Bergerak Fluktuatif, Penguatan IHSG Belum Beranjak

NERACA

Jakarta – Kekokohan indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) cukup kuat meski terus diserbu aksi jual para investor mengingat pergerakan indeks BEI sudah cukup tinggi. Kondisi ini terlihat, dimana indeks BEI Rabu sore ditutup menguat 8,873 poin (0,18%) ke level 4.831,500. Sementara Indeks LQ45 ditutup menguat 1,248 poin (0,15%) ke level 823,527.

Penguatan indeks BEI dipicu aksi beli selektif di saham-saham lapis dua ditengah derasnya juga aksi jual. Koreksi saham-saham unggulan, terutama di sektor komoditas, menahan laju penguatan indeks, “IHSG BEI menguat terbatas setelah sepanjang sesi dua perdagangan saham bergerak fluktuatif dalam rentang terbatas diantara area positif dan negatif,\" kata analis Panin Sekuritas Purwoko Sartono di Jakarta, Rabu (20/3).

Dia menambahkan, pergerakan indeks BEI masih dibayangi oleh sentimen eksternal terkait masalah pajak deposito di Cyprus yang merupakan bagian dari dana talangan (bailout). Akan tetapi, lanjutnya, berangsur kekhawatiran itu mulai berkurang menyusul komitmen dari Bank Sentral Eropa untuk menyediakan likuiditas yang diperlukan terkait dana bantuan Cyprus terlepas dari hasil penolakan pajak deposito di Cyprus.

Selain itu, pembukaan bursa di Eropa juga terpantau positif menyusul keyakinan masalah di Cyprus kemungkinan tidak akan berpengaruh banyak terhadap Eropa. Berikutnya, indeks BEI Kamis diproyeksikan masih akan bergerak fluktuatif dengan kecenderungan menguat terbatas di kisaran 4.810-4.851 poin.

Perdagangan kemarin, koreksi saham-saham unggulan, terutama di sektor komoditas, menahan laju penguatan indeks. Sektor agrikultur dan pertambangan terkena koreksi paling dalam akibat aksi ambil untung.

Perdagangan berjalan ramai dengan frekuensi transaksi mencapai 184.037 kali pada volume 8,117 miliar lembar saham senilai Rp 7,484 triliun. Sebanyak 146 saham naik, sisanya 132 saham turun, dan 82 saham stagnan.

Tercatat bursa-bursa di regional bergerak mixed dengan kecenderungan menguat. Pasar saham China memimpin penguatan dengan lonjakan lebih dari dua persen meski dibayangi krisis utang Uni Eropa.

Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers di antaranya Taisho (SQBI) naik Rp 4.000 ke Rp 238.000, Indocement (INTP) naik Rp 750 ke Rp 23.150, Lippo Cikarang (LPCK) naik Rp 650 ke Rp 6.700, dan Akasha Wira (ADES) naik Rp 325 ke Rp 3.775.

Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Indo Tambangraya (ITMG) turun Rp 1.300 ke Rp 36.700, Lion Metal (LION) turun Rp 400 ke Rp 13.100, United Tractor (UNTR) turun Rp 350 ke Rp 18.650, dan Mitra Adiperkasa (MAPI) turun Rp 350 ke Rp 8.050.

Menutup perdagangan sesi I, indeks BEI ditutup melemah 13,164 poin (0,27%) ke level 4.809,463. Sementara Indeks LQ45 terkoreksi 3,113 poin (0,38%) ke level 819,166. Hanya dua sektor yang bertahan di zona hijau, yaitu konstruksi dan infrastruktur. Delapan sektor jatuh ke zona merah gara-gara aksi ambil untung. Saham-saham komoditas jatuh paling dalam.

Perdagangan berjalan cukup ramai dengan frekuensi transaksi mencapai 102.541 kali pada volume 3,724 miliar lembar saham senilai Rp 3,413 triliun. Sebanyak 112 saham naik, sisanya 125 saham turun, dan 105 saham stagnan.

Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers di antaranya Taisho (SQBI) naik Rp 4.000 ke Rp 238.000, Indocement (INTP) naik Rp 350 ke Rp 22.750, Telkom (TLKM) naik Rp 250 ke Rp 10.800, dan Lippo Cikarang (LPCK) naik Rp 250 ke Rp 6.300.

Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Indo Tambangraya (ITMG) turun Rp 650 ke Rp 37.350, Unilever (UNVR) turun Rp 350 ke Rp 22.400, Indofood CBP (ICBP) turun Rp 350 ke Rp 8.700, dan Multi Prima (LPIN) turun Rp 300 ke Rp 4.700.

Diawal perdagangan, indeks BEI dibuka naik 12,68 poin atau 0,26% ke posisi 4.835,31. Sementara indeks 45 saham unggulan (LQ45) menguat 3,17 poin (0,39%) ke level 825,45, “Di tengah kondisi Eropa yang belum menentu, IHSG BEI bergerak berfluktuasi dengan kecenderungan menguat terbatas di kisaran 4.808-4.852 poin,\" kata analis Panin Sekuritas, Purwoko Sartono.

Dia menambahkan gejolak yang terjadi di Eropa diperkirakan membuat sebagian investor mengambil posisi jual saham atau ambil untung di tengah indeks saham yang terus berada dalam area positif.

Sementara itu analis Samuel Sekuritas, Adrianus Bias Prasuryo menambahkan dari Eropa dikabarkan Siprus menolak rencana penerapan pajak deposito sebagai syarat penerimaan dana talangan (bailout), hal itu menimbulkan ketidakpastian atas pemberian dana talangan dari Uni Eropa.\"Hal itu dapat memberi sentimen negatif bagi bursa global termasuk indeks BEI,\" kata Adrianus Bias.

Bursa regional diantaranya indeks Hang Seng, di buka menguat 92,45 poin (0,42%) ke level 22.134,31, indeks Nikkei-225 naik 247,60 poin (2,03%) ke level 12.468,23, Straits Times melemah 9,19 poin (0,28%) ke posisi 3.259,94. (bani)

 

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…