China Kendalikan Harga Rumput Laut Indonesia

NERACA

 

Jakarta - Potensi hasil laut Indonesia belum di maksimalkan dengan baik oleh pemerintah. Bahkan pengembangan industri rumput laut yang begitu besar masih terbengkalai,padahal potensi rumput laut dalam negeri begitu besar. Celakanya, importir asal China yang mengendalikan harga jual rumput laut Tanah Air.

Ketua Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI), Safari Aziz, menyatakan situasi ini terjadi lantaran pemasaran rumput laut lokal bergantung pada permintaan asing. Masyarakat Indonesia malah hanya memanfaatkan kurang dari 20 % produksi bahan mentah maupun produk olahan rumput laut.

Situasi itu yang dimanfaatkan industri dan pasar China yang menyerap hampir 30 % produksi rumput laut nasional setiap tahun sejak 2010. Fluktuasi harga yang dirasakan pelaku usaha rumput laut di Indonesia sangat ditentukan importir dari Negeri Tirai Bambu itu.

\"China konsumsi rumput lautnya besar, mereka juga efisien sekali industri pengolah rumput lautnya. Itu ironisnya, kita yang produksi kok China yang mengolah dan mengatur pasarnya,\" kata Aziz di Jakarta, Senin (15/4).

Berkuasanya China ini juga menimbulkan kecemburuan antar pengusaha dan petani lokal. Wilayah yang tidak memproduksi rumput laut dan hanya mengekspor seperti Makassar bisa menikmati Rp 12.000 per kilogram. Sementara daerah produsen hanya menikmati harga jual Rp 7.000 sampai Rp 8.000 per kilogram.

ARLI mengusulkan pemerintah membentuk cetak biru pengembangan industri rumput laut lokal. Caranya adalah mengurangi beban logistik dan meningkatkan permintaan supaya lebih banyak dikonsumsi masyarakat dalam negeri.

Aziz menyoroti berkuasanya China dalam bisnis rumput laut juga dikarenakan timpangnya biaya logistik yang justru lebih mahal di dalam negeri. \"Biaya angkut rumput laut dari Tuol atau Ambon ke Makassar dan Surabaya Rp 1.000 per kilogram, sementara dari Surabaya ke China cuma Rp 250 per kilo. Masalah logistik ini juga yang perlu kita atasi,\" ungkapnya.

Perlunya Kementerian Kelautan dan Perikanan merancang strategi nasional bersama pengusaha semakin mendesak, karena kualitas produksi naik turun. Pendampingan petani rumput laut juga diperlukan supaya mereka bisa memasarkan produk sesuai supply-demand di pasaran internasional.\"Petani kita masih perlu didampingi. Kualitasnya seringkali turun, kita setiap kali musim hujan turun, itu juga karena kita tidak punya strategi produksi nasional,\" tandasnya.

Ekspor rumput laut nasional tahun ini ditargetkan mencapai 189.000 ton, atau meningkat 10 %. Pasar luar negeri yang banyak menyerap produksi rumput laut Indonesia adalah China, Eropa, dan Amerika Serikat.

Untung Kecil

Dalam kesempatan yang sama, Safari juga mengungkapkan kalau 80 % produksi rumput laut kering langsung diekspor. Ini membuat, secara nilai, ekspor rumput laut baru mendatangkan untung kecil. \"Ada 521 jenis rumput laut di Indonesia, yang kita budidayakan baru tiga jenis. Kita baru kembangkan gracilaria untuk tambak, lalu euchema cottoni dan euchema spinosum di air asin, yang (jenis) lain belum berkembang karena kita belum tahu teknologinya,\" ungkapnya.

Belum maksimalnya pengelolaan rumput laut membuat kontribusinya terhadap penerimaan negara juga minim. Saat ini di seluruh dunia, nilai perdagangan rumput laut dalam setahun sudah mencapai US$ 70 miliar. Di Indonesia bisnis yang dirintis sejak 1982 ini baru mendatangkan laba kotor US$ 200 juta tahun lalu.\"Masih kecil, di saat orang bicara miliar dalam bisnis rumput laut, kita masih ratusan juta,\" cetusnya.

Pengusaha-pengusaha ALRI saat ini sedang mengupayakan agar tercipta permintaan rumput laut dalam negeri yang didukung pemerintah. Komoditas yang banyak dikembangkan di Tual, Maluku ini lebih banyak dimanfaatkan di luar negeri.

Aziz menyangka masyarakat tidak banyak mendengar informasi bahwa rumput laut bisa menjadi bahan penolong serbaguna, dari pengenyal roti sampai pengental susu. \"Ekstrak rumput laut memang lebih banyak digunakan di luar negeri. Yang kita tahu (di Indonesia) hanya dimakan mentah atau jadi bahan agar-agar. Kita pengenyal bakso malah pakai boraks,\" tuturnya.

Produksi rumput laut nasional pada 2012 159.000 ton, ALRI berharap jumlah itu bisa meningkat jadi 169.000 ton akhir tahun nanti.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…