Industri Lokal Belum Mampu Produksi - 90% Mesin Perkakas Masih Impor

NERACA

 

Jakarta - Wakil Menteri Perindustrian, Alex S.W Retraubun, mengatakan ketergantungan industri mesin Indonesia khususnya mesin perkakas dan mesin pengerjaan logam pada produk impor tidak bisa ditekan. Hal ini disebabkan Indonesia masih belum mampu memproduksi jenis mesin ini.

\"Bagaimana kita mau menekan impor kalau kita sendiri belum bisa bikin, mana mungkin kita menekan impor,\" katanya saat acara pameran International Metalworking Technology & Machine Tools Exhibition di Jakarta, Rabu (22/5).

Menurut dia, sebanyak 90 % mesin di Indonesia masih diimpor. Indonesia banyak mengimpor mesin jenis ini dari Taiwan dan Jepang. Alex menilai Indonesia masih belum mampu memproduksi mesin perkakas dan mesin pengerjaan logam dalam waktu dekat. \"Masih jauh, Indonesia masih membutuhkan waktu agar bisa memproduksi sendiri mesin-mesin ini,\" katanya. Alex tidak mengelaborasi kapan Indonesia siapp memproduksi mesin perkakas.   

Alex menilai pemerintah harus memberikan insentif jika ingin mengembangkan industri barang modal. Pemberian insentif, kata Alex, bisa mempercepat pertumbuhan industri dalam negeri. Jika industri dalam negeri sudah siap, Alex yakin industri mesin Indonesia bisa ikut bersaing khususnya menghadapi pasar bebas Asean.

Seluruh kementerian terkait, kata Alex, kini tengah mempersiapkan langkah-langkah yang dibutuhkan pelaku industri agar bisa mengantisipasi Masyarakat Ekonomi Asean yang akan dimulai pada 2015. \"Semua kementerian tengah mempersiapkan bagaimana mengantisipasi MEE. Tahun ini semoga bisa selesai,\" katanya.

Untuk mendorong pengembangan industri mesin dalam negeri, hari ini diadakan pameran mesin perjajas dan pengerjaan logam (MTT Expo) di JI Expo, Kemayoran. Pameran berlangsung dari 22-25 Mei, mulai jam 10:30-18:30. Sebanyak 25 negara turut serta dalam pameran ini. Pameran ini menyajikan mesin-mesin pengerjaan logam yang dibutuhkan industri perkapalan, kendaraan bermotor, perminyakan dan gas. Pameran ini juga menawarkan perkakas untuk membentuk logam menjadi komponen dan suku cadang industri elektronik.

\"Pameran seperti ini akan mendorong orang datang. Kemudian investor akan datang melihat dan dari situ ia akan tergerak untuk datang berinvestasi di bidang industri ini,\" katanya.

Kerjasama Investasi

Dalam kesempatan yang sama, Alex juga mengungkap Pemerintah mengharapkan kerjasama antara pelaku industri barang modal akan meningkatkan investasi di dalam negeri dan menjadi negara industri yang kuat.

“Pembangunan industri barang modal nasional merupakan prioritas utama pemerintah dalam rangka mencapai kemandirian bangsa untuk menjadi negara industri baru. Indonesia menargetkan menjadi negara industri baru pada 2025 melalui industri agro, industri alat transportasi, dan industri telematika sebagai andalan masa depan”, kata alex.

Pengembangan industri barang modal, menurut Alex, perlu dilakukan dengan strategi yang tepat melalui empat aspek, yaitu technoware (penguasaan teknologi), humanware (peningkatakn kompetensi sumber daya manusia), infoware (pembangunan system informasi dalam mendukung proses manajemen), dan orgaware (penyiapan sistem kelembagaan dan organisasi).

“Keempat aspek ini sangat diperlukan dalam proses manajemen teknologi industri barang modal agar bekembang secara terarah sehingga mampu meningkatkan nilai tambah,” paparnya.

pameran tersebut sangat strategis bagi bangsa Indonesia karena MTT Expo 2013 menghadirkan produsen mesin dari berbagai negara, seperti Singapura, Malaysia, China, Korea, Taiwan, serta Jepang.

\"Industri mesin di Indonesia tidak sebagus Taiwan, Jepang, sehingga dengan pameran ini kami bisa belajar,\" kata Alex.Pameran yang diikuti 25 negara di dunia tersebut, menampilkan mesin-mesin pengerjaan logam berukuran raksasa yang dibutuhkan bagi industri perkapalan, kendaraan bermotor, minyak dan gas.

\"Pameran MTT Expo 2013 tahun ini berbeda dari pameran sebelumnya. Pameran kali ini menampilkan produk berkualitas, dan bermerek,\" kata Presiden Director PT ECMI, Indra Putra sambil menambahkan pameran ini berfokus pada kualitas dan produktivitas industri.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…