Pasokan Listrik Jadi Ganjalan - Industri Tekstil Masih Enggan Ekspansi ke Luar Jawa

NERACA

 

Jakarta – Kalangan pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyatakan bahwa industri tekstil di Indonesia memerlukan perhatian khusus seperti kepastian hukum jangka panjang untuk meningkatkan daya saing.

"Industri tekstil merupakan industri yang memerlukan perhatian khusus seperti kepastian hukum jangka panjang sebagai kunci persaingan ke depan," kata Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat di Jakarta, Rabu (30/1).

Menurut dia, kunci dari persaingan ke depan adalah efisiensi yang kuat yang bukan hanya meliputi sektor produksi saja, namun ada beberapa sektor yang harus diperhatikan khususnya oleh pemerintah. "Yang harus diperhatikan adalahbukan hanya produksi, namun juga logistik, dan juga pelayanan publik oleh pemerintah khususnya untuk impor-ekspor harus lebih cepat," jelasnya.

Selain itu,  untuk saat ini pihaknya belum ada rencana untuk melakukan investasi di luar Pulau Jawa. "Investasi saat ini lebih mengarah ke Jawa Barat bagian timur dan Jawa Tengah, karena terkait juga dengan pemberian perijinan, ketentuan tenaga kerja dan juga lingkungan," ujar Ade.

Alasannya, lanjut Ade, untuk mendorong investasi di luar Pulau Jawa tersebut harus ada pendekatan lebih terutama untuk masalah pekerja. "Angkatan kerja di luar Jawa kecil, karena banyak yang terjun di sektor sumber daya alam, perkebunan, dan juga pertanian," ungkap  Ade.

Beberapa kriteria harus terpenuhi seperti akses ke pelabuhan yang sudah bagus, dan juga pasokan listrik yang harus memadai. "Di luar Jawa pasokan listrik masih belum bisa diandalkan," kata Ade.

Terkait hal ini, Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Panggah Susanto, mengatakan dunia industri memerlukan pasokan energi yang besar agar bisa terus berkembang, kata "Kebutuhan energi ini sangat mendesak karena tanpa pasokan energi yang cukup industri di Indonesia tidak akan bisa tumbuh," papar Panggah.

Dia juga mengatakan, kebutuhan energi yang besar khususnya bagi industri tekstil karena industri tersebut sangat sensitif dan sangat tergantung akan ketersediaan energi listrik. "Industri tekstil memerlukan pasokan listrik yang banyak karena mereka sangat sensitif terhadap ketersediaan harga listrik dan tentunya juga kenaikan harga listrik," ujar Panggah.

Selain kendala energi yang masih minim, menurut dia, kendala lainnya adalah permasalahan infrastruktur. "Namun, saya yakin bahwa proyeksi untuk investasi di Indonesia masih bagus dan akan terus tumbuh," ujar Panggah.

Investor Asing Minim

Lebih jauh Ade mengemukakan, API memperkirakan investasi industri tekstil mencapai Rp1,5 triliun pada 2013. "Investasi pada 2013 diperkirakan mencapai Rp1,5 triliun, dan angka tersebut hanya untuk mesin, bukan termasuk tanah dan bangunan," ungkap Ade.

Untuk investasi industri tekstil di Indonesia diharapkan akan datang dari investor domestik saja, karena untuk investor asing persentasenya masih sedikit. "Kami mengharapkan inverstasi bisa lebih banyak dari domestik bukan dari luar, investasi industri dari asing masih kecil hanya berkisar 20%," ungkapnya.

Pada 2012 lalu, kata dia, investasi atau pembelian mesin mencapai Rp2,3 triliun dan dari nilai tersebut, investasi asing memberikan kontribusi senilai kurang lebi Rp500 miliar. "Dari keseluruhan investasi sebesar Rp2,3 triliun, sebanyak 20 persen atau senilai Rp500 miliar merupakan investasi asing," bebernya.

Senada dengan pendapat Ade, kalangan pengamat menilai banyak investor asing yang masih belum berinvestasi untuk sektor riil di Indonesia. Ketidakpastian hukum, berubah-ubahnya kebijakan dan ruwetnya birokrasi dituding menjadi biang keladi minimnya investasi asing di sektor riil ketimbang sektor pasar uang.

"Indonesia akan tetap menarik bagi para investor untuk menaruh uangnya di Indonesia. Namun, untuk sektor riil masih banyak kendala dalam kebijakan kita," kata pengamat ekonomi dan juga Sekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN), Aviliani.

Menurut Avi, sapaan Aviliani, perubahan-perubahan kebijakan yang tidak mengantisipasi para investor sehingga para investor yang menanyakan tentang kepastian hukum di Indonesia. "Hal tersebut mengakibatkan banyak investor yang menaruh uangnya di pasar modal, dan hal itu harus dikurangi," ungkapnya.

Itulah sebabnya, Aviliani berharap investor tidak hanya bermain di pasar modal, tetapi juga sektor riil yang bisa menyerap tenaga kerja. Salah satunya, kata dia, disebabkan belum adanya insentif fiskal dan juga beberapa faktor lainnya. "Data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), kenaikan investor masih baru pada sektor pertambangan, bukan untuk sektor padat karya," jelasnya.

Sementara itu, khusus terkait industri tekstil, Direktur Industri Tekstil dan Aneka Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Ramon Bangun mengatakan, memasuki 2013 sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) dihadapkan pada dua masalah seperti kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) sebesar 15%. "Industri TPT nasional dihadapkan pada besarnya biaya energi dan masalah pengembalian bea masuk atas barang impor," kata Ramon.

Ramon mengatakan, selama ini, sektor industri serat pemintalan menggunakan komponen energi listrik yang sangat besar, dan dengan tingginya tarif tenaga listrik tersebut akan membuat kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil semakin menurun. "Tahun lalu kinerja ekspor TPT sudah turun 6% dan tahun ini diperkirakan lebih rendah dari realisasi 2012," ujarnya.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…