Alihkan Ke Domestik - Utang Luar Negeri Swasta Bisa Jadi Bom Waktu

NERACA

Jakarta - Tingginya utang luar negeri swasta harus diwaspadai karena bisa menjadi silent killer terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2013. Pengamat ekonomi dari Universitas Gajah Mada Tony Prasetiantono menilai, pemerintah perlu memberi batasan (ceiling) pada utang luar negeri swasta, seperti entitas bisnis swasta, BUMN, dan institusi. Pasalnya, utang luar negeri swasta mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa bulan ke belakang.

"Utang luar negeri perlu dibelokkan ke utang domestik. Tanpa upaya preventif, utang luar negeri swasta dapat menjadi bom waktu yang bisa menjadi batu sandungan ekonomi Indonesia. Jangan terlalu asyik mengamati utang pemerintah yang rasionya terhadap PDB saat ini 25%,” ujarnya, Senin (14/1).

Berdasarkan data Statistik Ekonomi & Keuangan Indonesia (SEKI), utang luar negeri swasta Bank Indonesia (BI) per September 2012 mencapai US$112,297 miliar. Totalnya terdiri atas utang luar negeri swasta bank sebesar US$12,987 miliar dan non bank US$99,31 miliar. Secara rasio terhadap PDB (Produk Domestik Bruto), utang luar negeri cenderung meningkat. Rasio private debt terhadap PDB naik dari 26,4% di 2011 menjadi 27,3% di 2012 dan debt service ratio (DSR) naik dari 21,1% menjadi 30,8%.

Menurut Tony, utang luar negeri swasta perlu didorong dengan menekan disparitas suku bunga kredit antara Indonesia dan luar negeri (negara-negara kreditor). "Mestinya utang luar negeri bisa mulai ditekan. Sementara itu, upaya menekan suku bunga kredit lebih lanjut harus terus dilanjutkan," tuturnya.

Saat ini, Indonesia menetapkan suku bunga BI berada di level 5,75%.

Perbankan Nasional

Tony menghimbau, agar pemerintah, BI, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) perlu berdiskusi sekaligus melakukan persuasi moral  kepada kaum pengusaha agar mau memanfaatkan jasa perbankan nasional. Perlu penjelasan bahwa bank dalam negeri sudah canggih dalam pelayanan dan teknologi, sehingga tidak ada alasan untuk terus menerus menggunakan jasa bank asing.

Sementara itu, Kepala Riset Makroekonomi Universitas Gadjah Mada Sri Adiningsih juga memandang kondisi utang jangka pendek swasta di Indonesia dikhawatirkan berpotensi menimbulkan ketidakstabilan ekonomi jangka panjang. Dia menyampaikan, dana jangka pendek, portofolio investasi, dan dana swasta jangka pendek di Indonesia yang jatuh tempo di 2013 mencapai US$30 miliar dolar AS atau setara Rp290 triliunan.

“Jumlah tersebut belum termasuk utang pemerintah. Tahun 2013, jumlahnya semakin meningkat. Ini perlu diwaspadai karena menimbulkan ketidakpastian sektor keuangan," kata Adiningsih.

Menurut dia, penyebab kenaikan nilai utang luar negeri karena terjadi depresiasi nilai tukar rupiah. Pemerintah harus menjaga pertumbuhan ekspor agar tak terus menurun, meningkatkan kepercayaan investor, dan mengembalikan defisit perdagangan menjadi surplus.

 

BERITA TERKAIT

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global NERACA Jakarta - Lahirnya undang-undang tentang Daerah Khusus Jakarta (UU DKJ)…

Pemerintah akan Bentuk Tim Proyek Kereta Cepat Jakarta " Surabaya

  NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan segera membentuk tim untuk proyek kereta…

Surplus Neraca Perdagangan Terus Berlanjut

  NERACA Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Maret 2024, Indonesia kembali surplus sebesar 4,47 miliar dolar AS,…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global NERACA Jakarta - Lahirnya undang-undang tentang Daerah Khusus Jakarta (UU DKJ)…

Pemerintah akan Bentuk Tim Proyek Kereta Cepat Jakarta " Surabaya

  NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan segera membentuk tim untuk proyek kereta…

Surplus Neraca Perdagangan Terus Berlanjut

  NERACA Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Maret 2024, Indonesia kembali surplus sebesar 4,47 miliar dolar AS,…