Ternyata, Asbes Berbahaya Loh!

Sama seperti seng aluminium, asbes banyak dipakai untuk bahan atap rumah, karena murah dan mudah pemasangannya. Asbes adalah istilah pasar untuk bermacam-macam mineral yang dapat dipisah-pisahkan hingga menjadi serabut yang fleksibel. Berdasarkan komposisi mineralnya, asbes terbagi dua golongan. Pertama, golongan serpentin, yaitu mineral krisotil yang merupakan hidroksida magnesium silikat dengan komposisi Mg6(OH)6(Si4O11) H2O. Kedua, golongan amfibol, yaitu mineral krosidolit, antofilit, amosit, aktinolit, dan tremolit.

Mineral asbes meliputi silikat-silikat kompleks. Ada yang menyebut berupa kumpulan molekul Si11O12. Tapi,setelah diuji dengan sinar x,  ternyata silikat yang dimaksudkan adalah molekul Si4O11. Dari kedu abahan itu, yang paling banyak digunakan adalah asbes jenis krisotil.

Perbedaan dalam serat asbes selain karena panjang seratnya berlainan, juga karena sifatnya yang berbeda.  Dari hasil pembuatannya, asbes dibagi dua, yang dipintal dan tidak dapat dipintal. Yang dapt dipintal biasanya untuk kopling, tirai, layar, saung tangan, kantung pelapis ketel uap, juga pelapis dinding, pakaian pemadam kebakaran, pelapis rem. Yang tak dapat dipintal dipakai untuk atap, lantai, penutup pipa isolator.

Dilarang

Namun, pemakaian asbes untuk atap kini bermasalah, karenanya sudah mulai ditinggalkan orang. Dari hasil penelitian, 94% pemakaian asbes mengandung bahan chrysotile atau hidroksida magnesium silikat dengan komposisi Mg6(OH)6(Si4O11)H2O.  Chrysotile merupakan bahan mineral yang bersifat karsinogen pemicu penyakit kanker yang  menyerang rongga dada, paru-paru, dan perut.

Proses terinfeksinya melalui udara yang telah tercemar oleh debu asbes. Larangan memakai asbes berawal dari Jepang. Akibat mnghirup udara yang tercemar debu asbes, sbanyak 500 orang meninggal dunia pada 1995. Pada 2003, tercatat 878 orang tewas. Itu sebabnya, pemerintah Jepang melarang penggunaan asbes.

Sebetulnya proses keracunan oleh debu asbes hingga menimbulkan kematian tidaklah tiba-tiba. Racun chrysotile akan menyerang manusia secara akumulatif, hingga menyebabkan kanker dalam kurun waktu puluhan tahun, jika korban terus-menerus menghirup debu asbes yang mengandung chrysotile.

Untuk mencegah bencana itu, pemakaian asbes dapat diakali dengan sejumlah cara. Di antaranya, gunakan plafon untuk meminimalisasi jatuhnya debu asbes ke dalam rumah.  Asbes yang sudah rusak mudah membentuk debu, karena itu segera diganti. Saat memotong asbes, harus menggunakan masker penutup hidung.  Lalu, buatlah ventilasi udara di dalam rumah sebanyak-banyaknya agar kalau ada debu asbes, dapat segera tertiup keluar.  Namun, yang paling aman tentu saja tidak usah memakai asbes. (saksono)

BERITA TERKAIT

SMF Komitmen Perkuat Peran dalam Pembiayaan Sektor Perumahan

NERACA Jakarta - Menyambut tahun 2024, PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) berkomitmen untuk terus berfokus pada pembiayaan di sektor perumahan.…

Riset Ungkap Bogor Alami Kenaikan Harga Rumah Tertinggi pada Februari

NERACA Jakarta - Hasil riset Rumah123 mengungkapkan Bogor mengalami kenaikan harga rumah tertinggi di Jabodetabek hingga 6,4 persen, disusul Tangerang…

Okupansi Hotel Libur Lebaran Capai 80 Persen

NERACA Badung, Bali - Anggota holding BUMN InJourney, PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (ITDC) mencatat tingkat okupansi kamar hotel di kawasan the Nusa…

BERITA LAINNYA DI Hunian

SMF Komitmen Perkuat Peran dalam Pembiayaan Sektor Perumahan

NERACA Jakarta - Menyambut tahun 2024, PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) berkomitmen untuk terus berfokus pada pembiayaan di sektor perumahan.…

Riset Ungkap Bogor Alami Kenaikan Harga Rumah Tertinggi pada Februari

NERACA Jakarta - Hasil riset Rumah123 mengungkapkan Bogor mengalami kenaikan harga rumah tertinggi di Jabodetabek hingga 6,4 persen, disusul Tangerang…

Okupansi Hotel Libur Lebaran Capai 80 Persen

NERACA Badung, Bali - Anggota holding BUMN InJourney, PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (ITDC) mencatat tingkat okupansi kamar hotel di kawasan the Nusa…