Program Dokter Keluarga - Solusi Atasi Bobolnya Program KJS

Kesehatan pastinya jadi prioritas semua orang, namun dengan kebutuhan yang terus meningkat tidak di ikuti dengan fasilitas yang disediakan pemerintah, program-program pemerintah hanya menjadi pemanis saja, masih banyak kekurangan dalam program yang dicanangkan.

NERACA

Program Kartu Jakarta Sehat (KJS) sudah diterapkan sejak November 2013. Namun dengan berjalannya waktu program ini masih banyak masalah yang dihadapi. Kini Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mempuyai program baru yang disinyalir bisa menjadi solusi agar pasien di rumah sakit tak membludak.

Demi mengatasinya, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo melihat Program dokter keluarga diyakini mampu mengurangi jumlah kunjungan pasien di rumah sakit. Dengan program ini, warga yang sakit tak perlu berobat ke puskesmas atau rumah sakit karena cukup dilayani oleh dokter keluarga.

Dokter yang tergabung dalam program dokter keluarga akan melakukan \\\"jemput bola\\\" untuk melayani warga secara langsung. Dengan cara ini, jumlah warga yang masuk ke puskesmas atau dirujuk ke rumah sakit secara bertahap akan berkurang dengan signifikan. \\\"Dokter keluarga ini di bawahnya puskesmas. Jadi nanti yang ke puskesmas atau rumah sakit akan \\\'dihambat\\\' oleh dokter keluarga ini,\\\" kata Jokowi.

Secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dien Emmawati mengklaim bahwa jumlah dokter di Jakarta lebih dari sekadar cukup untuk menopang program dokter keluarga. Dokter-dokter yang dilibatkan dilihat berdasarkan kompetensinya dan bukan berdasarkan dokter baru atau dokter berpengalaman. \\\"Enggak mesti dokter senior, dokter yunior kalau kompetensinya mencukupi ya bisa,\\\" ujarnya,

Program dokter keluarga dicanangkan untuk memperkuat pelayanan primer. Dokter keluarga bertugas mempromosikan pola hidup sehat, pencegahan dan pengendalian penyakit kronis, deteksi dini, dan pelaporan penyakit menular. Melalui program ini, angka orang sakit diharapkan dapat dikendalikan sehingga jumlah kunjungan ke rumah sakit jadi berkurang.

Dokter keluarga lebih banyak bertugas mencegah orang agar tidak sakit atau tidak sakit lebih parah. Penunjukan dokter keluarga ini akan ditentukan bersama antara Pemprov DKI dan Perhimpunan Dokter Umum Indonesia Jakarta.

Pemprov DKI Jakarta akan menyediakan anggaran pada awal bulan untuk para dokter keluarga itu dengan sistem kapitasi. Ada atau tidak ada orang sakit, dana itu bisa dipakai dokter. Alokasi anggaran yang disediakan untuk dokter keluarga masih dalam penggodokan dengan perkiraan Rp 5.000, Rp 7.000, atau Rp 10.000 per orang per bulan.

Setiap dokter keluarga diharapkan mampu melayani kesehatan untuk 2.000 sampai 2.500 warga di tempat tugasnya dalam sebulan. Model pelayanan seperti ini diyakini menguntungkan pasien Kartu Jakarta Sehat (KJS) dan dokter. Pasien tidak perlu datang ke puskesmas karena sudah ada dokter keluarga di lingkungannya.

Sementara itu, dokter keluarga mendapat keuntungan jika warga yang menjadi tanggung jawabnya sehat. Hal itu dikarenakan sistem pembayaran dihitung berdasarkan jumlah warga yang sehat (kapitasi). Model pelayanan ini ditargetkan bisa diterapkan dalam waktu dekat. Untuk sementara, Pemprov DKI juga tidak akan memberikan syarat terlalu ketat bagi calon pasien.

Minimnya Tenaga Medis

Bagi masyarakat prasejahtera, akses terhadap layanan kesehetan yang memadai sangat terbatas. Selama ini masyarakat di daerah terpencil memanfaatkan Puskesmas, namun lembaga itu sering terhambat oleh permasalahan minimnya tenaga medis dan kendala geografis.

Masyarakat prasejahtera juga belum terjangkau sistem jaminan asuransi kesehatan. Prihatin dengan kondisi tersebut, Yayasan Dokter Peduli atau DoctorSHARE membuat Rumah Sakit Apung sebagai solusi dari beragam permasalahan tersebut. Rumah Sakit Apung DoctorSHARE akan melakukan pelayaran perdananya pada 16-17 Maret 2013, dengan lokasi Pulau Panggang, Kepulauan Seribu.

Penggagas Rumah Sakit Apung Doctor Share adalah dr. Lie A Dharmawan, Phd, FICS, SpB, SpBTKV, menyatakan tidak selalu mengharapkan bantuan pemerintah untuk melaksanakan ide Rumah Sakit Apung DoctorSHARE. Lie menjelaskan bahwa rumah sakit apung sudah ada di beberapa negara, namun semuanya milik angkatan bersenjata dan hanya digunakan dalam kondisi genting seperti perang. “Bisa dikatakan ini adalah rumah sakit apung milik swasta yang pertama ada”, klaim dr. Lie.

Menurut dia, konsep rumah sakit bergerak bisa diterapkan juga di kereta api atau pesawat terbang, tetapi dirinya memilih apung karena kondisi geografis Indonesia yang sebagian besar berupa laut.



BERITA TERKAIT

Vina Panduwinata Gandeng Brand Lokal Melawan Diabetes

Kasus diabetes di Indonesia kini kian jadi masalah serius. Menurut International Diabetes Federation (IDF), jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai…

Agar Stamina Terjaga Saat Puasa - Penting Pahami Pola Nutrisi Sehat Saat Sahur dan Berbuka

Konsumsi masyarakat saat puasa Ramadan menjadi dua kali lipat, maka penting bagi masyarakat untuk menjaga stamina dengan apa yang dikonsumsi.…

Garmin Rayakan Hari Perempuan - Kampanyekan Jiwa Raga Bugar Lewat Run Like A Girl

Dalam rangka merayakan International Women’s Day 2024, pemimpin smartwatch GPS multisport yang inovatif, Garmin menyelenggarakan perayaan meriah di Indonesia pada…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Vina Panduwinata Gandeng Brand Lokal Melawan Diabetes

Kasus diabetes di Indonesia kini kian jadi masalah serius. Menurut International Diabetes Federation (IDF), jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai…

Agar Stamina Terjaga Saat Puasa - Penting Pahami Pola Nutrisi Sehat Saat Sahur dan Berbuka

Konsumsi masyarakat saat puasa Ramadan menjadi dua kali lipat, maka penting bagi masyarakat untuk menjaga stamina dengan apa yang dikonsumsi.…

Garmin Rayakan Hari Perempuan - Kampanyekan Jiwa Raga Bugar Lewat Run Like A Girl

Dalam rangka merayakan International Women’s Day 2024, pemimpin smartwatch GPS multisport yang inovatif, Garmin menyelenggarakan perayaan meriah di Indonesia pada…