Properti di Jakarta Jadi Incaran Investor Asing

NERACA

 

Jakarta – Jones Lang LaSalle Indonesia, konsultan properti internasional asal Amerika Serikat, melaporkan pasar properti khususnya di Jakarta merupakan salah satu target utama sejumlah investor asing saat ini yang didukung oleh kinerja pertumbuhan pasar yang kuat seperti tercermin dari kenaikan signifikan baik dalam hal permintaan maupun juga harga.

Country Head Jones Lang LaSalle Indonesia Todd Lauchlan mengatakan penyerapan ruang kantor di daerah CBD (central business district) dalam triwulan terakhir meningkat 31% sehingga total penyerapan selama tahun 2012 mencapai sekitar 370,000 m2.

“Tingkat hunian pun kembali meningkat menjadi 94% dari sebelumnya 89% di tahun 2011. Akibat kenaikan tingkat hunian, harga sewa di daerah CBD pun terangkat secara tajam yaitu naik sebesar 38% (y-o-y). Tren yang sama juga terjadi di daerah luar CBD,” kata Todd dalam siaran pers Jones Lang LaSalle Indonesia yang dikutip Neraca, Rabu.

Angela Wibawa yang membawahi bagian Project Leasing mengatakan, permintaan ruang kantor di luar CBD meningkat sebesar 48% sepanjang 2012 mencapai sekitar 204,000 m2. Akibatnya tingkat hunian naik dari 82% di tahun 2011 menjadi 90% di akhir tahun 2012. Lebih lanjut Angela mengatakan bahwa tarif sewa pun naik sebanyak 18% (y-o-y), dimana kenaikan paling tinggi terjadi di daerah Jakarta Selatan (22%) dan Jakarta Barat (17%).

Sementara itu, Luke Rowe, Head of Residential Sales di Jones Lang LaSalle Indonesia mengatakan penjualan di pasar primer mencapai rekor tertinggi di tahun 2012. Didorong oleh tingginya permintaan akan hunian di dalam kota dari kalangan end-user (pemakai) maupun juga investor yang ditunjang oleh suku bunga bank yang rendah, penjualan di proyek-proyek kondominium di Jakarta sepanjang 2012 melonjak sebesar hampir 50% dibandingkan tahun sebelumnya. “Total unit terjual selama tahun 2012 mencapai 12,700 unit, dimana jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan puncak pertumbuhan pasar di tahun 2005 lalu,” kata Luke.

Hal ini juga dibarengi dengan meningkatnya jumlah peluncuran proyek baru oleh developer yang totalnya mencapai lebih dari 11,000 unit sepanjang tahun lalu. Selain aktif dalam meluncurkan proyek baru, developer juga agresif dalam meningkatkan harga jual seiring dengan kenaikan tingkat penjualan mereka. Menurut Luke, harga rata-rata kondominium di Jakarta naik sebesar 21% dalam periode Januari sampai Desember 2012.

Daya Beli

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi yang menopang konsumsi dan daya beli masyarakat terus mendorong kinerja sektor pusat perbelanjaan sewa di Jakarta belakangan ini. Anton Sitorus, Head of Research Jones Lang LaSalle menerangkan bahwa sepanjang tahun 2012, permintaan ruang ritel akibat ekspansi peritel lokal maupun asing meningkat cukup signifikan sebesar 21%, sehingga total penyerapannya mencapai sekitar 236,000 m2.

Jumlah tersebut juga merupakan rekor penyerapan tertinggi sejak tahun 90-an, katanya. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa saat ini tingkat hunian mal sewa di Jakarta pun sudah kembali ke level di atas 90%, dimana berdasarkan survey sampai akhir Desember 2012, tingkat hunian saat ini berada di kisaran 92%.

Lucy Rumantir, yang menjabat sebagai Chairman Jones Lang LaSalle Indonesia mengatakan bahwa pertumbuhan pasar properti domestik dan prospek ke depan yang sangat positif telah membuat investor internasional kembali melihat Indonesia sebagai salah satu tujuan utama investasi mereka. “Jakarta sebagai Ibukota sekaligus barometer ekonomi dan bisnis di Indonesia dipandang oleh para investor asing tersebut sebagai pasar yang cukup menarik untuk pengembangan properti mereka yang kebanyakan menyasar kepada segmen menengah dan atas,” imbuh Lucy.

Menurut dia, kesempatan untuk menarik investor asing tersebut harusnya juga dibarengi oleh pembenahan infrastruktur kota Jakarta demi mengatasi permasalahan yang ada khususnya kemacetan lalu lintas. Salah satu konsep yang bisa diadopsi oleh DKI termasuk para developer dalam pembangunan proyek mereka adalah pengembangan proyek yang berorientasi kepada sektor transportasi (transit-oriented development).

“Selain untuk mengatasi problem kemacetan, pengembangan TOD juga bisa mengangkat nilai properti di daerah tersebut dan pastinya memberikan imbal balik investasi di jangka panjang yang cukup besar,” tutup Lucy.

BERITA TERKAIT

Pelaku Transhipment Dari Kapal Asing Ditangkap - CEGAH ILLEGAL FISHING

NERACA Tual – Kapal Pengawas Orca 06 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengamankan Kapal Pengangkut Ikan asal Indonesia yang…

Puluhan Ton Tuna Loin Beku Rutin Di Ekspor ke Vietnam

NERACA Morotai – Karantina Maluku Utara kembali memfasilitasi ekspor tuna loin beku sebanyak 25 ton tujuan Vietnam melalui Satuan Pelayanan…

Libur Lebaran Dorong Industri Parekraf dan UMKM

NERACA Jakarta – Tingginya pergerakan masyarakat saat momen mudik dan libur lebaran tahun ini memberikan dampak yang besar terhadap industri…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Pelaku Transhipment Dari Kapal Asing Ditangkap - CEGAH ILLEGAL FISHING

NERACA Tual – Kapal Pengawas Orca 06 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengamankan Kapal Pengangkut Ikan asal Indonesia yang…

Puluhan Ton Tuna Loin Beku Rutin Di Ekspor ke Vietnam

NERACA Morotai – Karantina Maluku Utara kembali memfasilitasi ekspor tuna loin beku sebanyak 25 ton tujuan Vietnam melalui Satuan Pelayanan…

Libur Lebaran Dorong Industri Parekraf dan UMKM

NERACA Jakarta – Tingginya pergerakan masyarakat saat momen mudik dan libur lebaran tahun ini memberikan dampak yang besar terhadap industri…