Punya Anak Usaha di Bisnis Multi Finance - Bank Dituding Monopoli Pasar Pembiayaan

NERACA
Jakarta – Perbankan yang memiliki anak usaha multi finance bahkan bergerak di bisnis pembiayaan otomotif seken dinilai melakukan monopoli pasar. Banyak perusahaan multi finance yang tidak berafiliasi dengan perbankan merasa keberatan dengan sepak terjang perbankan tersebut.
“Itu monopoli. Kalau dibilang sesuai undang-undang (UU), tapi itu yang mana? Seharusnya bank terpisah dengan multifinance. Kalau dimiliki bank juga, kan duitnya sama-sama dari bank, jadi tidak ada pemerataan atau pembagian kue (bisnisnya) berkurang,” tutur Ninoy Tandra Matheus, Direktur Utama PT Bima Multi Finance atau Bima Finance ketika ditemui di Jakarta, Selasa (22/1).
Menurut Ninoy, bank seharusnya konsentrasi ke bisnisnya sebagai bank saja, seperti dalam kredit pemilikan rumah (KPR) atau kredit korporasi. Sementara kredit kendaraan bermotor (KKB) bisa dipegang multifinance sepenuhnya. “Atau kalau tidak, bank saja yang jalan. Semua orang kredit apapun di bank saja. Jadi seperti di Cina, yang tidak mengenal bisnis multifinance,” tandasnya.
Yang lebih baik, imbuh dia, bank hanya perlu menyalurkan kredit ke multifinance saja, tanpa langsung ke nasabah atau konsumennya. “Idealnya, kalau bank itu tidak turun langsung, tapi melalui multi finance saja (jika ingin memberikan KKB). Karena walaupun bank itu yang memiliki multifinance-nya, tetap saja kalau ada konsumen yang nunggak, kita yang nombokin ke bank,” katanya.
Bahkan, sambung Ninoy, bank asing pun sudah mulai banyak yang merambah ke bisnis multi finance. “Maka persaingan kita semakin ketat, mereka kan kekuatan (modalnya) besar. Pasar di sini besar dan harga jual bisa mahal, sedangkan di negaranya sendiri sedang krisis,” ujarnya.
Dia juga mencontohkan perusahaan Astra International, yang punya bisnis dari hulu ke hilir, yakni sebagai produsen (mobil/motor) sampai ke penjualan dan pembiayaannya. Akibat ini pula, perusahaan multifinance kecil rata-rata tidak mampu masuk ke bisnis pembiayaan mobil atau motor baru yang biasanya memang sudah disokong oleh pabrikan otomotif besar yang punya perusahaan pembiayaan sendiri.
“Kita ada sedikit pembiayaan di mobil baru, tapi memang kalah bersaing dengan pemain-pemain besar. Seperti ada multifinance besar yang menawarkan bunga 0% untuk pembelian mobil baru. Ya, itu bohong besar. Mana ada pembiayaan yang bunganya 0% begitu,” ungkapnya.
Menurutnya, mobil baru tersebut sudah didiskon terlebih dulu oleh produsennya, sehingga ada subsidi bunga kepada perusahaan pembiayaan yang ada di bawah atap yang sama dengan produsen mobil tersebut. “Saya juga dulu mengerjakan (bisnis) di mobil baru, jadi itu hanya gimmick marketing saja. Jadi bunga sebenarnya tidak bisa 0%, karena harus juga menghitung biaya yang lain-lain,” ucapnya.
Bima Finance memang mengandalkan pendapatan dari pembiayaan pembelian mobil bekas sebesar 60% dan sisanya motor bekas sebesar 40%. Sepanjang tahun 2012 lalu, perseroan ini berhasil mencatatkan pendapatan sebesar Rp1,82 triliun, meningkat 30%, dari perolehan dalam periode yang sama di tahun 2011 yaitu Rp1,4 triliun.
Total pendapatan sampai akhir 2012 tercatat sebesar Rp315 miliar, naik 53%, dari pendapatan tahun 2011 yang sebesar Rp206 miliar. Kemudian, laba bersih perseroan ini mencapai Rp23 miliar, naik 60%, dari perolehan tahun 2011 yang bernilai Rp14 miliar. Sementara total aset per Desember 2012 tercatat Rp877 miliar, yang meningkat 44%, dari aset di Desember 2011 yang sebanyak Rp615 miliar.
“Meskipun beberapa ketentuan baru diberlakukan di 2012, seperti pembatasan minimum uang muka (down payment/DP) dan Fidusia, tapi pengaruhnya kepada bisnis kami tidak signifikan, karena mobil dan motor bekas masih menarik bagi pasar di luar Jakarta,” tuturnya.
Namun di dalam peraturan Fidusia, dia mengatakan, masih ada masalah dalam implementasinya. Misalnya biaya pendaftaran Fidusia yang berbeda di masing-masing daerah, seperti biaya notaris. Juga persoalan kantor pelayanan Fidusia yang masih belum ada di setiap kota.
“Harusnya pemerintah bisa kasih fasilitas, misalnya tentang roya, yang mana jika ada seorang konsumen yang mau berkredit lagi di multifinance lain, maka roya dia di multifinance sebelumnya harus dicabut dulu,” katanya.
Mengenai prospek perusahaan pembiayaan di tahun 2013 ini, dia menjelaskan bahwa prospeknya akan dipengaruhi oleh banyaknya mobil berharga murah, hanya Rp80-Rp100 miliar, yang akan masuk ke Indonesia, seperti Toyota Agya.
“Di sini segmen (pembiayaan dan penjualan) mobil bekas harus hati-hati. Tapi keputusan masuknya ini (mobil harga murah) masih tarik menarik antara Menkeu dan Menperin, karena dikhawatirkan mobil seperti itu akan memakan bensin premium lebih banyak, sehingga subsidi BBM harus dinaikkan,” paparnya.
Selain itu, kondisi politik menjelang Pemilu 2014 juga akan mempengaruhi kondisi perusahaan pembiayaan di tahun ini dan depan. “Sehingga kita mempunyai target pertumbuhan yang konservatif saja alias tidak terlalu tinggi di akhir tahun ini yaitu hanya Rp2 triliun atau naik 11% lebih,” imbuhnya.
Alasan lain target konservatif tersebut juga karena perseroan ini ingin melakukan konsolidasi dulu, dalam arti sedang mengujicobakan sumber daya manusia (SDM)nya. “Juga kita harus lebih menyesuaikan diri lagi dengan aturan uang muka dan fidusia yang baru itu, untuk melihat apa dampaknya ke depan,” ujarnya.
Ketika disinggung soal akan banyaknya mobil “korban” banjir yang dijual pemiliknya, dia menegaskan kalau Bima Finance akan lebih hati-hati dalam memeriksanya di dealer atau showroom mobil bekas yang menjadi partnernya, dan kalau ketahuan itu bekas banjir, maka akan tegas menolak untuk membiayai pembelian mobil itu.
“Banjir pasti pengaruh (ke penjualan mobil/motor bekas), tapi karena ini hanya terjadi di Jakarta, jadi tidak terlalu signifikan, kecuali ini bencana nasional. Juga karena pasar kita cukup besar di luar Jakarta, bahkan luar Jawa, jadi kita tidak khawatir,” pungkasnya.

BERITA TERKAIT

J Trust Bank Raih Penghargaan Corporate Secretary Champion 2024

J Trust Bank Raih Penghargaan Corporate Secretary Champion 2024  NERACA Jakarta – PT Bank JTrust Indonesia Tbk (J Trust Bank)…

InfoEkonomi.ID Siap Gelar Top Digital Corporate Brand Award 2024 untuk Industri Finansial

InfoEkonomi.ID Siap Gelar Top Digital Corporate Brand Award 2024 untuk Industri Finansial NERACA Jakarta - Sebagai media online yang menyajikan…

Pemerintah Jaga Stabilitas Keuangan

    NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyoroti pentingnya menjaga stabilitas keuangan untuk mengantisipasi imbas konflik Iran-Israel…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

J Trust Bank Raih Penghargaan Corporate Secretary Champion 2024

J Trust Bank Raih Penghargaan Corporate Secretary Champion 2024  NERACA Jakarta – PT Bank JTrust Indonesia Tbk (J Trust Bank)…

InfoEkonomi.ID Siap Gelar Top Digital Corporate Brand Award 2024 untuk Industri Finansial

InfoEkonomi.ID Siap Gelar Top Digital Corporate Brand Award 2024 untuk Industri Finansial NERACA Jakarta - Sebagai media online yang menyajikan…

Pemerintah Jaga Stabilitas Keuangan

    NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyoroti pentingnya menjaga stabilitas keuangan untuk mengantisipasi imbas konflik Iran-Israel…