Sutiyoso: Segera Selesaikan Transportasi Massal Terintegrasi

NERACA

 Jakarta – Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso mengatakan bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebaiknya mempunyai prioritas untuk menyelesaikan transportasi massal terintegrasi yang digagasnya mulai tahun 2003.“Orientasi utama adalah segera selesaikan jaringan-jaringan itu,” kata Sutiyoso di Jakarta, Selasa (15/1).

Jaringan-jaringan yang dimaksud Sutiyoso adalah busway, monorel, subway, dan waterway. “Untuk mengatasi masalah transportasi di Jakarta ini, tidak ada jalan lain, harus dengan metode transportasi yang representatif dan massal,” jelas dia.

Maka ada busway, lanjut Sutiyoso, yang akan dibangun sebanyak 15 koridor. Di atas busway ada monorel, terdiri atas dua jalur, yaitu green line yang menghubungkan sentra ekonomi dan perkantoran dan blue line yang menghubungkan Tangerang dan Bekasi. Selanjutnya, di bawah tanah ada Mass Rapid Transit (MRT) dan alternatif lainnya Waterway.

“Jadi, orientasinya sekarang adalah bagaimana sesegera mungkin jaringan transportasi itu dibangun. Sekarang kan busway sudah 11 koridor, tinggal 4 koridor lagi. Saya harap pemerintahan Jokowi ini bisa menyelesaikan itu. Kemudian monorel, Adhi Karya atau Konsorsium Jakarta Monorail datang lagi, segera lanjutkan itu barang. Lalu MRT, memang sudah jadwalnya Maret 2013 ini secara fisik sudah dibangun. Saya sangat berharap pemerintah sekarang dapat menuntaskan semuanya, karena waktunya pas. Monorel bisa dilanjutkan, 3 tahun selesai. MRT kalau dibangun, 4-5 tahun selesai. Busway juga tinggal 4 koridor lagi. Saya sarankan fokusnya ke situ,” jelas Sutiyoso.

Dengan model kepemimpinan Jokowi-Ahok yang dikatakan Sutiyoso enerjik dan mempunyai keinginan kuat, dia yakin jaringan transportasi seperti yang dibuatnya 9 tahun lalu dapat dirampungkan.

Pembatasan Kendaraan

Setelah jaringan-jaringan itu dibangun, kata Sutiyoso, baru disusul dengan peraturan pembatasan penggunaan kendaraan. “Bisa dengan ERB (Electronic Road Pricing), bisa genap ganjil, bisa 3 in 1. Apapun itu. Tetapi jaringan transportasi alternatif tersebut harus disediakan dulu supaya orang mau mematuhi peraturan itu. Jika peraturan dikeluarkan saat alternatif belum ada, maka kecenderungan orang adalah melanggar atau ngakali peraturan itu. Ada yang gunakan joki. Ada yang pasang boneka di mobilnya, segala macam,” jelas dia.

Persoalan Busway

Sutiyoso mengaku kecewa dengan kondisi busway yang ada sekarang. “Sekarang, Trans Jakarta sudah sangat menurun.Maintenance hampir tidak ada. Haltenya juga sudah buruk. Gas untuk pasokan bahan bakarnya kurang. Lama menunggu bisa sampai satu jam,” jelas dia.

Dengan demikian, wajar saja kalau jumlah penumpangnya menurun. Namun ini bukan tanpa alasan. Untuk perawatan, jelas dibutuhkan biaya padahallembaga legislatif tidak mengizinkan kenaikan tarif yang sejak 8 tahun lalu masih bertahan di angka Rp 3.500. Jika subsidi tidak ditingkatkan, kata dia, pelayanan tidak akan bisa ditingkatkan.

“Busway sudah tidak representatif lagi. Mengantrenya terlalu panjang, bisa satu jam. Ini mungkin karena masalah armadanya kurang, atau mungkin armada diam di pool. Kenapa armada diam? Mungkin karena subsidinya tidak dinaikkan. Saat busway masih 7 koridor, subsidi tiketnya Rp 230 miliar. Saat sekarang sudah 11 koridor, seharusnya subsidi naik. Kalau tidak, perusahaan itu akan mengurangi armadanya saat beroperasi,” jelas Sutiyoso.

Masalah yang tidak kalah pentingnya adalah jalur busway yang tidak steril. “Kalau busway kita sterilkan, maka berarti akan ada jalur yang lancar. Kalau tidak, maka tidak ada alternatif jalur yang lancar. Daripada mengeluh di jalur yang tidak lancar, lebih baik naik Transjakarta supaya ikut lancar. Karena Busway harus steril, menurut saya, Kopaja tidak seharusnya masuk,” jelas Sutiyoso.

“Sekarang, orang masuk busway kan dibiarkan. Saya pernah kerahkan Satpol PP, tapi malah Satpol PP nya ditangkap polisi. Bentuk kerja sama antar instansi ini juga perlu kita tingkatkan,” pungkas dia.

 

 

BERITA TERKAIT

Jadilah Individu Beretika di Dunia Nyata Maupun Digital

Jadilah Individu Beretika di Dunia Nyata Maupun Digital NERACA Banyuwangi - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian Komunikasi…

Bijak Bermedia Sosial, Bebas Berekspresi Secara Bertanggung Jawab

Bijak Bermedia Sosial, Bebas Berekspresi Secara Bertanggung Jawab  NERACA Probolinggo - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian Komunikasi…

Perhatikan Batasan dalam Berkonten di Media Sosial

  NERACA Jember - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo RI) berkomitmen meningkatkan literasi digital masyarakat menuju Indonesia #MakinCakapDigital2024. Dalam rangka…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Jadilah Individu Beretika di Dunia Nyata Maupun Digital

Jadilah Individu Beretika di Dunia Nyata Maupun Digital NERACA Banyuwangi - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian Komunikasi…

Bijak Bermedia Sosial, Bebas Berekspresi Secara Bertanggung Jawab

Bijak Bermedia Sosial, Bebas Berekspresi Secara Bertanggung Jawab  NERACA Probolinggo - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian Komunikasi…

Perhatikan Batasan dalam Berkonten di Media Sosial

  NERACA Jember - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo RI) berkomitmen meningkatkan literasi digital masyarakat menuju Indonesia #MakinCakapDigital2024. Dalam rangka…