Jangan Terkecoh Perhitungan Saham Murah

NERACA

Jakarta- Momentum pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dinilai dapat dimanfaatkan oleh investor untuk berburu saham-saham bervaluasi rendah. Pasalnya, pada saat pasar mengalami penguatan, saham-saham tersebut diharapkan ikut mengalami kenaikan.

Namun, pelaku pasar perlu mencermati perhitungan saham-saham dalam kategori \'murah\' sehingga berprospek dan dapat memberikan keuntungan yang menarik. “Saat ini saham-saham yang masih mengalami konsolidasi cukup menarik. Diharapkan pada saat pasar mengalami penguatan (rebound), harga saham tersebut ikut terangkat naik.” kata Kepala Riset dari Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Senin (20/5).

Menurutnya, untuk mengakumulasi saham murah, pelaku pasar perlu mencermati perhitungan yang digunakan untuk mengukur seberapa layak saham tersebut dibeli. Sejauh ini, sebagian besar investor memperhitungkan harga saham dari sisi Price to Earning Ratio (PER) atau perbandingan antara harga saham dengan laba bersih per saham. Selanjutnya dibandingkan dengan industri sejenis.

Bisa juga dilakukan dengan chart/grafik harga saham yang menunjukkan pada saat harga saham tinggi, saham tersebut berada di area overbought atau justru sebaliknya. “Saham mahal atau murah itu sebenarnya relatif. Perhitungan yang bisa dilakukan oleh pelaku pasar, biasanya dilihat dari perhitungan PER atau chart.” ucapnya.

Reza menilai, untuk perhitungan yang didasarkan pada PER, tidak sepenuhnya dapat menjadi tolok ukur yang tepat karena menggunakan perhitungan harga saham yang sifatnya fluktuatif. “Perhitungan PER tidak salah juga tapi aneh. Karena PER akan berbalik arah seiring harga saham. Pada saat harga saham misalnya Rp1000 dan diperhitungkan memiliki PER yang lebih rendah dari industri sejenis tentu akan segera berubah dan berbeda jika sahamnya menyentuh harga Rp1.500.\" jelasnya.

Karena itu, menurut dia, selain dari sisi PER, pelaku pasar perlu memperhitungkan seberapa besar perusahaan berkontribusi terhadap pemegang saham. Karena selama perusahaan dapat berkontribusi terhadap pemegang saham maka harga saham tersebut dapat mengalami kenaikan.\"Harga saham yang naik dapat mencerminkan kondisi fundamental perseroan.\" ujarnya.

Untuk saham-saham murah yang dapat diakumulasi investor, Reza menyarankan sejumlah saham, antara lain dari sektor konsumer, dia menyodorkan saham INDF dan AISA. Sementara dari saham perbankan yaitu saham BBTN dan PNIN, dan grup Ciputra seperti CTRA, CTRS untuk sektor properti.

Perburuan saham murah, kata dia, menjadi salah satu pendukung pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mengalami penguatan pada pekan kemarin. Selama sepekan IHSG mengalami kenaikan +39,75 poin (0,78%) atau lebih rendah dari pekan sebelumnya yang naik +180,45 poin (+3,66%). Kenaikan ini diikuti dengan menghijaunya indeks utama lainnya dimana indeks JII memimpin kenaikan +1,71% dan diikuti indeks DBX dan ISSI yang masing-masing menguat +1,45% dan +1,34% serta indeks utama lainnya.  (lia)

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…