dari Malaysia.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kemendag, Gusmardi Bustami, menyebutkan, ekspor CPO Indonesia turun dari US$ 900 juta pada 2011 menjadi US$400 juta setahun setelahnya akibat perbedaan tarif dengan Malaysia. \"Jadi, kami sudah selesaikan itu (soal tarif ekspor). Sekarang tinggal berharap bisa diimplementasikan,\" ungkapnya, Rabu (22/5).

Untuk dapat mengimplementasikan kesepakatan dagang antara Indonesia dan Pakistan, Kemendag mengaku perlunya country recognition agreeement yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian (Kementan). \"Kalau Kementan nggak mengeluarkan, ini tidak bisa diimplementasikan. Kalau tidak diimplementasikan, CPO bisa tersandera lagi,\" imbuh Gusmardi.

Dengan diturunkannya tarif impor komoditas CPO, surplus non migas Indonesia diprediksikan bakal kembali meningkat dari sebelumnya US$3,9 miliar menjadi US$4-5 miliar. \"Surplus US$ 1,4miliar-1,5 miliar sudah di depan mata kita,\" tukas Gusmardi.

Sementara itu, Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Gamal Nasir mengaku optimis target produksi minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) bisa tercapai meskipun perluasan lahan terhambat. Pada Mei 2013, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memperpanjang moratorium pemberian izin baru pemanfaatan hutan alam primer dan lahan gambut hingga 2015.

Gamal mengatakan tanpa pembukaan lahan baru, Indonesia masih bisa meningkatkan produksi CPO dari lahan yang ada saat ini. Di antaranya dengan mengoptimalkan pemanfaatan lahan-lahan tidur.\"Dari segi lahan sebetulnya masih banyak izin lama yang belum semua ditanami. Dari data Badan Pertanahan Nasional juga masih banyak lahan terlantar,\" kata Gamal.

Selain memanfaatkan lahan yang belum ditanami, Gamal mengatakan pemerintah akan mendorong peningkatan produktivitas lahan. Kementerian mencatat pada 2012 produktivitas lahan sawit baru sekitar 3,57 ton per hektare.\"Ada lebih dari 3 juta hektare perkebunan sawit rakyat, ini bisa ditanami lagi dengan bibit baru yang berkualitas dan dibina supaya produksi meningkat,\" kata Gamal.

Tingkatkan Produksi

Sebelumnya Kementerian Pertanian menargetkan produktivitas CPO bisa mencapai 9,1 juta ton per hektare pada 2025. Angka ini dengan produksi tandan buah segar sawit 35 ton per hektare dan rendemen 26 persen. Pada 2012, Indonesia memproduksi 26,5 juta ton sementara ekspor CPO dan produk turunanya mencapai 18,14 juta ton. Pada tahun ini produksi CPO diperkirakan bisa mencapai 28 juta ton. Akan tetapi menurut data gabungan pengusaha kelapa sawit Indonesia,(Gapki)  triwulan pertama tahun 2013 pasar minyak sawit mentah (CPO) dan turunannya masih lesu dan harga CPO juga masih pada tingkat volatilitas tinggi dengan harga kisaran US$ 810 (Januari), US$ 885 (Februari)  dan US$ 870 (Maret) per metrik ton.

Ekspor CPO dan turunannya pada bulan Maret ini adalah 1,7 juta ton terus mengalami penurunan sejak Januari, yaitu dari 2,05 juta ton (Januari) menjadi 1,92 juta ton (Februari) atau turun sebesar 14% sejak Januari. Hal ini juga disebabkan oleh kecenderungan turunnya produksi pada triwulan pertama tahun ini. Yang harus menjadi perhatian adalah, di saat volume ekspor yang mengalami kecenderungan turun, namun harga di pasar International belum menunjukkan tren kenaikan yang signifikan.

Negara tujuan ekspor CPO dan turunannya masih didominasi oleh India dengan volume mencapai 779 ribu ton atau 38% dari total keseluruhan ekspor CPO Indonesia pada bulan Januari 2013. Pada bulan Februari, angka permintaan CPO India merosot ke 653 ribu ton atau sekitar 34% dari total volume ekspor. Sementara pada Maret ekspor ke negara Bollywood ini melorot lagi ke 416 ribu ton atau 24.4% dari keseluruhan ekspor CPO Indonesia.

Seperti yang dicatat total volume ekspor CPO dan turunannya ke India selama triwulan pertama 2013 adalah 1,85 juta ton atau naik 22,5% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 1,43 juta ton. India masih tetap menjadi pengimpor terbesar CPO dari Indonesia.

Naiknya volume ekspor ke India dipengaruhi harga CPO dunia yang melorot, sehingga para pedagang mengadakan aksi pembelian yang cukup masif meski di tengah penguatan mata uang dollar AS, hal ini juga dipicu oleh adanya isu akan diberlakukannya kenaikan pajak impor CPO dan kedelai dari 2,5% saat ini.

BERITA TERKAIT

Pelaku Transhipment Dari Kapal Asing Ditangkap - CEGAH ILLEGAL FISHING

NERACA Tual – Kapal Pengawas Orca 06 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengamankan Kapal Pengangkut Ikan asal Indonesia yang…

Puluhan Ton Tuna Loin Beku Rutin Di Ekspor ke Vietnam

NERACA Morotai – Karantina Maluku Utara kembali memfasilitasi ekspor tuna loin beku sebanyak 25 ton tujuan Vietnam melalui Satuan Pelayanan…

Libur Lebaran Dorong Industri Parekraf dan UMKM

NERACA Jakarta – Tingginya pergerakan masyarakat saat momen mudik dan libur lebaran tahun ini memberikan dampak yang besar terhadap industri…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Pelaku Transhipment Dari Kapal Asing Ditangkap - CEGAH ILLEGAL FISHING

NERACA Tual – Kapal Pengawas Orca 06 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengamankan Kapal Pengangkut Ikan asal Indonesia yang…

Puluhan Ton Tuna Loin Beku Rutin Di Ekspor ke Vietnam

NERACA Morotai – Karantina Maluku Utara kembali memfasilitasi ekspor tuna loin beku sebanyak 25 ton tujuan Vietnam melalui Satuan Pelayanan…

Libur Lebaran Dorong Industri Parekraf dan UMKM

NERACA Jakarta – Tingginya pergerakan masyarakat saat momen mudik dan libur lebaran tahun ini memberikan dampak yang besar terhadap industri…