Industri Otomotif - RI Kian Mantap Jadi Basis Produksi

NERACA

 

Jakarta - Kementerian Perindustrian memberikan sinyal jika para produsen otomotif segera berbondong-bondong masuk Indonesia. Mereka ada yang berencana meningkatkan kapasitas produksi dan membangun industri perakitan anyar di dalam negeri.

Paling tidak, sampai saat ini beberapa produsen yang akan meningkatkan produksinya diantaranya Nissan, Daihatsu, Toyota. Teranyar, produsen otomotif Jerman Volkswagen (VW) telah mengajukan proposal untuk membangun pabrik. Nilai yang diajukan sebesar US$ 140 juta atau sekitar Rp 1,3 triliun dengan rencana menggandeng perusahaan lokal.

Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan VW mengulang lagi niatan mereka berinvestasi. Sejak tahun lalu, pabrikan mobil yang kondang dengan produk VW Beetle dan Combi itu pernah mengajak pemerintah berunding.

\"VW itu sekarang produksi manufakturnya di China volume produknya melampaui produksi mobil-mobil Jepang di China. Jadi (VW) sangat populer, dia mau menularkan itu di Indonesia,\" ungkapnya di Jakarta, Senin (11/3).

Mantan Ketua Gabungan Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Bambang Trisulo mengatakan sangat wajar jika Indonesia dijadikan basis industri kendaraan bermotor. \"Pasar Indonesia sangat menjanjikan, apalagi kalau Maluku dan Papua atau Indonesia bagian timur sudah terkoneksi dengan baik,\" katanya.

Dia mengatakan banyak hal yang membuat para investor kembali melirik Indonesia diantaranya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil. \"Sejak 2006, saya sudah bicara pada Pemerintah untuk mendorong produksi kendaraan murah dan ramah lingkungan,\" katanya.

Besarnya pasar Indonesia bisa dilihat data penjualan kendaraan anyar di 2012. Total penjualan mobil nasional mencapai 1,116 juta unit. Jumlah ini naik signifikan dibanding 2011 yang sebanyak 894.164 unit dan 764.709 unit (2010). Bahkan, di 2013 penjualan kendaraan akan terus meroket melebihi 1,3 juta unit. Hal ini karena didorong konsumsi masyarakat yang meningkat.

Bambang menegaskan bukan hanya industri perakitan Jepang yang akan menjamur, tetapi industri perakitan Eropa melirik Indonesia. \"Indonesia itu ada di pusat, apalagi akan segera di bukanya pasar bebas Asia Tenggara, ini memudahkan para produsen kendaraan memasarkan produknya,\" ungkapnya.

Industri Komponen

Di tempat berbeda, Anggota Komisi VI DPR Ferrari Romawi mengungkapkan untuk memperkuat industri otomotif nasional, pemerintah bareng swasta harus memperkuat industri komponennya terlebih dahulu. Pasalnya apabila Indonesia mau membangun industri otomotif tanpa diimbangi dengan maju industri komponen, sampai kapanpun tidak akan berhasil dan sudah pasti akan ketergantungan impor komponen. “Industri otomotif harus diimbangi dengan kemajuan industri komponen dalam negeri,” terang Ferarri kepada Neraca.

Ferarri memaparkan kalau selama ini Indonesia hanya dijadikan pasar saja oleh Jepang, tanpa dibarengi alih teknologi. “Sehingga bangsa ini tidak pernah bisa mandiri di sektor otomotif. Berbicara mobil nasional tidak bisa untuk tidak menceritakan kisah terciptanya mobil “Kijang”. Indonesia memiliki kedekatan khusus secara bilateral dengan Jepang,” tambahnya.

Menurut dia, tidak mengherankan jika hampir lebih dari 30 tahun lamanya prinsipal otomotif dari Jepang diberikan hak atas penguasaan pasar otomotif di Indonesia. Melalui ATPM yang dipegang oleh ASTRA, Jepang hendak mewujudkan perakitan mobil pertama yang sekaligus nantinya akan menjadi ledakan industri otomotif di tanah air.

Upaya yang dipelopori oleh Toyota kemudian diikuti oleh pesaingnya dari Jepang lainnya seperti Honda, Suzuki, Daihatzu, Isuzu, dan Mitsubishi. Industri perakitan mobil pun akhirnya diikuti pula dengan kemunculan industri otomotif dari Jepang pula untuk jenis kendaraan roda dua. Kedua jenis tersebut meraih sukses besar hingga saat ini.

Hal senada,Managing Officer TMC Hiroji Onishi mengatakan, Indonesia punya potensi besar menjadi pasar otomotif terbesar di ASEAN dalam beberapa tahun mendatang. Tapi, jika dibandingkan Thailand, industri komponen Indonesia masih tertinggal.\"Jumlah supplier di Thailand jauh lebih banyak ketimbang Indonesia, sehingga memproduksi mobil lebih mudah (dan lebih ekonomis) di sana,\" tegas Hiroji.

Ke depan, lanjut Hiroji, Indonesia akan memperoleh lebih banyak model dan kapasitas produksi lebih besar. Joe Hinrichs, President Asia Pacific and Africa Ford Motor Company yang juga sempat berkunjung ke Indonesia, pekan lalu menceritakan keberhasilan Thailand sebagai basis produksi otomotif.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…