Hilirisasi Mamin Dorong Pertumbuhan Industri

NERACA

 

Jakarta - Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) optimistis target pemerintah terhadap kontribusi industri manufaktur pada produk domestik bruto (PDB) mencapai 40%. “Jika pemerintah menargetkan kontribusi sektor manufaktur mencapai 40% terhadap PDB nasional akan tercapai karena didukung dengan potensi pertumbuhan yang sangat besar,” kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) Gapmmi, Franky Sibarani, di Jakarta, akhir pekan lalu.

Sektor industri makanan dan minuman, menurut Franky, ditopang dengan program hilirisasi industri mamin olahan dan agrobisnis berbasis kakao dan kelapa sawit. “Pertumbuhan dapat ditopang dengan membangun industri bahan baku bagi industri mamin di dalam negeri seperti industri substitusi tepung terigu berbahan baku pangan singkong,” paparnya.

Franky menambahkan, industri mamin olahan di dalam negeri masih harus menggunakan bahan baku impor. Pasalnya, kapasitas produksi bahan baku di dalam negeri belum mampu memasok kebutuhan industri pengguna. “Apabila industri bahan baku produk makanan dan minuman olahan bisa dibangun di dalam negeri, maka target kontribusi industri manufaktur terhadap PDB sebesar 40% bisa dipacu. Artinya, ada kontribusi dari sektor makanan dan minuman sebesar 20% bisa meningkat 40%,” tandasnya.

Sekedar informasi menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun lalu,perekonomian Indonesia tumbuh 6,17 persen pada kuartal III-2012. Dengan pertumbuhan sebesar itu, selama periode Januari-September 2012 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,29%. Adapun secara sektoral, industri manufaktur tumbuh 6,38%. Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi 6,17 %. Bahkan jika kita hanya melihat industri manufaktur nonmigas, pertumbuhannya di kuartal III-2012 lebih impresif lagi, 7,27%.

Manufaktur Tumbuh

Dalam sembilan bulan, Januari sampai September 2012, pertumbuhan sektor industri manufaktur telah mencapai 5,86 %, sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi 6,29 persen. Kendati demikian, khusus untuk industri manufaktur nonmigas, tingkat pertumbuhan selama sembilan bulan pada 2012 mencapai 6,50 persen. Ini berarti selama sembilan bulan tersebut, secara keseluruhan sudah mulai terjadi kebangkitan sektor industri manufaktur nonmigas tersebut.

Jika dilihat subsektor industri penyumbang pertumbuhan, ternyata yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah industri pupuk, kimia, dan barang dari karet yang tumbuh 8,91 %  dalam sembilan bulan terakhir. Sementara itu, industri semen dan barang galian bukan logam tumbuh 8,75 %, industri makanan, minuman dan tembakau sementara itu tumbuh 8,22 %, sedangkan industri alat angkut, mesin dan peralatannya tumbuh 7,52 persen.

Sayangnya dalam sektor industri manufaktur nonmigas terdapat subsektor yang tumbuh negatif, yaitu industri kertas dan barang cetakan yang turun 4,50 %. Demikian juga industri kayu dan barang dari kayu juga turun 4,21 %, sementara sektor industri pengolahan barang lainnya turun 2,25 %. Kebangkitan sektor industri manufaktur sebagaimana yang digambarkan dalam statistik itu, sebetulnya belum sepenuhnya menggambarkan realita di lapangan.

Menurut hemat saya, kebangkitan sektor industri manufaktur jauh lebih hebat dibandingkan dengan yang terungkap di data statistik dan sangat mungkin sudah berlangsung lebih lama. Ada beberapa hal yang mendasari pendapat saya tersebut. Pertama, dalam hal industri alat angkut, mesin dan peralatannya, pertumbuhan yang dicapai memang cukup tinggi, yaitu 7,52 %.

Namun, dalam sektor industri ini, penjualan (dan tentunya juga terkait produksi melihat jumlah stok yang sangat terbatas) mobil di dalam negeri telah mengalami pertumbuhan 24 % selama sembilan bulan pertama 2012. Karena penjualan sepeda motor tumbuh negatif, data pertumbuhan industri alat angkut, mesin dan peralatannya secara keseluruhan menjadi lebih rendah. Kendati demikian, saya yakin dengan perhitungan yang lebih cermat, pertumbuhan sektor ini akan lebih tinggi dari data yang dilaporkan saat ini.

Kedua, industri kertas dan barang cetakan tumbuh negatif 4,50 %. Angka ini sangat membingungkan, karena dengan pertumbuhan sektor industri lainnya yang sangat tinggi maka seharusnya sektor ini pun tumbuh positif. Untuk karton boks (corrugated carton), misalnya, industri tersebut tumbuh cukup tinggi karena didorong oleh permintaan pada industri makanan, minuman, dan tembakau yang sangat tinggi.

Demikian juga permintaan yang berasal dari kebutuhan industri lainnya. Sebagai contoh, karton pembungkus boneka Barbie yang diproduksi oleh Mattel di Jababeka juga tumbuh sangat tinggi, sehingga rasanya aneh melihat kinerja sektor tersebut justru negatif.

BERITA TERKAIT

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

Program Making Indonesia 4.0 Tingkatkan Daya Saing

NERACA Jerman – Indonesia kembali berpartisipasi dalam Hannover Messe 2024, acara pameran industri terkemuka yang merupakan salah satu satu pameran…

Le Minerale Favorit Konsumen Selama Ramadhan 2024

Air minum kemasan bermerek Le Minerale sukses menggeser AQUA sebagai air mineral favorit konsumen selama Ramadhan 2024. Hal tersebut tercermin…

BERITA LAINNYA DI Industri

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

Program Making Indonesia 4.0 Tingkatkan Daya Saing

NERACA Jerman – Indonesia kembali berpartisipasi dalam Hannover Messe 2024, acara pameran industri terkemuka yang merupakan salah satu satu pameran…

Le Minerale Favorit Konsumen Selama Ramadhan 2024

Air minum kemasan bermerek Le Minerale sukses menggeser AQUA sebagai air mineral favorit konsumen selama Ramadhan 2024. Hal tersebut tercermin…