Kemenperin Fokus Hilirisasi di Tiga Sektor

NERACA

 

Bandung - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) fokus pada program peningkatan hilirisasi industri berbasis agro, minyak dan gas (migas) serta mineral untuk meningkatkan daya saing. “Kami akan fokus pada pengembangan industri berbasis agro seperti industri kelapa sawit dengan produk turunannya, seperti minyak goreng, biodiesel dan oleokimia, serta mendirikan fasilitas pengembangan klaster industri hilir kelapa sawit di Sei Mangkai, Dumai, Maloy,” kata Menteri Perindustrian MS Hidayat di Bandung, akhir pekan lalu.

 Untuk industri hilir kakao, akan menghasilkan produk turunan cake, pasta, butter dan bubuk dengan pengembangan klaster industri kakao di Sulawesi dan Kalimantan Tengah. Pada sektor industri karet, menurut Hidayat, akan memproduksi ban, vulkanisir ban, sarung tangan karet, mechanical rubber goods dan alas kaki.\"Dengan produk yang memiliki nilai tambah, maka Indonesia diharapkan mampu bersaing dengan negara lain dan dapat meningkatkan kinerja ekspor,\" ujarnya.

Sedangkan sektor industri berbasis bahan tambang mineral, lanjut Hidayat, komoditas yang akan dikembangkan antara lain industri hilir besi baja, aluminium, nikel dan tembaga. Langkah-langkah yang akan dilakukan adalah dengan pemberian bea keluar (BK) untuk 65 jenis mineral.

\"Kami juga menyusun peta jalan (roadmap) pengembangan industri berbasis mineral dan logam yakni bauksit, tembaga, nikel dan bijih besi atau pasir besi paling lambat 6 bulan sejak dikeluarkan Inpres Nomor 3 2013 tentang Percepatan Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Pengolahan dan Pemurniaan di Dalam Negeri. Langkah yang lain adalah harmonisasi kebijakan pengembangan industri berbasis hasil tambang, mineral terkait dengan ketentuan divestasi, perizinan dan royalti,\" jelasnya.

Program hilirisasi industri berbasis migas dengan mengembangkan 5 pabrik pupuk yaitu pupuk Kalimantan Timur-5, Kujang 1C, Petrokimia Gresik (PKG) II, Pupuk Sriwijaya (Pusri) II-B, Pusri - IIIB. Pengembangan kawasan industri Petrokimia Teluk Bintuni, Papua Barat, pertama, produk yang dikembangkan antara lain amoniak 1,2 juta ton, urea 2,3 juta ton, metanol 1,5 juta ton, polipropilena 400.000 ton.

Sesuai Inpres

Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Panggah Susanto mengatakan roadmap pengembangan industri berbasis mineral, terutama besi baja, alumunium, tembaga, dan nikel. Langkah ini sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Percepatan Peningkatan Nilai Tambah melalui Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam negeri.

Terkait pengembagan industri logam dasar, Panggah mengatakan, sekarang ini pada umumnya mineral masih diekspor dalam bentuk mentah.\"Padahal apabila mineral seperti bijih besi, bauksit, nikel, dan tembaga tersebut diolah akan memberi nilai tambah yang sangat berarti,\" kata Panggah.

Sebagai perbandingan, berdasar data Kemenperin, harga satu ton iron ore US$ 60 . Nilai ini akan meningkat menjadi US$ 350 per ton apabila diolah menjadi sponge iron dan US$ 700  per ton jika diolah lagi menjadi produk slab atau billet. Bauksit seharga US$ 17  per ton akan meningkat nilainya menjadi US$ 350  per ton jika diolah menjadi alumina. Apabila diolah lagi menjadi aluminium, maka harganya akan meningkat menjadi US$ 2.500  per ton.

Untuk mineral nikel, harga Ni ore US$ 25  per ton. Apabila diolah menjadi FeNi dan baja tahan karat, maka nilainya akan meningkat masing-masing menjadi US$ 2.574  per ton dan US$ 2.627  per ton. Demikian pula untuk tembaga. Pengolahan menjadi concentrate akan meningkatkan nilai menjadi US$ 3.000  per ton dibanding Cu Ore yang harga per tonnya US$ 80  per ton. Apabila diolah menjadi ingot, nilainya akan melambung lagi menjadi US$ 8.000  per ton.

Sebelumnya, Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Alex SW Retraubun mengatakan masalah  utama pengembangan industri hilir adalah nilai investasi yang semakin besar. \"Kita sadar betul bahwa semakin kita bergerak ke arah hilir, itu nuansa ipteknya sangat tinggi, nilai investasinya juga semakin besar. Ini juga salah satu penyebab kenapa hilirisasi bergerak perlahan-lahan,\" kata Alex.

 

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…