Sepanjang April 2011, Penjualan Barang Konsumsi Capai Rp 49 Miliar

NERACA

Jakarta – Sepanjang bulan April 2011, penjualan 55 jenis barang kebutuhan sehari-hari sampai mengalami pertumbuhan sebesar 11,1%. Jumlah penjualan yang terjadi sebesar Rp 49,195 miliar, sedangkan penjualan pada tahun sebelumnya sekitar Rp 44,28 miliar.

“Dibandingkan Januari sampai April tahun lalu, penjualan sampai bulan April mengalami pertumbuhan 11,1%,” kata Associate Director Ritailer Service Nielsen, Febby Ramaun kepada wartawan di Jakarta, Selasa (21/6).

Penelitian ini dilakukan di 5 kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta dan sekitarnya, Bandung, Surabaya, Makasar, dan Medan.

Dari barang kebutuhan sehari-hari tersebut, sambung Febby, dibagi lagi menjadi dua, yaitu food dan nonfood. Untuk nonfood sendiri, mengalami pertumbuhan sebesar 9,2% dan penyumbang terbesarnya ada pada produk personal care yang meningkat sebesar 13,7%. “Untuk non food, kategori personal care bertumbuh sampai 13,7%, ini yang paling besar,” ujarnya.

Menurut Febby, untuk kategori food, pertumbuhan paling besar ada pada produk minyak goreng kemasan yang secara jumlah yang tumbuh 27% dan nilai tumbuh 50,8%.

Namun, Febby menyatakan semua jenis produk mengalami pertumbuhan dari kedua sisinya. “Secara uang dan jumlah semua menunjukkan tren positif,” imbuhnya.

Fast Moving Consumer Goods (FMCG) adalah barang-barang kebutuhan sehari-hari yang dibeli oleh konsumen. Barang-barang tersebut meliputi mie instan, susu bubuk, kopi kemasan, biskuit, deterjen, minyak goreng, susu kental manis, produk perawatan kulit, sampo, dan sabun.

Tren Konsumen

Dalam kesempatan itu,  Febby juga mengungkap, selama Desember 2010 sampai Januari 2011, tren perilaku konsumen menunjukkan bahwa pebelanja di kota-kota besar Indonesia makin impulsif (hanya mengikuti kata hati, tak perencanaan) dalam melakukan pembelian.

“Pebelanja makin impulsif. Orang yang tidak membuat rencana sebelum belanja makin banyak, naik hampir dua kali lipat dari kondisi tahun 2003,” tutur Febby.

Menurut studi yang dilakukan Nielsen, sekitar 21% pebelanja mengaku tidak pernah membuat rencana belanja jauh lebih tinggi dari angka tahun 2003 yang hanya 11%.

“Dalam studi tahun ini, 39% pebelanja yang membuat daftar belanja pun mengaku selalu membeli barang-barang di luar daftar saat berbelanja. Lebih tinggi dari angka tahun 2003 yang hanya 13%,” katanya.

Selain itu, studi Nielsen juga menunjukkan bahwa lebih dari separuh pebelanja selalu pergi ke tempat yang sama untuk berbelanja dan 85% di antaranya mengatakan memilih tempat yang terdekat dengan rumah mereka.

Meski demikian, 21% pebelanja juga mengaku mengunjungi tempat-tempat belanja yang menawarkan promosi menarik melalui koran dan selebaran, khususnya mereka yang tinggal di Jakarta dan Bandung.

Pebelanja di kota-kota besar, lanjut Febby, juga cenderung setia pada merek produk perawatan bayi dan perawatan pribadi tertentu namun tidak begitu setia dengan merek-merek minuman dan makanan ringan.

"Untuk produk dengan tingkat kesetiaan konsumen besar seperti susu bayi, retailer sebaiknya hati-hati, jangan sampai produk kosong supaya konsumen tidak pindah ke toko lain. Industri makanan dan minuman ringan sebaiknya juga hati-hati dengan stok produk mereka supaya konsumen tidak pindah ke merek lain," katanya.

Pelaku retail, menurut Febby, juga perlu merespon perubahan pelaku pebelanja dengan membuat strategi promosi yang efektif serta kegiatan lain supaya bisa lebih banyak menjual barang.

"Produsen juga perlu membuat produk inovatif dan berkerjasama lebih erat dengan retailer dalam melakukan promosi di toko," katanya

Peran Pria

Menurut Febby, hasil studi juga menunjukkan bahwa kaum pria yang mengambil peran sebagai pebelanja utama makin banyak meski perempuan tetap mendominasi peran tersebut.

"Satu dari empat pebelanja utama adalah pria, kebanyakan berusia produktif antara 25 tahun sampai 49 tahun. Persentase pria sebagai pebelanja utama ini lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya," katanya.

Menurut data Nielsen, pada 2010 pebelanja pria masih 19% dari seluruh pebelanja utama dan tahun sebelumnya hanya 17%. "Yang mengejutkan, sepertiga pebelanja pria utama mengaku menyukai kegiatan berbelanja barang kebutuhan sehari-hari. Bukan barang elektronik ya, tapi barang keperluan sehari-hari seperti sabun, shampo, makanan dan minuman,” jelasnya.

Dia juga mengutarakan, pelaku usaha retail dan industri perlu mencermati pertumbuhan pebelanja pria yang akan menjadi segmen prospektif bagi mereka karena kebanyakan tidak terlalu sensitif terhadap harga.

Dia mengatakan sebaiknya pelaku usaha menyusun strategi pemasaran khusus bagi para pebelanja pria karena rata-rata pria memiliki perilaku belanja yang berbeda dengan perempuan.

"Kebanyakan perempuan suka keliling-keliling dan lihat-lihat barang dulu sementara pebelanja laki-laki sepertiganya tipe ambil dan pergi. Mereka cenderung tidak suka banyak bertanya," katanya.

Karena itu, ia menjelaskan, kalau mau mendapat keuntungan dari pertumbuhan pebelanja pria maka pengelola usaha ritel dan pusat belanja memajang produk dengan rapi, memasang banyak tanda dan informasi produk, serta menyediakan fasilitas belanja yang nyaman dan menyenangkan.

"Intinya harus dibikin supaya mereka bisa segampang mungkin berbelanja," kata Febby Ramaun.

BERITA TERKAIT

Optimis Pertumbuhan Bisnis - SCNP Pacu Penjualan Alkes dan Perluas Kemitraan OEM

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnis lebih agresif lagi di tahun ini, PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk. (SCNP) akan…

Astragraphia Tetapkan Pembagian Dividen 45%

NERACA Jakarta -Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) memutuskan untuk membagikaan dividen sebesar Rp34 per…

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (23/4) sore ditutup naik mengikuti penguatan…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Optimis Pertumbuhan Bisnis - SCNP Pacu Penjualan Alkes dan Perluas Kemitraan OEM

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnis lebih agresif lagi di tahun ini, PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk. (SCNP) akan…

Astragraphia Tetapkan Pembagian Dividen 45%

NERACA Jakarta -Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) memutuskan untuk membagikaan dividen sebesar Rp34 per…

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (23/4) sore ditutup naik mengikuti penguatan…