Otomotif dan Konstruksi Katrol Produksi Baja

NERACA

 

Jakarta – Sektor otomotif dan konstruksi turut mengatrol produksi baja di awal tahun ini. Direktur Industri Material Dasar Logam Kementerian Perindustrian Budi Irmawan memprediksi  pertumbuhan industri baja di kuartal kedua 2013 mencapai 3% karena ditopang sektor otomotif dan konstruksi. Pasalnya kebutuhan baja dalam negeri mencapai 30 ribu ton.

Lebih jauh lagi Budi memaparkan kalau pertumbuhan industri baja,sempat melemah dikarenakan krisis ekonomi global,yang masih melanda sebagian negara di Eropa dan Amerika.\"Krisis ekonomi global sangat berpengaruh untuk industri besi dan baja,\" kata Budi,di Jakarta, Selasa (23/4).

Hal senada juga disampaikan Edward Pinem, Direktur Eksekutif Indonesia Iron and Steel Assosiation (IISIA). Dia menilai bisnis baja tahun ini tetap prospektif lantaran pertumbuhan industri manufaktur positif tahun ini. Imbasnya, pelaku industri bisa berekspansi. \"Jadinya, permintaan baja akan meningkat untuk memenuhi rencana bisnis mereka,\" kata Edward.

Ini masih ditambah dari  pembangunan proyek-proyek  infrasturktur yang masih terus berlangsung di tahun 2013 ini. Sudah pasti, proyek ini membutuhkan pasokan baja. Belum lagi dari industri otmotif yang diperkirakan masih tetap positif di tahun ular yang pasti membutuhkan pasokan baja untuk memenuhi permintaan pasar otomotif domestik tahun ini.

Justru kendala terbesar yang bisa menghambat laju bisnis industri baja nasional adalah dari pasar global. Selama 2012, kondisi ekonomi global yang lesu membuat permintaan baja global menjadi turun sementara produksinya tetap tinggi. Alhasil, harga baja dunia jadi mengendur yang berimbas ke harga baja domestik. \"Kami berharap ekonomi global membaik di 2013,\" ucapnya.

Edward mempediksi, pertumbuhan industri baja nasinal tahun lalu cuma 4%. Jauh dari hasil yang dicapai tahun 2011 yang bisa menyentuh angka pertumbuhan 13%.Persoalan bahan baku besi bekas atau skrap yang tertahan di beberapa pelabuhan mulai awal 2012 menjadi salah satu penyebab utama terhambatnya pertumbuhan industri besi baja sepanjang 2012.

Supaya persoalan bahan baku besi bekas tidak lagi terulang lagi, Panggah Susanto, Direktur Jenderal Industri Basis Manufaktur Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menuturkan mekanisme verifikasi impor skrap akan diperketat mulai tahun ini. Caranya dengan mengurangi badan surveyor di negara asal skrap sehingga kualitas besi tua yang dikirim bisa lebih terpantau. \"Misal di Amerika Serikat dulu kita pakai 30 lembaga surveyor, nanti menjadi dua,\" katanya.

Namun, PT Krakatau Steel memprediksi harga baja dunia pada Mei 2013 naik di kisaran US$80--90 per ton didorong oleh tren yang mulai menunjukkan gejala peningkatan.\"Harga baja internasional pada bulan Desember 2012 itu sekitar US$700 per ton. Sampai Mei ini, kemungkinan (naik) kisarannya US$80--90 per ton,\" kata Direktur Utama Krakatau Steel Irvan Kamal Hakim.

Menurut Irvan, kenaikan itu disebabkan oleh tren harga baja telah sampai di titik terendah. Pada saat itu, hanya ada dua pilihan bagi produsen, yakni berhenti produksi atau menaikkan harga.\"Untuk harga baja internasional kira-kira peningkatannya segitu. Biasanya, jika bahan baku naik, harga finis produknya juga naik,\" jelasnya.

Irvan menuturkan bahwa indikasi kenaikan harga baja sudah terlihat sejak akhir tahun lalu. Salah satunya adalah kenaikan harga bahan baku besi tua (scraps) jenis kualitas 1 HMS1 yang naik dari US$390 per ton pada bulan Desember lalu menjadi US$430 per ton pada bulan Januari.

Kendati demikian, dia mengungkapkan bahwa permintaan baja nasional tahun ini masih bisa tumbuh di kisaran 6-9%. \"Tahun 2012, saya belum bisa sampaikan karena data nasionalnya belum keluar dari BPS. Namun, permintaan baja nasional kelihatannya akan tumbuh sekitar 6-9%,\" katanya.

Irvan menjelaskan bahwa konsumsi baja nasional pada tahun 2011 mencapai 9,7 juta ton. Angka tersebut, sepanjang 2012, diperkirakan tumbuh di kisaran 6-8%. Dengan demikian, ada pertumbuhan konsumsi baja nasional meskipun nilainya sedikit. Dia menambahkan sekitar 65% kebutuhan baja nasional 2013 akan mampu dipenuhi oleh pasar domestik.

Sementara itu, membanjirnya baja impor asal China dengan harga lebih murah sebesar 3% - 5% dari harga baja lokal mengancam eksistensi perusahaan baja nasional. Begitupula harga bijih besi impor, khususnya yang berasal dari India telah naik 30% dari US$115 per ton menjadi US$150 per ton untuk periode yang sama. Kenaikan harga juga berlaku pada baja setengah jadi (slab) impor. Sejak awal tahun ini, harga slab telah mencapai US$540 per ton naik 15% dari US$470 per ton pada Oktober 2012.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…