Adopsi Pohon Dinilai Mampu Sejahterakan Petani - Pengelolaan Sektor Kehutanan

NERACA

 

Bogor - Program adopsi pohon yang diusung oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Green Radio dan Kementerian Kehutanan dinilai mampu mensejahterakan masyarakat sekitar. Program ini bergulir sejak 2008, merupakan salah satu bentuk kepedulian masyarakat untuk ikut serta menanam dan memelihara pohon di kawasan hutan yang rusak, gundul dan kritis di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP).

Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan menjelaskan program adopsi pohon bertujuan untuk melakukan pembinaan habitat (penghutanan kembali) kawasan yang terdeforestasi TNGGP, membangun usaha mata pencaharian baru masyarakat diluar kawasan dan didalam zona TNGGP serta melakukan kesadaran cinta lingkungan dan go green. "Program adopsi pohon juga turut serta menyejahterakan petani," imbuhnya dalam kunjungannya beserta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan beberapa Menteri ke TNGGP, Bogor, Selasa (8/1).

Dia mengatakan bentuk program adopsi pohon adalah dengan memberikan donasi sebesar Rp108 ribu per pohon tersebut, 60% nya digunakan unutk kegiatan pemberdayaan masyarakat diantaranya ternak kelinci, kambing, lebah madu, pertanian organik dan pembinaan pemandu wisata alam. Sementara sisanya sebesar 40% akan digunakan untuk penanaman dan pemeliharaan produk endemik TNGGP serta membangun kelembagaan petani, dokumentasi dan laporan semester perkembangan pohon kepada adopter melalui internet.

Lebih lanjut dikatakannya, para petani yang merawat hutan akan mendapatkan insentif ekonomi yang cukup dengan beternak kambing dan kelinci diluar kawasan TNGGP. "Ada petani yang dulu berkebun di taman nasional dengan pendapatan Rp400 ribu perbulan. Sekarang dari beternak kelinci saja ia dapat Rp1 juta perbulan. Pada awalnya, mulai dengan 250 ekor induk kelinci, kini telah berkembang biak menjadi 25.000 ekor kelinci," ucapnya.

Salah satu desa tujuan dari program adopsi pohon adalah Desa Sarongge, Jawa Barat. Hingga kini, Sarongge telah ditanam 23.000 pohon diantaranya jenis Puspa, Manglid, Rasamala, dan Suren. "Dari 155 keluarga tani yang menggarap hutan tersebut, kini sudah 51 keluarga yang berhasil keluar dengan alternatif usaha mata pencaharian baru dengan penghasilan yang lebih baik. Sedangkan 104 keluarga lainnya masih dalam pembinaan untuk mau dan mampu mencari matapencaharian baru sebagai sumber pendapatan pengganti," katanya.

Pengembangan Infrastruktur

Selain aktif mendorong pengembangan industri ekonomi alternatif, kata dia, program adopsi pohon juga membantu pengembangan infrastruktur. Misalnya 60 keluarga di tepi hutan, kini mendapat aliran listrik bertenaga surya meski hanya untuk penerangan. Saat ini, lanjut Zulkifli, desa Sarongge tengah diupayakan menjadi desa wisata. "Wisata alam diharapkan menjadi salah satu alternatif sumber penghasilan utama buat warga setempat," ucapnya.

Dia pun mengaku bahwa program adopsi pohon dan pemberdayaan masyarakat di Sarongge cukup mendapatkan dukungan, karena lebih dari 900 orang telah ikut mengadopsi pohon dan 20 perusahaan mengalokasikan dana CSR nya untuk menghutankan kembali kawasan TNGGP di Sarongge.

Tak hanya itu, program adopsi pohon juga telah berhasil melakukan pembinaan habistat dengan memulihkan areal seluas 38 hektar menjadi hutan jembali dan akan dilanjutkan dengan pembinaan populasi satwa endemik TNGGP nya. Selain itu, program adopsi pohon di TNGGP akan dijadikan sebagai salah satu model nasional penyelesaian konflik tenurial hutan, utamanya area yang merupakan bagian dari perluasan TNGGP yang totalnya mencapai 7.000 hektar meliputi wilayah Sukabumi sebesar 2.500 hektar, Cianjur 3.000 hektar dan Bogor 1.500 hektar.

Di tempat yang sama, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta Ani Yudhoyono menyempatkan untuk datang dan bertemu langsung dengan masyarakat sekitar. Dalam pidatonya, SBY berpesan agar seluruh masyakat ikut turut serta menjaga hutan dan lingkungan karena menyangkut masa depan bersama.

"Saya minta kepada masyarakat agar sama-sama melestarikan dan memberdayakan hutan dengan baik. Jangan sampai dirusak. Karena apabila rusak, maka akan banyak masalah seperti longsor dan banjir," tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama, beberapa menteri seperti Menteri Pertanian, Menteri UKM, Menteri Sekretaris Negara juga turut serta mengadopsi sekitar 300 pohon. "Saya menghimbau kepada seluruh jajaran pemerintah, BUMN dan swasta untuk turut serta menjaga lingkungan dengan cara menempatkan sebagian dana Corporate Social Responsibility (CSR) di TNGGP," tutupnya.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…