Dihantui Sentimen Negatif, IHSG Kembali Terpangkas

NERACA

Jakarta – Mengakhiri perdagangan Senin awal pekan, indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup melemah 28,547 poin (0,58%) ke level 4.897,521. Sementara Indeks LQ45 turun 5,198 poin (0,63%) ke level 825,463. Derasnya aksi jual investor terhadap saham-saham unggulan menahan laju penguatan indeks BEI.

Menurut analis Panin Sekuritas, Purwoko Sartono, pelemahan indeks tidak lepas dari sentimen negatif domestik dan eksternal, “Sentimen domestik dan eksternal negatif, dari domestik investor sedang menanti keputusan terkait BI Rate sehubungan dengan data inflasi bulanan yang tinggi,\" katanya di Jakarta, Senin (8/4).

Selain itu, dia menambahkan kekhawatiran akan dampak dari rencana penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi juga masih membayangi. Dari bursa regional, dirinya mengatakan, pergerakannya masih dibayangi oleh kekhawatiran akan merebak kembalinya masalah flu burung serta ketegangan di semenanjung Korea.

Analis HD Capital, Yuganur Wijanarko menambahkan, tekanan jual saham-saham domestik akibat efek dari bursa regional sehingga indeks BEI tertekan hingga di bawah level piskologis 4.900 poin, “Meski demikian, kondisi itu tidak dikhawatirkan sebagai ancaman serius untuk merubah tren indeks BEI,\"paparnya.

Oleh karena itu, pada perdagangan Selasa, dirinya memproyeksikan indeks BEI akan bergerak di kisaran 4.860-4.770 untuk level batas bawah dan 4.985-5.050 poin untuk level batas atas. Saham-saham yang direkomendasikan untuk dikoleksi Selas, diantaranya Perusahaan Gas Negara (PGAS), Bumi Resources Mineral (BRMS), Vale Indonesia (INCO) dan Bank Pan Indonesia (PNBN).

Pada perdagangan kemarin, dua sektor saham berhasil menguat di penghujung perdagangan, yaitu sektor tambang dan aneka industri. Sayangnya, delapan sektor jatuh ke zona merah membuat IHSG ditutup negatif. Tercatat perdagangan kemarin, berjalan moderat dengan frekuensi transaksi mencapai 164.524 kali pada volume 5,195 miliar lembar saham senilai Rp 6,03 triliun. Sebanyak 103 saham naik, sisanya 170 saham turun, dan 98 saham stagnan.

Sementara pasar saham Jepang jadi satu-satunya bursa Asia yang menguat kemarin berkat rencana pemberian stimulus moneter oleh pemerintahnya. Bursa-bursa regional lainnya menutup perdagangan di teritori negatif. Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers di antaranya Multi Bintang (MLBI) naik Rp 20.000 ke Rp 1.020.000, Supreme Cable (SCCO) naik Rp 1.100 ke Rp 6.750, Tembaga Mulia (TBMS) naik Rp 700 ke Rp 8.900, dan Mayora (MYOR) naik Rp 600 ke Rp 30.100.

Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Gudang Garam (GGRM) turun Rp 1.850 ke Rp 49.800, Matahari (LPPF) turun Rp 350 ke Rp 11.100, HM Sampoerna (HMSP) turun Rp 350 ke Rp 64.150, dan BCA (BBCA) turun Rp 300 ke Rp 10.700.

Pada perdagangan sesi I, indeks BEI ditutup melemah 26,460 poin (0,54%) ke level 4.899,608. Sementara Indeks LQ45 turun 4,920 poin (0,59%) ke level 825,741. Pelemahan paling dalam diderita saham-saham berbasis konsumer, seperti Gudang Garam, Mayora, dan HM Sampoerna, dibuntuti saham konstruksi dan agrikultur.

Sementara perdagangan berjalan moderat dengan frekuensi transaksi mencapai 84.378 kali pada volume 2,759 miliar lembar saham senilai Rp 2,449 triliun. Sebanyak 132 saham naik, sisanya 90 saham turun, dan 115 saham stagnan.

Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers di antaranya Tembaga Mulia (TBMS) naik Rp 700 ke Rp 8.900, Supreme Cable (SCCO) naik Rp 700 ke Rp 6.350, Indo Tambangraya (ITMG) naik Rp 450 ke Rp 39.300, dan Goodyear (GDYR) naik Rp 400 ke Rp 14.200.

Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Gudang Garam (GGRM) turun Rp 1.550 ke Rp 50.100, Mayora (MYOR) turun Rp 500 ke Rp 29.000, HM Sampoerna (HMSP) turun Rp 500 ke Rp 64.000, dan Matahari (LPPF) turun Rp 300 ke Rp 11.150.

Diawal perdagangan, indeks BEI dibuka turun 1,69 poin atau 0,03% ke posisi 4.924,37. Sementara indeks 45 saham unggulan (LQ45) melemah 0,42 poin (0,05%) ke level 830,24, “Bursa Asia termasuk indeks BEI pagi dibuka berfluktuasi dengan kecenderungan melemah memfaktorkan negatifnya data tenaga kerja AS di akhir pekan lalu salah satunya data \'payroll\' yang di bawah ekspektasi,\" kata analis Samuel Sekuritas, Benedictus Agung.

Dia menambahkan, minimnya sentimen positif baru di pasar saham domestik juga akan membuat pergerakan indeks BEI melemah. Namun demikian, lanjut dia, beberapa saham yang telah terkoreksi signifikan berpotensi mengalami penguatan secara teknikal seperti Perusahaan Gas Negara (PGAS), Telekomunikasi Indonesia (TLKM), dan United Tractor (UNTR).

Bursa regional diantaranya indeks Hang Seng, Senin awal pekan dibuka melemah 4,39 poin (0,02%) ke level 21.722,51, indeks Nikkei-225 naik 311,30 poin (2,43%) ke level 13.144,94, Straits Times melemah 1,60 poin (0,05%) ke posisi 3.298,18. (bani)

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…