Akhir Pekan, Pelemahan Indeks BEI Berlanjut

NERACA

Jakarta – Penguatan indeks Bursa Efek Indonesia (BEI) yang nyaris menembus level 5.000 akhirnya harus tertahan akibat aksi ambil untung. Alhasil, mengakhiri perdagangan Kamis sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) BEI ditutup melemah 58,855 poin (1,18%) ke level 4.922,611. Sementara Indeks LQ45 jatuh 13,359 poin (1,58%) ke level 830,132.

Investor asing mulai mengambil untung dibuntuti oleh investor lokal. Saham-saham unggulan kena koreksi sangat dalam, begitu juga saham-saham lapis dua, “IHSG BEI anjlok cukup dalam menyusul berbagai sentimen negatif dari dalam maupun luar negeri. Faktor eksternal yang mempengaruhi bursa regional Asia termasuk indeks BEI, antara lain ketegangan yang terus meningkat antara Korsel dan Korut,\" kata analis Panin Sekuritas, Purwoko Sartono di Jakarta, Kamis (4/4).

Selain itu, lanut dia, beberapa data ekonomi AS menambah sentimen negatif bagi bursa saham di Asia. Perusahaan AS menambah jumlah pekerjanya sebanyak 158.000 orang, atau lebih rendah dari estimasi yang sebesar 200.000 orang. Data tenaga kerja yang dibawah ekspektasi itu menimbulkan kekhawatiran akan angka pengangguran yang akan dirilis.

Sementara dari dalam negeri, lanjut Purwoko, pasar saham mulai dibayangi oleh rencana kebijakan pemerintah terkait harga BBM bersubsidi.\"Seperti diketahui tingginya konsumsi BBM dalam negeri dikhawatirkan akan terus menambah desifit anggaran tahun ini,”ujarnya.

Berikutnya, dia memperkirakan indeks BEI Jum’at akhir pekan diproyeksikan akan bergerak cenderung terbatas potensi melemah di kisaran 4.900-4.948 poin. Pada perdagangan kemarin, transaksi berjalan moderat dengan frekuensi transaksi mencapai 138.939 kali pada volume 8,933 miliar lembar saham senilai Rp 7,019 triliun. Sebanyak 89 saham naik, sisanya 171 saham turun, dan 103 saham stagnan.

Pasar saham Jepang yang diawal anjlok, berikut berhasil ditutup melonjak tinggi, didorong bank sentral Jepang yang memberi sinyal atas tambahan stimulus. Bursa-bursa Asia lainnya, selain China, Hong Kong dan Taiwan yang tutup karena libur, menutup perdagangan hari ini di zona merah.

Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers di antaranya Indocement (INTP) naik Rp 750 ke Rp 24.000, Indo Tambangraya (ITMG) naik Rp 700 ke Rp 38.400, Enseval (EPMT) naik Rp 525 ke Rp 3.000, dan Indosat (ISAT) naik Rp 250 ke Rp 6.850.

Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Indofood CBP (ICBP) turun Rp 600 ke Rp 10.000, HM Sampoerna (HMSP) turun Rp 500 ke Rp 84.500, Semen Indonesia (SMGR) turun Rp 450 ke Rp 17.800, dan Mitra Adiperkasa (MAPI) turun Rp 400 ke Rp 8.250.

Pelemahan indeks BEI juga terjadi pada perdagangan sesi I. Dimana indeks ditutup  terpangkas 38,534 poin (0,77%) ke level 4.942,932. Sementara Indeks LQ45 terkoreksi 7,624 poin (0,90%) ke level 835,867. Saham-saham konstruksi dan infrastruktur yang kemarin naik tinggi kini memimpin pelemahan dengan koreksi lebih dari satu persen.

Tak satu pun indeks sektoral yang bisa mencapai zona hijau. Perdagangan berjalan moderat dengan frekuensi transaksi mencapai 74.168 kali pada volume 3,003 miliar lembar saham senilai Rp 2,802 triliun. Sebanyak 58 saham naik, sisanya 185 saham turun, dan 85 saham stagnan.

 

Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers di antaranya Enseval (EPMT) naik Rp 425 ke Rp 2.900, Indo Tambangraya (ITMG) naik Rp 300 ke Rp 38.000, Indocement (INTP) naik Rp 300 ke Rp 23.550, dan Nipress (NIPS) naik Rp 250 ke Rp 6.750.

Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain HM Sampoerna (HMSP) turun Rp 1.000 ke Rp 84.000, Mitra Adiperkasa (MAPI) turun Rp 500 ke Rp 8.150, Gudang Garam (GGRM) turun Rp 400 ke Rp 51.600, dan Semen Indonesia (SMGR) turun Rp 300 ke Rp 17.950.

Diawal perdagangan, indeks BEI dibuka turun 10,93 poin atau 0,22% ke posisi 4.970,54. Sementara indeks 45 saham unggulan (LQ45) melemah 2,74 poin (0,32%) ke level 840,76, “Mayoritas bursa Asia dibuka melemah cukup signifikan. Negatifnya data ekonomi AS menjadi salah satu katalis pelemahan indeks saham Asia,\" kata analis Samuel Sekuritas, Yualdo Yudoprawiro.

Dia mengatakan, perlambatan itu ditengarai sebagai efek dari pemangkasan defisit anggaran AS mulai 1 Maret lalu. Pelemahan indeks saham domestik juga didorong oleh kekhawatiran rencana stimulus Bank Sentral Jepang yang tidak sesuai dengan harapan.

Karena itu, dirinya sempat memproyeksikan pelemahan yang terjadi di bursa global dan juga minimnya sentimen positif dari dalam negeri akan membuat pergerakan IHSG BEI melemah.\"Potensi pelemahan berasal dari sektor perbankan, konsumer, dan semen,\" ujarnya.

Bursa regional diantaranya indeks Hang Seng melemah 30,33 poin (0,14%) ke level 22.337,49, indeks Nikkei-225 naik 178,14 poin (1,44%) ke level 12.184,06, Straits Times melemah 8,01 poin (0,24%) ke posisi 3.313,76. (bani)

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…