Industri Asuransi Butuh 600 Aktuaris di 2016 - Harus Lewati 10 Ujian

NERACA

Jakarta - Industri asuransi Indonesia membutuhkan sekitar 500-600 aktuaris pada 2016 mendatang mengingat pertumbuhannya antara 20%-30% dalam lima tahun terakhir. Ketua Persatuan Aktuaris Indonesia (PAI), Budi Tampubolon, menuturkan saat ini aktuaris di Indonesia berjumlah 178. Ini jelas belum memenuhi kuota minimal yang diperkirakan 500 hingga 600 aktuaris," kata dia di Jakarta, Senin (28/1).

Menurut dia, pertumbuhan asuransi Indonesia sekitar 30% tersebut ternyata belum diimbangi dengan jumlah sumberdaya manusia (SDM) yang memiliki keahlian aktuaria yang memadai. "Ahli aktuaria memiliki kemampuan teknis antara lain dalam perancangan produk dan analisa risiko pada asuransi serta investasi yang sangat dibutuhkan dalam perusahaan asuransi," terangnya.

Budi juga memaparkan, pengetahuan standar yang dinilai perlu dikuasai oleh seorang aktuaris tercermin dalam kurikulum dan silabus ujian profesi aktuaris dan pendidikan profesionalisme aktuaris. "Seseorang dinyatakan sebagai aktuaris harus lulus dari ujian profesi yang berjumlah 10 dengan rata-rata membutuhkan waktu sekitar 7 hingga 8 tahun,” tambah dia.

Kesepuluh ujian tersebut, imbuh Budi, meliputi probabilitas statistik, dasar ekonomi, pengantar akuntansi, teori risiko, matematika aktuaria, modal statistika, investasi, manajemen aktuaria, dan aspek asuransi jiwa. Setelah lulus seluruh modul ujian tersebut, lanjut dia, berhak mendapatkan gelar Aktuaris atau Fellow of the Society of Actuaries of Indonesia (FSAI).

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 53/2012 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan, maka perusahaan asuransi umum diwajibkan memiliki tenaga aktuaris.

"Asuransi umum atau asuransi kerugian setidak-tidaknya harus punya satu tenaga aktuaris, sedangkan jumlahnya itu ada 90 perusahaan. Sementara itu, perusahaan asuransi jiwa berjumlah 46 dan sudah menyedot dua per tiga aktuaris indonesia karena dibanyak tempat ada 7 hingga 10 ahli aktuaria di satu perusahaan," ujarnya.

Dengan demikian, PAI terus berupaya untuk mempromosikan dan mencetak tenaga-tenaga aktuaris baru untuk kebutuhan industri asuransi serta menjaga kemampuan mereka mengikuti perkembangan isu-isu terkini.

Mendesak
Sebelumnya, keluhan serupa diungkapkan Biro Pusat Aktuaria (BPA), yang mengatakan valuasi aktuaria untuk perusahaan asuransi umum sudah semakin mendesak. Hal itu disebabkan keluarnya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 53/PMK.010/2012 tertanggal 3 April 2012 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Reasuransi.

Direktur Biro Pusat Aktuaria, Haris E Santoso, pernah bilang bahwa seorang aktuaris atau pakar berhitung statistik, dibutuhkan untuk menghitung dan mengevaluasi cadangan teknis dan tingkat solvabilitas sebuah perusahaan yang akan dicantumkan dalam laporan keuangan setiap tahunnya.

“Dalam peraturan ini disebutkan bahwa perusahan asuransi umum atau perusahaan yang berfokus pada kerugian harus mempunyai aktuaris internal. Dan belum diperbolehkan memakai jasa konsultan asing sampai Desember 2014,” ujar Haris, belum lama ini.

Di samping itu, kata dia, setiap tiga tahun harus dievaluasi oleh aktuaris independen, walaupun perusahaan asuransi umum tersebut telah memiliki aktuaris internal. Faktanya, aktuaris di asuransi umum masih sangat minim jumlahnya.

Oleh karena itu, BPA mengadakan working relationship agreement atau perjanjian kerja sama dengan NMG Consulting asal Singapura untuk melayani kebutuhan valuasi aktuaria industri asuransi khususnya asuransi umum.

Haris juga mengungkapkan bahwa semua aktuaris, terutama yang lama, akan diundang untuk mencari siapa yang berminat terjun ke asuransi umum. “Yang (aktuaris) baru-baru juga kita undang. Apalagi sekarang untuk menjadi aktuaris susah. Mekanisme untuk aktuaris di (asuransi) kerugian itu ada ujian S33 di Persatuan Aktuaris Indonesia, dan ini adalah hal khusus untuk asuransi umum,” terangnya.

Dia pun mengakui kalau selama ini BPA lebih banyak bergerak di bidang jasa aktuaria khusus employee benefit, dana pensiun, dan asuransi jiwa. Setiap tahunnya, sambung Haris, perusahaan asuransi membuat laporan aktuaria. Sementara BPA membantu untuk menyusun laporannya. [ardi]

BERITA TERKAIT

Komposisi Besaran Iuran Pensiun Dibawa Ke Meja Presiden

NERACA   Jakarta – Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) mengadakan pertemuan dengan lembaga-lembaga seperti Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian Koordinator…

Premi Asuransi Generali Tumbuh 9,5%

  NERACA   Jakarta - Di tengah pelambatan ekonomi kuartal pertama ini, PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia (Generali) masih mencatat…

Lotte Mart - Equity Life Luncurkan Program Lotte Sehat

NERACA Jakarta - Program Lotte Sehat adalah program kerja sama antara PT Equity Life Indonesia dengan salah satu perusahaan retail terbesar…

BERITA LAINNYA DI

Komposisi Besaran Iuran Pensiun Dibawa Ke Meja Presiden

NERACA   Jakarta – Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) mengadakan pertemuan dengan lembaga-lembaga seperti Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian Koordinator…

Premi Asuransi Generali Tumbuh 9,5%

  NERACA   Jakarta - Di tengah pelambatan ekonomi kuartal pertama ini, PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia (Generali) masih mencatat…

Lotte Mart - Equity Life Luncurkan Program Lotte Sehat

NERACA Jakarta - Program Lotte Sehat adalah program kerja sama antara PT Equity Life Indonesia dengan salah satu perusahaan retail terbesar…