Penurunan Ekspor Jadi Pemicu Utama - Nilai Rupiah Melemah Digebuk Kondisi Global

NERACA

Jakarta – Kebijakan Bank Sentral Jepang menambah likuiditas di pasar dengan membeli obligasi hingga mencapai tujuh triliun Yen mendorong pelemahan kurs Yen dan menguatkan dolar AS. Langkah Jepang itu seperti tsunami yang berdampak pada melemahnya Rupiah terhadap mata uang asing.

“Para pelaku pasar melihat pergerakan nilai tukar Yen yang melemah karena Bank Sentral Jepang menambah likuiditasnya di pasar dengan membeli obligasi besar-besaran dari tahun sebelumnya. Tentu saja ini akan melemahkan nilai Yen terhadap Dollar. Ini menjadi sentimen luar yang tidak mampu mendorong Rupiah ke jalur hijau, termasuk juga nilai tukar terhadap Euro,” jelas Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities, kepada NERACA, Minggu.

Menurut Reza, faktor sentimen dari luar yaitu pernyataan Presiden European Central Bank (ECB), Mario Draghi mengenai pemangkasan suku bunga, ketidakjelasan penyediaan likuiditas darurat dari ECB serta politik Italia yang alami kebuntuan ikut mendorong sentimen negatif.

\"Sentimen global juga makin melemahkan Rupiah seperti pengunduran diri Menteri Keuangan Cyprus, penurunan defisit perdagangan Australia dan pernyataan petinggi The Fed yang menyatakan pembelian obligasi kemungkinan hanya sampai akhir 2013. Ini semua membuat para pelaku pasar khawatir,” terang reza.

Rupiah, sambung Dia, sempat menguat seiring dengan kenaikan yen setelah rilis survey data Tankan Manufactures Index yang lebih rendah dari estimasi dan perlambatan indeks factory output China, namun penguatan rupiah tidak bertahan lama karena kembali diterpa sentimen negatif.

Di tempat terpisah, menurut pengamat pasar modal, Yanuar Rizky, nilai ekspor yang diperkirakan akan terus mengalami penurunan tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan investasi di Indonesia. Hal itu dapat dilihat dari pertumbuhan investasi yang dapat dicapai Indonesia hingga saat ini. “Sejak semester dua 2012 sudah terjadi defisit neraca pembayaran, namun penanaman modal asing di Indonesia mengalami kenaikan. Indekspun masih bisa naik,” jelasnya.

Investasi di Indonesia, imbuh dia, didukung kondisi fundamental Indonesia yang dinilai masih kondusif untuk berinvestasi. Sementara untuk investasi di pasar modal sendiri, tidak selalu dipengaruhi oleh kondisi fundamental tersebut, melainkan secara teknikal. Oleh karena itu, dia memproyeksikan pertumbuhan investasi di tahun ini tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya.

Hal yang terjadi akibat nilai ekspor yang terus turun, lanjut dia, berpengaruh terhadap portofolio investasi yang terjadi pelemahan. Di samping sentimen dalam negeri, investasi di Indonesia saat ini dipengaruhi oleh sentimen global yang sampai saat ini masih belum menunjukkan kepastian sehingga asing memilih untuk menanamkan modalnya di negara berkembang seperti Indonesia.

Namun sebaliknya, jika global secara positif mengalami pemulihan, sedang kondisi perekonomian hanya berjalan di tempat maka bukan tidak mungkin asing akan berbalik arah. “Secara umum kita lihat PMA naik, namun portofolionya melemah. Ini yang perlu diperhatikan jika kondisi ini berlanjut,” jelasnya.

Pengaruh Ekspor Turun

Dalam kesempatan itu, Reza juga mengungkap, selain inflasi Maret, para pelaku pasar juga khawatir dengan hasil rilis penurunan nilai ekspor Februari 2012 sebesar 2,51% (MoM) dan 4,50% (YoY). Meski nilai impor juga menurun namun, neraca perdagangan Indonesia masih mencatatkan defisit sebesar US$330 juta.

Sementara itu, berdasarkan data dari Bada Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor pada Januari 2013 mencapai US$15,38 miliar. Angka tersebut menurun sebesar 0,11% dibandingkan dengan nilai ekspor Desember 2012 yang mecapai US$15,393 miliar. Sementara pada Februari 2013, tercatat nilai ekspor Indonesia mencapai US$14,99 miliar atau mengalami penurunan sebesar 2,51% dibandingkan dengan Januari 2013.

Untuk nilai impor pada Januari 2013, tercatat sebesar US$15,55 miliar atau turun 0,22% dibanding impor Desember 2012 yang besarnya US$15,58 miliar. Pada Februari 2013, BPS melansir bahwa nilai impor mencapai US$15,32 miliar atau turun 0,86% dibanding impor Januari 2013. Neraca perdagangan per Januari 2013 mengalami defisit sebesar US$171 juta sedangkan pada Februari 2013 defisit sebesa US$327,4 juta. Jadi neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Februari mengalami defisit sebesar US$402,1 juta.

Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan bahwa kondisi ekonomi global masih belum cukup pulih sehingga membuat kinerja ekspor Indonesia belum akan bergairah. \"Nilai ekspor kita melemah karena harga komoditas primer menurun lantaran krisis ekonomi global yang tak kunjung selesai. bahkan kalau ditanya kapan selesainya, maka sangat sulit untuk menjawabnya,” kata Enny kepada Neraca, kemarin.

Menurut dia, krisis ekonomi global sangat berpengaruh terhadap nilai ekspor Indonesia walaupun pasar ekspor Indonesia tidak berpusat ke Eropa. Namun multiplier effect tersebut yang membuat harga beberapa komoditas seperti pertanian ataupun mineral dan batubara mengalami penurunan. “Walaupun tidak bergantung dengan ekspor Eropa, tapi Indonesia kena di second round efect,” imbuhnya.

BERITA TERKAIT

MENAKER IDA FAUZIYAH: - Kaji Regulasi Perlindungan Ojol dan Kurir

Jakarta-Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah akan mengkaji regulasi tentang perlindungan bagi ojek online (ojol) hingga kurir paket, termasuk mencakup pemberian tunjangan…

TRANSISI EBT: - Sejumlah Negara di Asteng Alami Kemunduran

Jakarta-Inflasi hijau (greenflation) menyebabkan sejumlah negara di Asia Tenggara (Asteng), termasuk Indonesia, Malaysia, dan Vietnam mengalami kemunduran dalam transisi energi…

RENCANA KENAIKAN PPN 12 PERSEN PADA 2025: - Presiden Jokowi akan Pertimbangkan Kembali

Jakarta-Presiden Jokowi disebut-sebut akan mempertimbangkan kembali rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Sebelumnya, Ketua Umum…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MENAKER IDA FAUZIYAH: - Kaji Regulasi Perlindungan Ojol dan Kurir

Jakarta-Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah akan mengkaji regulasi tentang perlindungan bagi ojek online (ojol) hingga kurir paket, termasuk mencakup pemberian tunjangan…

TRANSISI EBT: - Sejumlah Negara di Asteng Alami Kemunduran

Jakarta-Inflasi hijau (greenflation) menyebabkan sejumlah negara di Asia Tenggara (Asteng), termasuk Indonesia, Malaysia, dan Vietnam mengalami kemunduran dalam transisi energi…

RENCANA KENAIKAN PPN 12 PERSEN PADA 2025: - Presiden Jokowi akan Pertimbangkan Kembali

Jakarta-Presiden Jokowi disebut-sebut akan mempertimbangkan kembali rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Sebelumnya, Ketua Umum…