Bank Mandiri Targetkan Kredit Mikro Tumbuh 50%

NERACA

Jakarta – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencanangkan target pencapaian pertumbuhan segmen kredit mikro sebesar 50% pada tahun ini. Ini menyesuaikan dengan target pertumbuhan di tahun 2012 lalu. “Tahun ini tumbuh 50% lah di mikro. Kalau kegedean tumbuhnya juga ngeri, tapi kita sudah jadi nomor dua kan sekarang, menyusul BRI,” ungkap Budi Gunadi Sadikin, Direktur Micro & Retail Banking Bank Mandiri, ketika ditemui dalam ajang International Financial Inclusion Forum (IFIF) 2013, di Jakarta, Selasa (26/2).

Mengacu pada pengalamannya sebagai banker selama 20 tahun terakhir, maka Budi juga mau memasang target yang tidak terlalu muluk di kredit mikro, walaupun pertumbuhan ekonomi saat ini sedang bagus-bagusnya. “Kredit yang jelek itu diberikan pada saat yang baik, dan kredit yang baik, diberikan pada saat buruk. Pada saat sekarang kondisi baik, mereka (bank) jor-joran kasih kredit. Nanti pada waktu kolaps seperti di tahun 1999-2000, kreditnya pada macet semua, maka bankir jadi takut ngasihnya dan akan lebih hati-hati,” katanya.

Menurutnya, di luar negeri itu ada yang namanya counter cyclical untuk menjaga proses pemberian kredit itu agar jangan sampai “menenggelamkan” perbankan apabila keadaan ekonomi sedang jatuh dan banyak kredit macet yang terjadi.

“Jadi baik dari sisi policy atau awareness saja, ini sudah baik nih, lagi mau tumbuh cepat-cepat, maka misalnya pasang target 60%-70% (pertumbuhannya). Tapi sebagai bankir itu harus tahu kalau bakal kejeblos, jadi kita mesti lebih jaga diri lah. Karena kalau tidak kan duit pemerintah lagi yang dipakai,” tuturnya.

Kredit mikro dari bank, tambah Budi, akan lebih bagus lagi jika semakin dipenetrasikan ke daerah pedesaan. Karena hal tersebut akan dapat mengembangkan produk domestik bruto (PDB) Indonesia ke depannya. “PDB kita tidak akan bisa naik sampai 7%-8% kalau tumbuh kreditnya cuma segitu-segitu saja,” imbuhnya.

Mengenai suku bunga di segmen kredit mikro, memang Budi akui, masih cukup besar jika dibandingkan dengan segmen kredit lainnya. Sudah begitu, masih banyak orang yang masih tidak bisa mengakses kredit mikro dikarenakan kurangnya cabang bank sampai ke pelosok-pelosok desa.

“Mikro itu masalahnya tidak semua orang bisa akses ke kredit mikro sekarang, karena bank itu tidak punya cukup cabang. Cabangnya paling tidak sampai 30 ribu. Padahal kita butuh cabang minimal 200 ribu kalau mau penetrasi. Kemudian orang memang tahu kalau (kredit) mikro itu bunganya besar, sehingga semuanya mau masuk. Tapi bandingkan bunga enam tahun lalu dengan sekarang yang sudah jauh turun,” ucapnya.

Untuk membuat suku bunga di kredit mikro semakin turun, Budi menjelaskan bahwa hal itu tidak perlu dipaksakan. Sebaiknya malah diceritakan ke semua bank bahwa keuntungan di kredit mikro itu besar maka akan semakin banyak yang masuk.

“Makanya bagi saya yang paling benar adalah cerita ini menguntungkan sebesar-besarnya atau returnnya tinggi, sehingga nanti semua bank masuk. Saya lebih percaya ke kompetisi daripada mengumumkan SBDKM itu. Jadi ibaratnya sesuatu yang diatur itu tidak bagus, karena itu akan seperti kartel. Lihat sekarang rebutan kan (di segmen kredit mikro), makanya turun (bunganya),” jelasnya.

Budi menceritakan bahwa pesaing terbesar Bank Mandiri di segmen kredit mikro saat ini adalah BRI, Bank Danamon, dan CIMB Niaga. “Tapi berdasarkan data kita dari nasabah baru yang kita ambil hanya 5% yang take over dari kompetitor. Padahal kita tumbuhnya kan gede, jadi kalau kita lihat sebenarnya market-nya besar sekali. Ini kecil sekali yang rebutan (nasabah)nya, jadi ini berbeda dengan corporate banking atau kartu kredit,” katanya.

Sementara dalam Paparan Kinerja Bank Mandiri Triwulan IV 2012 yang diadakan kemarin, Direktur Commercial & Business Banking Bank Mandiri, Sunarso, menerangkan bahwa kredit UMKM Bank Mandiri menyentuh angka Rp105 triliun, dari jumlah itu terdiri atas Rp54,7 triliun yang berupa kredit produktif, dan sisanya Rp50,3 triliun masuk ke kredit konsumer (konsumtif). Porsi kredit UMKM itu sebesar 30,9% dari total kredit Bank Mandiri.

“Dalam kredit produktif, komposisi kredit menengahnya sebesar 32,6% dan kredit kecil (mikro)nya sebesar 16,7%, dari total kredit produktif. Kredit mikro sebesar Rp19 triliun, business banking-nya (kredit UKM) sebesar Rp38 triliun. Target business banking di awal 2012 hanya sebesar Rp34 triliun, jadi kita sudah melewati target. Tahun ini kita harus mencapai Rp43 triliun untuk business banking di akhir tahun nanti. Sementara kuota Kredit Usaha Rakyat (KUR) kita sebesar Rp3,6 triliun di tahun ini, sedangkan tahun kemarin Rp3,5 triliun. Naik Rp100 miliar saja,” terangnya.

Soal suku bunga di kredit mikro, Sunarso mengatakan bahwa itu nilainya sekitar 22% flat. NPL gross kredit mikro sebesar 3,2%, UKM atau business banking sebesarv 2,47%, dan kredit korporasi/komersial sebesar 1,1%.

“KUR mikro nanti bunganya akan dihitung bulanan, yang jatuhnya sekitar 0,97% flat per bulan. Proporsi kredit mikro masih kecil, proporsinya baru 5,5% dari total portofolio (kredit) Bank Mandiri. Kredit mikro itu diarahkan ke pedagang, pertanian, home industry, peternakan, dan lain-lain. Memang yg plg besar itu di perdagangan atau pasar tradisional.

Bank Mandiri, tambah Sunarso, selama ini porsi kreditnya masih 60% di wholesale banking, dan di ritel hanya 40%. “Sekarang porsi kita di ritel sudah 30,9%. Jadi ini memang sejalan dengan core plan kita, yang mana menginginkan supaya komposisi kredit ritel bisa mencapai 40%. Akhir tahun ini belum sampai lah 40%, tapi target kita 40% di 2014 nanti,” pungkasnya. [ria]

BERITA TERKAIT

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…

BERITA LAINNYA DI

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…