Berpotensi Alami Krisis Utang - Indonesia Harus Berkaca dari Pengalaman Eropa

 

NERACA

Jakarta - Depresiasi rupiah yang terjadi dalam beberapa minggu terakhir ini tidak lepas dari pengaruh krisis zona Euro, ketika sejumlah investor melepas kepemilikan investasi portofolio di negara-negara berkembang. Celakanya, krisis tersebut berpotensi dapat terjadi Indonesia. Pengamat makro ekonomi dari EC-Think Telisa Aulia Falianty mengatakan, krisis yang terjadi di Euro dapat memberikan pelajaran lagi tentang krisis.

“Kita diberikan kesempatan lagi untuk belajar dari negara yang mengalami krisis. Ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil,” ujarnya, Selasa (29/1). Menurut Telisa, ada 4 hal yang perlu dipelajari untuk menghadapi krisis utang. Pertama, bahaya utang sangat besar bagi sistem ekonomi nasional. Memang, lanjut dia, rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan defisit fiskal terhadap PDB Indonesia memiliki kecenderungan terus menurun dan nilainya lebih rendah dibandingkan dengan negara zona Euro ataupun AS dan Jepang.

Kedua, perlu disusun crisis policy framework dan ketiga, dari segi Sumber Daya Manusia (SDM). “Bangsa kita memerlukan ahli-ahli ekonomi krisis sehingga crisis policy framework yang disusun bisa lebih baik, membuat kita lebih antisipatif dalam mengatasi krisis,” katanya. Keempat, pembentukan mata uang tunggal khususnya yang direncanakan ASEAN.

Penggabungan Mata Uang

Pembentukan mata uang tunggal ini, dia mengingatkan, harus direncanakan lebih hati-hati dan harus melihat dan mempelajari apa yang dialami oleh Uni Eropa, sehingga krisis zona Euro yang terjadi saat ini bisa dihindari. “Ternyata penanganan krisis di negara yang tergabung dalam currency union lebih pelik dibandingkan dengan negara yang tidak tergabung dalam currency union,” jelasnya.

Sementara itu, untuk mengantisipasi hal seperti krisis zona Euro, perlu dilakukan beberapa hal. Pertama, mempertahankan dan meningkatkan endogenous growth. Perekonomian Indonesia masih cukup banyak ditopang oleh sektor non-tradable dan didukung oleh pasar domestik yang besar.

Selain itu, pertumbuhan produktivitas tenga kerja di Indonesia terus meningkat terkait dengan bonus demografi, yaitu peningkatan jumlah penduduk usia produktif. “Dengan demikian, pertumbuhan yang berbasis kepada endogenous growth ini perlu terus dipertahankan dan ditingkatkan,” ujar Telisa.

Kedua, memperkuat regulasi dan supervisi dengan menjalankan macro prudential dan micro prudential. Ketiga, memperkuat early warning/alert systems. Keempat, meningkatkan disiplin fiskal, memperbesar fiscal spaces dan terus memperkuat fundamental fiskal. Kelima, terus meningkatkan penciptaan lapangan kerja baru untuk menampung tenaga kerja yang akan terkena imbas negatif dari sektor yang terpukul akibat krisis di zona Euro.

Keenam, mempercepat pelaksanaan pembangunan interkonektivitas antar pulau untuk menghadang high cost economy guna mempertahankan ekspor dan memenuhi pasar domestik. Ketujuh, mencari peluang-peluang pasar ekspor yang baru. “Terakhir, meningkatkan antisipasi indirect impact terhadap peningkatan impor yang makin deras karena negara lain pun yang pasar ekspornya ke AS dan Eropa yang terganggu juga mencari peluang pasar baru,” tutup Telisa.

 

BERITA TERKAIT

Menyelamatkan Pangan, LG Inisiasi Better Life Festival

Menyelamatkan Pangan, LG Inisiasi Better Life Festival NERACA Jakarta - Berdasarkan data Badan Pangan Nasional (Bapanas), setiap tahun ada 23-48…

Arus Balik Lebaran 2024, Pelita Air Capai On Time Performance 95 Persen

NERACA Jakarta – Pelita Air (kode penerbangan IP),maskapai layanan medium (medium service airline), mencapai rata-rata tingkat ketepatan waktu penerbangan atau on-time…

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace NERACA  Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Menyelamatkan Pangan, LG Inisiasi Better Life Festival

Menyelamatkan Pangan, LG Inisiasi Better Life Festival NERACA Jakarta - Berdasarkan data Badan Pangan Nasional (Bapanas), setiap tahun ada 23-48…

Arus Balik Lebaran 2024, Pelita Air Capai On Time Performance 95 Persen

NERACA Jakarta – Pelita Air (kode penerbangan IP),maskapai layanan medium (medium service airline), mencapai rata-rata tingkat ketepatan waktu penerbangan atau on-time…

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace NERACA  Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…