2020, Kelas Menengah Indonesia Meningkat Dua Kali

NERACA

Jakarta - Pada tahun 2020 mendatang, jumlah middle-class and affluent consumers (MAC) Indonesia, diproyeksikan meningkat dua kali lipat, atau dari 74 juta orang pada 2012 menjadi 141 juta orang pada 2020. Peningkatan tersebut sekaligus dapat meningkatkan perekonomian Indonesia. Hasil riset tersebut disampaikan oleh The Boston Consulting Group (BCG) di Jakarta, Rabu (6/3).

“Konsumen ini adalah daya tarik tinggi bagi Indonesia. Tren konsumsi mereka mulai bergerak dari produk untuk memenuhi kebutuhan dasar ke produk yang menawarkan kemudahan dan kenyamanan yang lebih besar, seperti barang kebutuhan rumah tangga yang tahan lama, perkakas dan barang elektronik, mobil dan jasa keuangan,” kata Partner & Managing Director BCG Singapore, Vaishali Rastogi.

Dengan populasi terbesar keempat di dunia (termasuk proporsi tinggi usia produktif), iklim politik yang stabil, dan permintaan domestik yang tinggi, perekonomian Indonesia saat ini tumbuh 6,4% per tahun. Pertumbuhan tersebut mengangkat jutaan orang dari tingkat sosial ekonomi berpenghasilan rendah ke dalam kategori kelas menengah ke atas sehingga jumlahnya berlipat dalam waktu 8 tahun. Pada titik tersebut, pulau Jawa sendiri akan memiliki jumlah kelas menengah lebih banyak dibandingkan dengan seluruh penduduk Thailand.

Perilaku konsumen kelas menengah ini memiliki beberapa karakteristik unik. “Keluarga dan fungsionalitas adalah kunci data menunjukkan bahwa konsumen Indonesia memiliki orientasi kuat kepada keluarga,” jelas Partner & Managing Director BCG Singapura, Dean Tong. Ketika mereka bergerak dari kelas berpenghasilan rendah ke kelas menengah ke atas, mereka lebih cenderung untuk membeli hal-hal yang dapat meningkatkan kualitas hidup bagi keluarga mereka daripada untuk mereka sendiri.

Sebesar 63% responden mengatakan mereka tidak menghabiskan uang untuk kebutuhan mereka sendiri sebelum kebutuhan keluarga telah terpenuhi. Bandingkan dengan China yang hanya 46%. Temuan tersebut menunjukkan bahwa konsumen rela untuk membelanjakan lebih uang mereka untuk sesuatu yang lebih bernilai saat mereka memasuki segmen kelas menengah keatas, seperti pendidikan, renovasi rumah, barang-barang yang tahan lama, dan perawatan kesehatan.

Selain itu, hasil riset juga menunjukkan bahwa meskipun kelas menengah ke atas membelanjakan lebih uang mereka untuk barang-barang yang lebih bernilai, keputusan belanja mereka tetap didasari oleh pertimbangan akan manfaat fungsional dari barang yang mereka beli. Misalnya, produk rumah tahan lama dipandang sebagai investasi jangka panjang. Konsumen membeli DVD player dan flat screen TV sebagai cara untuk menghemat uang pergi ke bioskop.

"Karena fungsi dari barang yang dibelanjakan merupakan aspek yang sangat penting, brand yang diakui dan kredibel dan pesan yang jelas mengenai sebuah produk akan menjadi elemen yang sangat penting bagi perusahaan," jelas Dean. Hasil riset BCG ini juga menunjukkan bahwa populasi kelas menengah keatas ini menjadi lebih luas dan terpencar. Perusahaan yang saat ini telah menjangkau 50% dari basis kelas menengah ke atas akan perlu melipatgandakan keberadaan mereka di daerah jika mereka ingin mempertahankan tingkat jangkauan yang sama.

"Mereka akan perlu memikirkan tentang bagaimana mereka meningkatkan skala operasi mereka. Bagaimana mengatur kekuatan penjualan mereka dan jaringan rantai pasokan, serta bagaimana mereka mendistribusikan barang untuk memenuhi permintaan di kota-kota kecil yang mungkin tidak menjadi perhatian sebelumnya,” jelas dia.

Hasil kajian BCG ini mengembangkan model riset yang menganalisa populasi eksklusif dan perilaku belanja kelas menengah ke atas di Indonesia. Riset ini mencakup indikator demografi di 7 pulau, 33 provinsi, 99 kota, dan 393 kabupaten. Riset ini juga menganalisis data belanja konsumen untuk beberapa kategori utama, termasuk makanan, perkakas, perlengkapan rumah tangga dan transportasi. Pada bulan September 2012, riset kuantitatif dilakukan yang mencakup 3.950 konsumen di 31 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia, serta riset kualitatif melalui diskusi kelompok dan kunjungan ke rumah- rumah. [iqbal]

BERITA TERKAIT

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini NERACA Jakarta - Bangkok RHVAC 2024 dan…

Defisit Fiskal Berpotensi Melebar

    NERACA Jakarta - Ekonom Josua Pardede mengatakan defisit fiskal Indonesia berpotensi melebar demi meredam guncangan imbas dari konflik Iran…

Presiden Minta Waspadai Pola Baru Pencucian Uang Lewat Kripto

  NERACA Jakarta – Presiden RI Joko Widodo meminta agar tim Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan kementerian…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini NERACA Jakarta - Bangkok RHVAC 2024 dan…

Defisit Fiskal Berpotensi Melebar

    NERACA Jakarta - Ekonom Josua Pardede mengatakan defisit fiskal Indonesia berpotensi melebar demi meredam guncangan imbas dari konflik Iran…

Presiden Minta Waspadai Pola Baru Pencucian Uang Lewat Kripto

  NERACA Jakarta – Presiden RI Joko Widodo meminta agar tim Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan kementerian…