Hindari Rugi, Jauhi Saham Yang Sering Disuspensi

NERACA

Jakarta – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sepanjang April tahun ini, ada empat emiten telah di suspensi (penghentian sementara transaksi saham) oleh otoritas bursa. Tiga diantaranya karena kenaikkan saham yang signifikan, hingga ada yang hampir mencapai 300%.

Menurut Ketua Asosiasi Profesi Pasar Modal Indonesia (APPMI) Saidu Solihin, suspensi biasanya untuk klarifikasi agar semua investor mendapat informasi yang rata dari manajemen perusahaannya, “Suspensi dilakukan untuk meminta informasi, apakah ada transaksi material atau tidak sehingga pasar bisa tetap wajar, teratur dan efisien,”katanya kepada Neraca di Jakarta, Selasa (9/4).

Dia juga menjelaskan, pergerakan saham naik atau turun karena banyak faktor bisa laporan keuangannya, aksi korporasinya, situasi makro ekonomi, kebijakan-kebijakan fiskal dan moneternya. “Biasanya jika ada pergerakkan yang tidak wajar, manajemen akan memasukannya ke UMA (Unusual Market Activity) dan akan ditanya manajemennya agar ada pemerataan informasi ke semua pihak termasuk public,”jelasnya.

Saidu juga menjelaskan, apabila sudah disuspensi bahkan lebih dari dua kali, kemungkinan ada aksi korporasi yang belum diketahui manajemen emiten namun ada juga kemungkinan itu adalah saham yang tidak jelas. Oleh karena itu, dirinya menyarankan investor untuk menjauh transaksi saham-saham yang tidak jelas atau goreng-gorengan.

Tercatat tiga emiten yang disuspensi karena kenaikkan tidak wajar harga sahamnya adalah PT Alam Karya Unggul Tbk (AKKU), PT Tanah Laut Tbk (INDX) dan PT Jakarta International Hotels & Development Tbk (JIHD). Sedangkan PT Onix Capital Tbk (OCAP) disuspensi karena saat ini sedang peralihan kegiatan usaha dan kursi keanggotaan.

Selanjutnya, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali melakukan suspensi saham PT Alam Karya Unggul Tbk dan PT Jakarta International Hotels & Development Tbk pada transaksi perdagangan saham, Selasa kemarin. Disebutkan, kedua emiten tersebut mengalami lonjakan saham yang cukup tinggi.

Berdasarkan data BEI transaksi kemarin, harga saham JHID mengalami lonjakan sebesar Rp 1.020 atau 130,77% dari harga penutupan pada 19 Maret 2013 menjadi Rp 1.800 pada 8 April 2013. Dikutip dari pengumuman BEI, Selasa (9/4), harga saham JHID mengalami lonjakan sebesar Rp 1.020 atau 130,77% dari harga penutupan pada 19 Maret 2013 menjadi Rp 1.800 pada 8 April 2013.

Sementara kenaikan lebih tinggi dialami saham AKKU yang meroket 291,03%. Harga saham di level 78 per saham pada 19 Maret 2013, tiba-tiba melonjak ke level Rp 305 pada perdagangan kemarin dan telah dua kali disuspensi BEI pada 4 April yang dibuka kembali esok harinya dan 9 April disuspensi kembali. (nurul)

 



BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…