Sindrom Metabolik - Akibat Tak Minum Susu Saat Muda

Manfaat susu untuk kesehatan memang tak diragukan. Susu tak hanya bagus untuk tulang tapi juga untuk jantung. Sebuah studi baru dari University of Illinois, AS menemukan bahwa remaja atau anak kuliahan yang hanya mengkonsumsi kurang dari tiga porsi produk susu setiap harinya lebih cenderung mengidap sindrom metabolik.

\"Hasil yang didapat hanya satu dari empat anak kuliahan yang menjadi responden studi ini yang memenuhi asupan produk susu yang direkomendasikan,\" ungkap peneliti Margarita Teran-Garcia, profesor di bidang ilmu pangan dan gizi dari University of Illinois.

Artinya kondisi ini cukup mengkhawatirkan karena tiga-perempat anak kuliahan berusia 18-25 tahun yang menjadi responden studi ini berisiko mengidap sindrom metabolik.

Sindrom metabolik sendiri terjadi ketika seseorang memiliki tiga dari sejumlah faktor risiko sakit jantung yaitu obesitas (terutama pada perut), tekanan darah tinggi, kadar gula darah yang tinggi dan kadar kolesterol serta lipid yang tak sehat. \"Padahal jika seseorang memiliki tiga dari empat faktor risiko itu berarti risikonya terkena penyakit jantung dan diabetes tipe 2 menjadi tinggi,\" terang Teran-Garcia.

Kendati para pakar percaya bahwa konsumsi produk susu dapat melindungi seseorang dari obesitas dan sejumlah masalah kesehatan lain yang menyertai kondisi berat badan berlebih, nyatanya tak ada pakar yang dapat menjelaskan mekanismenya.

\"Bisa jadi itu karena kalsiumnya atau proteinnya. Yang jelas apapun mekanismenya, sejumlah bukti mengungkap bahwa susu adalah sarana efektif untuk mencapai dan mempertahankan berat badan yang sehat,\" kata Teran-Garcia.

Untuk itu, Teran-Garcia menekankan pentingnya membiasakan anak mengonsumsi makanan sehat sejak dini dan ia melihat studinya ini sebagai salah satu intervensi yang dapat mengubah pola pikir responden.

\"Kami peduli kepada mereka karena orang-orang dalam kelompok usia ini jarang berkunjung ke dokter dan bisa jadi mereka tak tahu-menahu jika mereka bermasalah dengan berat badannya, tekanan darahnya, kadar lipid maupun kadar gula darahnya,\" lanjutnya.

Lagipula menyasar responden muda seperti dalam studi ini dianggap sebagai salah satu pendekatan yang murah-meriah untuk mendorong pentingnya menjaga kesehatan dan penurunan risiko penyakit apapun di masa depan. \"Dengan begitu dalam beberapa tahun ke depan, ketika responden kami telah menjadi orang tua, mereka akan mampu menjadi role model yang baik bagi anak-anaknya,\" pungkasnya.

BERITA TERKAIT

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…