Tutup Buku, Tren Emiten Pelit Dividen Kembali Marak

NERACA

Jakarta – Maraknya emiten mencatatkan laporan keuangan 2012 yang positif, tidak memberikan kabar positif bagi sebagian pemegang saham. Pasalnya, saat ini tren emiten menunda bagikan dividen semakin meningkat dengan alasan ekspansi atau merugi. Bahkan ada emiten yang tiap tahun pelit bagikan dividen karena tiap tahun selalu menunda.

Berdasarkan data PT Bursa Efek Indonesia (BEI) tercatat diawal tahun 2013, sudah ada 4 4 emiten yang menyampaikan penundaan pembagian dividen untuk laporan keuangan 2012. Diantaranya, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) tidak akan membagikan dividen untuk periode tahun buku 2010 dan 2011.

Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, Rabu (30/1). Alasan menunda dividen, karena untuk memenuhi kebutuhan modal kerja dan melakukan ekspansi usaha serta penyelesaian kewajiban kepada kreditur.

Padahal pada tahun buku 2011, PT Sarana Menara Nusantara Tbk mencatatkan laba konsolidasi sebelum pajak sebesar Rp764 miliar atau tumbuh 49% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Untuk pendapatan tercatat sebesar Rp1,1 triliun dengan pinjaman perseroan sebesar Rp3,6 triliun dan saldo kas sebesar Rp613 miliar.

Kemudian disusul PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) yang menyatakan tidak akan bagikan dividen tunai untuk periode 2010-2011. Alasannya perseroan mengakuisisi PT Triguna Internusa Pratama dan PT Panji Raya Alamindo pada tahun 2010. Namun perseroan merencanakan untuk melakukan pembagian dividen tunai pada penutupan periode tahun buku 2012.

Tahun 2011, perseroan meraih laba bersih sebesar Rp16,1 miliar. Pendapatan perseroan mencapai sebesar Rp796,7 miliar atau naik 512% dibanding pendapatan tahun sebelumnya sebesar Rp155,7 miliar.

Alasan Ekspansi

Selanjutnya,  ada PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI) yang menyampaikan tidak lagi membagikan dividen kepada investornya dengan alasan perseroan masih membutuhkan modal kerja untuk ekspansi bisnis.

Direktur PT Duta Pertiwi Hermawan mengatakan, perseroan belum memiliki rencana untuk membagikan dividen dikarenakan masih butuh modal, “Perseroan belum berencana membagikan dividen dikarenakan perseroan masih membutuhkan dana untuk modal kerja,”ujarnya.

Asal tahu saja, tiga tahun terakhir perseroan tidak membagikan dividen dan kedepannya, perseroan pun tidak memiliki rencana untuk membagikan dividen kepada pemegang sahamnya.

Pada periode 2010 hingga 2012, perseroan tidak membagikan dividen. Pertimbangan perseroan untuk tidak membagikan dividen lantaran penyelesaian kewajiban kepada kreditur. Padahal, Duta Pertiwi membukukan laba bersih sebesar Rp370,65 miliar atau Rp200,35 per saham pada kuartal III-2012.

Selain itu, laba bersih itu menunjukkan kenaikan 72,36% bila dibandingkan dengan laba bersih pada kuartal III tahun lalu sebesar Rp215,05 miliar atau Rp116,24 per saham. Kemudian ditutup PT Hero Supermarket Tbk (HERO) yang belum berencana membagikan dividen ke depan. Sebelumnya, perseroan tercatat tidak pernah membagikan dividen sejak 2010 lalu.

Direktur HERO Lai Saye Chuan menjelaskan, pihaknya masih fokus untuk melakukan ekspansi dan pengembangan bisnis, “Perseroan masih memerlukan dana investasi yang besar untuk ekspansi dan perseroan juga meminjam uang dari bank dan pemegang saham untuk ekspansi bisnis tersebut,"tandasnya.

Pada 2010, alasan perseroan tidak membagikan dividen untuk memperkuat struktur permodalan agar dapat mendukung ekspansi yang berkelanjutan. Sementara, alasan perseroan tidak membagikan dividen pada 2011 dan 2012 lantaran ekspansi usaha yang berkelanjutan.

Sanksi Tegas

Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito pernah bilang, emiten dihimbau untuk membagikan dividen kepada pemegang saham bila memperoleh keuntungan, “Dividen itu bergantung kebutuhan emiten kalau emiten itu masih rugi maka belum dapat membagikan dividen,"katanya.

Dia juga menuturkan, pihaknya masih terus membahas untuk mewajibkan pembagian dividen. Hal itu dilakukan agar tidak bertentangan dengan Undang-undang. "Itu yang masih harus dibahas karena menyangkut undang-undang apakah bertentangan atau tidak," paparnya.

Sedangkan menurut Ketua Asosiasi Emiten Indonesia (AEI), Airlangga Hartarto, perlu sanksi tegas bagi emiten pelit dividen dan perlu dicek kembali profitabilitasnya untuk mengetahui, apakah bisa memberikan deviden kepada pemegang saham atau tidak, “Bagi investor yang emitennya tidak membagikan devidennya maka sebaiknya exit atau keluar saja karena tidak mendapatkan keuntungan apa-apa dari kepemilikan sahamnya itu,”tegasnya.

Namun dia memberikan catatan, untuk emiten yang mencatatkan rugi, tidak perlu diberikan sanksi. Lebih baik sanksi itu diberikan kepada emiten yang melakukan pelanggaran. (bani)

 

 

 

 

 

 

 

 

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…