Listrik Jadi Penentu Produksi - Pemadaman Bergilir Rugikan Industri

NERACA

 

Jakarta - Sudah jatuh tertimpa tangga. Itulah yang dialami industri dalam negeri saat ini. Pasalnya di awal tahun tarif dasar listrik sudah naik sebesar 4,3% dan yang lebih parah lagi PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) melakukan pemadaman bergilir pada Senin- Jumat (1-5/4).

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat mengungkapkan, kontribusi listrik bagi struktur biaya produksi di industri pemintalan mencapai 18,5%, di industri tenun kontribusinya mencapai 14,4%, sementara di industri garmen 1,3%.

Ia menyatakan besarnya kebutuhan listrik oleh sebagian besar industri tentunya akan semakin besar juga potensi kerugian yang dialami industri jika industri tidak beroperasi karena terkena pemadaman bergilir. \"Kami sudah dibebankan besarnya biaya TDL (tarif dasar listrik). Jika pemadaman bergilir diberlakukan juga buat industri berapa besar kerugian kami jika tidak dapat berproduksi,\" ungkap Ade, Senin (1/4).

Menurutnya, naiknya TDL untuk kalangan industri pertekstilan Indonesia imbasnya sudah sangat besar. Apalagi dengan adanya pemadaman listrik secara bergantian “Jika tarif listrik naik, imbas ke tekstil akan sangat besar. Apalagi kami diberlakukan pemadaman bergilir,” katanya.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik mengaku pemerintah sepertinya sulit menghindari penaikan TDL, mengingat besarnya beban subsidi yang nantinya akan berdampak terhadap inflasi.

Ia menyatakan, penaikan tarif tenaga listrik rata-rata 15% dan dilaksanakan bertahap tiap triwulan mulai 1 Januari 2013. Penaikan tidak berlaku untuk pelanggan listrik 450 volt ampere (VA) dan 900 VA. Dengan kenaikan tarif listrik tersebut, subsidi listrik yang dihemat Rp 14 triliun.

Kepala Divisi Niaga dan Pemasaran PT PLN Benny Marbun mencatat, saat ini jumlah pelanggan listrik PT PLN mencapai 49,09 juta. Dari total jumlah itu, 10,24 juta pelanggan terkena dampak kenaikan tarif tenaga listrik. Sebanyak 79,41 persen pelanggan tidak terkena kenaikan tarif listrik, yakni 21,4 juta pelanggan golongan 450 VA dan 17,4 juta pelanggan golongan 900 VA.

Namun, pelayanan PT PLN perlu ditingkatkan agar tidak terjadi lagi pemadaman listrik di tahun-tahun mendatang. Kondisi saat ini, di mana pemadaman masih terus berjalan seiring dengan naiknya TDL, akan lebih memperbesar kerugian di masyarakat dan industri.

Pasokan Ditingkatkan

Di tempat berbeda, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform Fabby Tumiwa mengingatkan, keandalan pasokan dan pelayanan PT PLN perlu ditingkatkan. Hal ini seiring dengan penambahan jumlah pelanggan yang mencapai 2,5 juta setiap tahun.

Ia mengatakan, PT PLN semestinya dapat memperbaiki layanan terkait tagihan dan pencurian listrik yang merugikan pelanggan. Saat ini kualitas infrastruktur secara keseluruhan, baik pasokan listrik jaringan transmisi maupun distribusi, masih memprihatinkan, dan perlu dibenahi.

Menurutnya, selama ini realisasi investasi di sektor kelistrikan belum memadai, khususnya untuk perluasan transmisi dan distribusi. Karena keterbatasan kemampuan investasi, PT PLN cenderung lebih fokus pada peningkatan pasokan tenaga listrik untuk meningkatkan rasio elektrifikasi.

Menurutnya, tingkat ketergantungan subsidi listrik dari masyarakat saat ini semakin tinggi. Ini karena TDL belum menjadi sumber pendapatan utama PLN. Padahal, PLN juga harus mengeluarkan biaya investasi untuk membiayai pembangkitnya. Akibatnya, PLN terus meminta tambahan subsidi listrik untuk menutupi operasionalnya, khususnya apabila TDL tidak dinaikkan.

Berdasarkan catatan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) 2011, diungkapkan Fabby bahwa tarif tenaga listrik dan subsidi listrik ini menunjukkan ketidakadilan. Ini dibuktikan dengan kesenjangan subsidi yang diterima pelanggan per bulan.

Khusus untuk golongan rumah tangga 1 (R1) untuk daya 450 VA, dengan jumlah 19.821.375 pelanggan, maka subsidi per tahun mencapai Rp 19,046 triliun. Namun, subsidi yang diterima per pelanggan per bulan hanya Rp 80.073.

Sementara itu pelanggan dengan daya 900 VA, dengan jumlah 15.180.302 pelanggan, memiliki subsidi Rp 17,439 triliun dengan subsidi per pelanggan per bulan Rp 95.730. Khusus untuk pelanggan dengan daya 1.300 VA, dengan jumlah 5.201.529 pelanggan, memiliki subsidi Rp 6,807 triliun dengan subsidi per pelanggan per bulan Rp 109.061. Khusus untuk pelanggan dengan daya 2.200 VA, dengan jumlah 1.688.262 pelanggan, memiliki subsidi Rp 4,001 triliun dengan subsidi per pelanggan per bulan Rp 197.467.

BERITA TERKAIT

Tingkatkan Ekspor, 12 Industri Alsintan Diboyong ke Maroko

NERACA Meknes – Kementerian Perindustrian memfasilitasi sebanyak 12 industri alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam negeri untuk ikut berpartisipasi pada ajang bergengsi Salon International de l'Agriculture…

Hadirkan Profesi Dunia Penerbangan - Traveloka Resmikan Flight Academy di KidZania Jakarta

Perkaya pengalaman inventori aktivitas wisata dan juga edukasi, Traveloka sebagai platform travel terdepan se-Asia Tenggar hadirkan wahana bermain edukatif di…

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

BERITA LAINNYA DI Industri

Tingkatkan Ekspor, 12 Industri Alsintan Diboyong ke Maroko

NERACA Meknes – Kementerian Perindustrian memfasilitasi sebanyak 12 industri alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam negeri untuk ikut berpartisipasi pada ajang bergengsi Salon International de l'Agriculture…

Hadirkan Profesi Dunia Penerbangan - Traveloka Resmikan Flight Academy di KidZania Jakarta

Perkaya pengalaman inventori aktivitas wisata dan juga edukasi, Traveloka sebagai platform travel terdepan se-Asia Tenggar hadirkan wahana bermain edukatif di…

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…