Asia Bisa Pimpin Dominasi Ekonomi Global

Prediksi Bappenas

 Asia Bisa Pimpin Dominasi Ekonomi Global  

 NERACA

 Jakarta---Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas/PPN) memperkirakan pertumbuhan ekononi di kawasan Asia, terutama China dan Singapura melesat jauh dan bahkan bisa memimpin pertumbuhan ekonomi dunia.

 Demikian kata Direktur Perencanaan Ekonomi Makro Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Bambang Prijambodo  kepada wartawan di Jakarta,18/5.

 Menurut Bambang, sejauh ini China mampu tumbuh hingga mencapai 9,7% atau melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mampu tumbuh hingga 12%. “Singapura juga tumbuh pada level 8%-9% dan mengalami perlambatan dibandingkan periode sebelumnya yang mampu tumbuh hingga diatas 15%,” terangnya.

 Lebih jauh kata Bambang, sementara negara-negara di kawasan Eropa, juga masih mengalami kesulitan untuk mampu tumbuh lebih tinggi. “Hingga triwulan I tahun ini, Eropa hanya mampu tumbuh dibawah 3% secara tahunan,” tambahnya.

 Menyangkut Indonesia, lanjut Bambang menuturkan berkaca pada perkembangan ekonomi dunia pada triwulan I tahun ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup baik dan stabil. Semisal, lanjut Bambang, Amerika Serikat yang hanya mampu tumbuh 1,8% quartal to quartal (q to q) at annual rate atau 3,1% secara tahunan (year on year/yoy).

 Namun demikian dia mengungkapkan, pertumbuhan kawasan Asia yang dimotori China, diperkirakan akan mengalami perlambatan sepanjang tahun ini. Menurutnya, hal tersebut merupakan siklus yang wajar terlebih sejak terjadinya krisis ekonomi dunia pada 2009 lalu.

 Sebelumnya, ekonom UGM, Sri Adiningsih optimis Indonesia pada 2015 akan mencapai angka pendapatan per kapita sebesar USD5000/tahun. Sehingga  Indonesia bisa naik menjadi negara kelas menengah dunia. “"Angka US$5000per kapita dalam setahun tentu akan membuat senang. Kalau Indonesia bisa mencapai angka itu, artinya kita menjadi negara kelas menengah dunia dalam kesejahteraan warganya,” ujarnya.

Namun Ning-panggilan akrabnya, mengingatkan bukan hal mudah mendongkrak pendapatan sebesar itu. “Tapi yang perlu diingat, angka segitu tidak mudah untuk dicapai," tambahnya.

 Kenaikan pendapatan per kapita dari USD3.000 ke USD5000 per tahun, mulai dari 2011-2014 berarti Indonesia sudah mencapai angka sekira 60 persenan. Padahal, itu merupakan pencapaian angka yang mustahil dalam lima tahun ke depan. "Itu tidak mudah. Kalau pengelolaan ekonomi seperti sekarang ini bahkan pencapaian angka segitu akan sangat mustahil," beber Sri.

 Maka dari itu, seharusnya pemerintah dan pihak-pihak terkait mau mengubah cara pengelolaan ekonomi saat ini. Sehingga dapat mencapai angka yang diangankan tersebut.

"Katakanlah perekonomian kita setiap tahun naik tujuh persen, maka dalam lima tahun baru mencapai angka 35%. Angka ini masih sangat jauh. Logikanya memang tidak mungkin, tapi semua itu tergantung peran pemerintah untuk mengelola perekonomian kita," tandasnya.

 Apalagi, ditambahkannya, lima tahun belakangan ini, banyak usaha yang mengalami degradasi. Di mana seharusnya usaha mikro naik menjadi usaha menengah, lalu berkembang menjadi makro, tapi kondisi di lapangan banyak yang sebaliknya. "Justru dari usaha makro menjadi mikro," imbuh Sri lagi, ketika ditanya mengapa pencapaian angka USD5000 per kapita pada 2015 masih sangat diragukannya.

 Penyebabnya sendiri menurut Sri Adiningsih, dipengaruhi dari berbagai hal, termasuk infrastruktur yang tidak baik. "Lingkungan bisnis yang kurang mendukung misalnya. Belum lagi kebijakan pemerintah yang bisa membantu dunia usaha untuk bisa mengambangkan bisnisnya, termasuk dari perbankan yang memberikan suku bunga yang tinggi sehingga membuat pengusaha sulit untuk meningkatkan daya saingnya," pungkasnya.**cahyo

BERITA TERKAIT

Jokowi Resmikan Sejumlah Infrastruktur di Sulawesi Tengah Pasca Bencana, Termasuk Huntap yang Dibangun Waskita

Jokowi Resmikan Sejumlah Pembangunan Infrastruktur di Sulawesi Tengah Pasca  Bencana, Termasuk Huntap yang Dibangun Waskita NERACA Jakarta - Jokowi Resmikan…

Jadilah Individu Beretika di Dunia Nyata Maupun Digital

Jadilah Individu Beretika di Dunia Nyata Maupun Digital NERACA Banyuwangi - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian Komunikasi…

Bijak Bermedia Sosial, Bebas Berekspresi Secara Bertanggung Jawab

Bijak Bermedia Sosial, Bebas Berekspresi Secara Bertanggung Jawab  NERACA Probolinggo - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian Komunikasi…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Jokowi Resmikan Sejumlah Infrastruktur di Sulawesi Tengah Pasca Bencana, Termasuk Huntap yang Dibangun Waskita

Jokowi Resmikan Sejumlah Pembangunan Infrastruktur di Sulawesi Tengah Pasca  Bencana, Termasuk Huntap yang Dibangun Waskita NERACA Jakarta - Jokowi Resmikan…

Jadilah Individu Beretika di Dunia Nyata Maupun Digital

Jadilah Individu Beretika di Dunia Nyata Maupun Digital NERACA Banyuwangi - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian Komunikasi…

Bijak Bermedia Sosial, Bebas Berekspresi Secara Bertanggung Jawab

Bijak Bermedia Sosial, Bebas Berekspresi Secara Bertanggung Jawab  NERACA Probolinggo - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian Komunikasi…