Upayakan Sistem Transportasi Umum di Daerah - Suroyo Alimoeso, Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan

Kemacetan lalu lintas di Jakarta sudah sangat akut dan banyak mengakibatkan kecelakaan lalu lintas, itu terjadi karena rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam tertib berlalu lintas.

NERACA

Diperparah lagi dengan minimnya sarana angkutan umum massal, hingga memicu orang berlomba-lomba menggunakan kendaraan pribadi. Padahal, kuncinya adalah bagaimana mewujudkan jaringan transportasi umum massal yang memadai untuk mendukung mobilisasi kaum komuter dari kawasan pinggir ke kota.

“JIka transportasi umum massal tersedia dan memadai, saya yakin persoalan di jalan raya akan dapat diselesaikan,” ujar Suroyo kepada Neraca, di ruang kerjanya di lantai empat gedung utama Kementerian Perhubungan, belum lama ini.  Itu sebabnya, pihaknya juga terus mengedukasi kota-kota di luar Jakarta untuk menerapkan sistem bus rapid transit (BRT).

Sebagai simulasi, diberinya sejumlah bus besar untuk mendukung tersedianya sarana transportasi umum massal. Busnya pun mirip bus Transjakarta di Jakarta. Selain menyumbang bus-bus besar, pihaknya juga mendorong diadakannya revitalisasi terminal bus yang bisa terintegrasi dengan jaringan moda transportasi lainnya, termasuk kereta api. Tiap kota juga didorong untuk menerapkan kawasan bebas kendaraan bermotor (car free day).

Kota-kota yang diedukasi agar mampu mewujudkan sistem angkutan umum massal itu antara lain kota-kota sekitar Jakarta, yaitu Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Lalu melebar lagi ke kota lain seperti Surakarta, tempat Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berasal,  Surabaya, lalu Yogyakarta, Denpasar, Palembang, Medan, dan Pekanbaru.  

“Di Solo kita juga membantu Pak Jokowi selama lima tahun, dan itulah salah satu yang  diunggulkan sebagai keberhasilan dia selama lima tahun terakhir ini,”  ujar pria kelahiran Pacitan, 18 Oktober 1953 ini.  

Namun dia pun mengaku, ada satu yang belum berhasil diterapkan di Solo, yaitu mengintegrasikan kawasan Terminal bus Tirtonadi dengan Stasiun Kereta Api Balapan yang jaraknya hanya sekitar200 meter saja. Di situ harusnya dapat dikembangkan menjadi kawasan bisnis yang dapat mengakomodasi para pedagang kaki lima (PKL).

Tertib Berlalu Lintas

Menurut Suroyo, agar masyarakat mempunyai kesadaran saat berada di  jalan raya, diperlukan edukasi yang terus-menerus. Dia berharap, pada satu ketika masyarakat akan tertib berlalu lintas walaupun tidak ada polisi. “Masyarakat bahkan ikut ngawasi sebagai bagian dari penegakan hukum  lalu lintas (law enformcement). Kalau semua patuh, tak perlu ada polisi dan segresi terhadap peraturan lalu lintas,” tutur pejabat karir di Kementerian Perhubungan ini.

Suroyo menyatakan, segresi tertib lalu lintas yang dilakukan polisi dengan menyilakan kendaraan non bus Transjakarta masuk ke jalur busway di saat macet parah, justru merupakan kebijakan yang salah. Harusnya, biarkan saja kendaraan pribadi bermacet-macet, sementara itu bus Transjakarta bisa melenggang di jalur bebas hampatan.

“Jawabannya mudah, kalau masyarakat tak ingin kena macet, ya kurangi kendaraan yang melintas di jalanan,” kata Suroyo yang pada Oktober tahun ini hendak memasuki masa pensiun. Caranya, beralihlah naik kendaraan umum dan parkirkan kendaraan pribadi di sekitar terminal atau stasiun.

Filosofi Memancing

Banyak pelajaran yang dia dapat saat meniti karir sebagai pegawai negeri sipil di lingkungan perhubungan darat. Setelah lulus SMA Pacitan pada 1971, Suroyo berhasil lulus tes di tiga tempat, termasuk di Perhubungan dan salah satu bank pemerintah. Lulus dengan nilai pas-pasan, tapi berhasil lolos tes masuk kerja.

“Itu garis Tuhan, mengapa saya bisa ada di sini,” kata alumnus Universitas Jakarta ini. Saat tes wawancara, Suroyo muda ditanya oleh pengujinya, apa yang kamu suka lakukan. Suroyo pun menjawab, “saya tidak muluk-muluk, memancing. Di sana diuji kesabaran dan ketelitian.”

Diceritakannya kenangan saya pertama kali bekerja di Perhubungan Darat, adalah menjadi staf sekretaris yang tempatnya di depan ruang dirjen. Setelah berhasil menyelesaikan jenjang pendidikan S1, Suroyo pun mulai menapak menjadi kepala seksi di Direktorat LaluLintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) hingga 1989.

Dari Jakarta, Suroyo pun dipindah ke Kanwil Perhubungan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) hingga 1996. Lalu pindah ke Dinas Perhubungan di NTB dengan jabatan terakhir kepala Dinas pada 2004. Setahun kemudian diangkat menjadi Direktur LLAJ di Ditjen Perhubungan Darat. Tiga tahun kemudian, yaitu pada 2008 diangkat menjadi dirjen hingga pensiun tahun ini.

Ditanya apa langkah berikutnya setelah pensiun, bapak yang kini tinggal kawasan Cinere, Depok itu memilih tinggal di Yogyakarta, di kawasan lereng gunung Merapi dan membuka perpustakaan umum dengan koleksi buku-buku lama. “Baca-baca buku sambil ngopi,” ujarnya sambil tertawa.

“Kalau bisa membantu teman-teman yang jadi pengusaha. Hasilnya untuk mendirikan yayasan yang dapat membantu para kaum duafa,” katanya menutup pertemuan dan hendak meninggalkan kantor karena ada acara di luar. (saksono)

BERITA TERKAIT

Menggali Potensi SDM Melalui Baca Wajah

  Yudi Candra  Pakar Membaca Wajah  Menggali Potensi SDM Melalui Baca Wajah Memang garis takdir manusia sudah ditentukan oleh tuhan.…

Tanamkan Cinta Tanah Air dan Bela Negara

Prof. Dr. Erna Hernawati, Ak., CPMA., CA., CGOP.Rektor Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta Predikat KARTINI MASA KINI pantas disematkan…

Selamatkan Masa Depan 250 Ribu Siswa Keluarga Ekonomi Lemah

KCD Wilayah III‎ Disdik Jawa Barat, H.Herry Pansila M.Sc    Saatnya Untuk selamatkan 250 Ribu Siswa dari Keluarga Ekonomi tidak…

BERITA LAINNYA DI

Menggali Potensi SDM Melalui Baca Wajah

  Yudi Candra  Pakar Membaca Wajah  Menggali Potensi SDM Melalui Baca Wajah Memang garis takdir manusia sudah ditentukan oleh tuhan.…

Tanamkan Cinta Tanah Air dan Bela Negara

Prof. Dr. Erna Hernawati, Ak., CPMA., CA., CGOP.Rektor Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta Predikat KARTINI MASA KINI pantas disematkan…

Selamatkan Masa Depan 250 Ribu Siswa Keluarga Ekonomi Lemah

KCD Wilayah III‎ Disdik Jawa Barat, H.Herry Pansila M.Sc    Saatnya Untuk selamatkan 250 Ribu Siswa dari Keluarga Ekonomi tidak…