BNI Ngaku Belum Siap, BCA Sedang Proses - Migrasi Kartu ATM ke Chip

NERACA

Jakarta - PT Bank Nasional Indonesia Tbk atau BNI mengaku belum siap untuk melakukan migrasi kartu ATM/Debet yang saat ini masih berbasis magnetic stripe menjadi berbasis chip. Sementara PT Bank Central Asia Tbk atau BCA selangkah lebih maju alias sudah siap.

“Kartu ATM/Debet kita memang belum yang pakai chip. Tapi yang kartu kredit (sudah pakai chip) dari dahulu. Bahkan, (saat ini) hampir semua bank masih pakai magnetic card,” kata Shadiq Akasya, Pemimpin Wilayah Jakarta-Senayan BNI di Jakarta, pekan lalu.

Kendala dalam proses migrasi tersebut, menurut Shadiq, antara lain masalah teknologi yang masih harus diubah semuanya. Dengan demikian, hal tersebut membuat BNI masih butuh waktu lama untuk bisa migrasi sepenuhnya.

“Kita bertahap (proses migrasinya) tapi sampai sekarang masih belum. Teknologinya yang masih jadi kendala, karena itu kan harus berubah juga, apalagi untuk (mengubah) software  sangat mahal lho. Misalnya, kartu itu sekarang (berbasis) magnetic, dan kalau diubah menjadi chip kan nasabah kita sudah sekian juta orang, jadi pasti butuh waktu (lama) untuk migrasi,” kilah dia.

Lebih lanjut Shadiq bilang, sehingga proses penggantian kartu ke para nasabah BNI memang belum dilakukan, karena dari sisi penyediaan kartu dan mesin ATM yang sudah berbasis chip dan disertifikasi pun memang masih belum ada.

“Nah, di saat yang sama harus ada double (kepemilikan kartu ATM/Debet) untuk proses migrasi, mungkin yang ini pakai chip, (sedangkan) yang sana masih pakai magnetik. Itu yang harus juga dipikirkan baik-baik. Sudah begitu, kebanyakan produsen kartu berbasis chip ini dari luar negeri,” ujarnya.

Selain terbentur ongkos mahal karena perubahan ke teknologi, Shadiq mengatakan, ada risiko operasional yang akan terjadi juga akibat proses migrasi tersebut. “Kalau misalnya sekarang pakai magnetic, kemudian tiba-tiba mesinnya dikasih yang chip, kecewa kan (para nasabah)? Jadi memang harus dipikirkan juga dari sisi kelanjutan bisnis perbankannya pada saat melakukan migrasi,” papar dia.

Ikuti ketentuan BI

Di sisi lain, BCA menerangkan kalau mereka sudah siap bermigrasi dari kartu ATM/Debet dari yang tadinya berbasis magnetic stripe menjadi chip. “Kan memang kartu ATM/debet kita sesuai dengan ketentuan BI bahwa yang semula menggunakan magnetic stripe menjadi chip. Kita sangat siap (untuk migrasi). Tinggal menunggu instruksi BI. Tahun inilah kita migrasi,” terang Liliani Santoso, Kepala Sub Divisi Perbankan Elektronik BCA di Jakarta, Jumat.

Bahkan, Liliani mengungkapkan, kartu ATM/Debet BCA setelah dimigrasi ke basis chip, nanti di dalamnya juga akan ditambahkan satu fungsi lagi, yaitu sebagai kartu Flazz. Sehingga kartu chip BCA bisa dipakai sebagai produk e-money perseroan. Meskipun begitu, dia juga menjelaskan kalau BCA belum mengalami kendala berarti dalam proses migrasi tersebut. Walaupun biaya migrasinya memang cukup besar, akan tetapi hal itu tidak masalah bagi BCA.

So far, BCA tidak ada kendala (untuk migrasi). Dari segi infrastruktur kita sudah siap, karena memang rata-rata sudah di-upgrade semua. Kita tinggal kartu saja yang siap untuk dimigrasi. Tapi biayanya memang cukup besar, karena itu untuk mengganti 11 juta kartu,” jelas Liliani. Untuk mendukung migrasi kartu, Liliani juga akan melakukan sosialiasi kepada seluruh nasabahnya di seluruh Indonesia. Menurut rencana, proses transisi ini sampai dengan 2015 mendatang. [ria]

BERITA TERKAIT

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…

BERITA LAINNYA DI

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…