NERACA
Jakarta – Sikap ngotot Indonesia ingin terlibat aktif dalam komunitas pasar modal Asia Tenggara (ASEAN Community) pada tahun 2015 dinilai sebagai hal yang dipaksakan. Kendati langkah ASEAN Connect menjadi langkah awal untuk mengintegrasikan pasar modal di kawasan itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) masih perlu menyiapkan regulasi dan infrastruktur untuk mencapai tujuan tersebut.
Menurut Ketua Asosiasi Emiten Indonesia (AEI), Airlangga Hartarto, impian BEI yang ingin mengintegrasikan pasar modal dalam negeri dengan negara Asia Tenggara, dinilai belum siap. “Menurut saya, Indonesia belum siap saat ini, sehingga nggak usah memaksakan diri. Kecuali, sudah menjadi investment grade,” ujarnya di Jakarta, Minggu (19/6).
Menurut dia, keterlibatan Indonesia dalam pasar modal ASEAN yang dipaksakan akan mendatangkan kemudharatan ketimbang keuntungan yang diperoleh. Hal ini didasarkan, Indonesia akan banyak dirugikan karena suku bunga acuan dan nilai kurs mata uang dalam negeri lebih tinggi ketimbang negara ASEAN lainnya.
Hal senada juga disampaikan, guru besar FE Universitas Brawijaya Prof. Dr. Ahmad Erani Yustika. Dia menilai pesimis terkait rencana penyatuan bursa negara-negara Asia Tenggara. “Untuk merelisasikannya masih sangat jauh. Untuk 25 tahun ke depan pun belum tentu terwujud. Masih banyak persoalan mendasar seperti masalah internal negara dan masalah bersama negara-negara Asia Tenggara. Contohnya kemiskinan, ketimpangan sosial sesama negara anggota ASEAN, dan sengketa perbatasan. Inilah yang harus diselesaikan dahulu,”ujarnya.
Jika hal ini dipaksakan, maka Indonesia yang akan banyak dirugikan, karena kontribusi pasar modal Indonesia untuk membiayai korporasi hanya sekitar 15%. Perbankan mendominasi yaitu sebesar 80%, dan sisanya dari sektor keuangan lainnya seperti asuransi.
Kondisi ini berbeda dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand. Ketiga negara ini tingkat keterlibatan publik di pasar saham tinggi. Contohnya Malaysia yang 30% UMKM-nya dapat pendanaan dari bursa, sedangkan di Indonesia masih kecil. “Kalau integerasi ini terjadi, merekalah yang bakal menikmati dan kita hanya jadi penonton,” tegas Erani.
Walau pertumbuhan ekonomi Indonesia salah satu tertinggi di Indonesia, tingkat kualitasnya masih perlu ditingkatkan karena Indonesia hanya mengandalkan perdagangan non-tradable. Jadi, tambah dia, tidak akan berpengaruh untuk mendongkrak pertumbuhan.
Harmonisasi Regulasi
Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…
NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…
Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…
Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…
NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…
Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…