Cadev Indonesia Kembali Turun

NERACA

Jakarta - Cadangan devisa Indonesia per 28 Maret 2013 kembali turun sebesar US$0,38 miliar atau US$104,80 miliar, dibanding posisi 28 Februari 2013 yang mencapai US$105,18 miliar. Menurut Laporan Perkembangan Besaran Moneter Bank Indonesia (BI) melalui situs resmi BI di Jakarta, Senin (8/4), menyebutkan penghitungan posisi cadangan devisa (cadev) ini menggunakan konsep International Reserve and Foreign Currency Liquidity (IRFCL) atas dasar harga berlaku dengan format Official Reserve Asset (ORA).

Konsep IRFCL hanya mencakup aset yang tergolong likuid dan penilaiannya menggunakan kurs yang berlaku pada saat akhir periode laporan. Laporan Perkembangan Moneter BI itu juga menyebutkan jumlah uang primer per 28 Maret 2013 sebesar Rp664,94 triliun. Sebelumnya jumlah uang primer per 28 Februari 2013 sebesar Rp655,49 triliun.

Jumlah tersebut antara lain terdiri atas uang kertas dan uang logam yang diedarkan sebesar Rp394,82 triliun. Sebelumnya per 28 Februari 2013, jumlah uang kertas dan uang logam yang diedarkan sebesar Rp387,68 triliun. Selain itu, disebutkan pula bahwa saldo giro bank pada BI per 28 Maret 2013 sebesar Rp230,86 triliun.

Sebelumnya, per 28 Februari 2013, saldo giro bank pada BI sebesar Rp229,28 triliun. Cadev merupakan posisi bersih aktiva luar negeri pemerintah dan bank-bank devisa, yang harus dipelihara untuk keperluan transaksi internasional. Devisa diperlukan untuk membiayai impor dan membayar utang luar negeri.

Sebelumnya, cadev Indonesia terus menurun sejak Desember 2012 lalu. Tercatat, pada akhir Desember 2012, cadev seebsar US$ 112,78 miliar. Namun, pada akhir Januari 2013 berkurang US$4 miliar menjadi US$108,78 miliar. Jumlah ini setara dengan pembayaran 5,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan masih diatas standard kecukupan internasional.

Kemudian pada akhir Februari 2013, cadev kembali tergerus sebesar US$3,58 miliar sehingga menjadi US$105,2 miliar. Penyebab berkurangnya cadev yaitu penggunaan untuk operasai stabilisasi nilai tukar rupiah. Deputi Gubernur BI bidang Pengawasan Bank, Halim Alamsyah, pernah bilang kalau turunnya cadev ini lantaran menjaga likuiditas di pasar valas.

“Itu kan dalam rangka menjaga likuiditas di pasar valas. Jadi kita memang melihat dan memantau kalau pasar valas membutuhkan likuiditas, (maka) kita akan masuk,” ujarnya, beberapa waktu lalu. Halim juga menganggap bahwa sampai saat ini kebijakan devisa yang telah dilakukan BI masih dalam batas normal dan tidak menyebabkan masalah. [ardi]

BERITA TERKAIT

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini NERACA Jakarta - Bangkok RHVAC 2024 dan…

Defisit Fiskal Berpotensi Melebar

    NERACA Jakarta - Ekonom Josua Pardede mengatakan defisit fiskal Indonesia berpotensi melebar demi meredam guncangan imbas dari konflik Iran…

Presiden Minta Waspadai Pola Baru Pencucian Uang Lewat Kripto

  NERACA Jakarta – Presiden RI Joko Widodo meminta agar tim Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan kementerian…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini NERACA Jakarta - Bangkok RHVAC 2024 dan…

Defisit Fiskal Berpotensi Melebar

    NERACA Jakarta - Ekonom Josua Pardede mengatakan defisit fiskal Indonesia berpotensi melebar demi meredam guncangan imbas dari konflik Iran…

Presiden Minta Waspadai Pola Baru Pencucian Uang Lewat Kripto

  NERACA Jakarta – Presiden RI Joko Widodo meminta agar tim Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan kementerian…