Eksistensi Kinerja Emiten di Tengah Kenaikan Tarif Listrik - Bantah Tidak Terpengaruh

NERACA

Jakarta – Kenaikan tarif listrik dan upah buruh atau upah minimum provinsi (UMP) bakal menjadi hambatan besar bagi perusahaan, termasuk perusahaan yang mencatatkan sahamnya di bursa efek Indonesia (BEI) lantaran bakal mengeluarkan biaya produksi yang besar serta memicu laba dan pendapatan bakal menyusut.

Namun hal tersebut dibantah langsung oleh analis dari PT Samuel Sekuritas Indonesia, Lana Soelistianingsih. Dirinya, menilai kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) dan UMP tidak mempengaruhi pencapaian laba bersih emiten yang ouputnya berbasis dalam negeri, “Emiten yang outpout atau produksinya itu berbasis dalam negeri misalkan consumer goods, telekomunikasi, infrastruktur,perbankan, dan yang berbasis demograf itu saya kira masih bagus dalam kondisi apapun," kata di Jakarta akhir pekan kemarin.

Menurutnya, ketika para investor di pasar keuangan cukup yakin bahwa likuiditas itu masih memadai maka ada aliran modal datang ke Indonesia. Mereka akan memilih sektor-sektor yang basis domestiknya kuat dan tidak terkait dengan kondisi eksternal, “Sedangkan emiten yang terkait dengan ekspor serta kondisi global nampaknya belum kuat paling tidak untuk satu semester 2013 sehingga akan mempengaruhi laba bersihnya,”paparnya.

Pukuk Kinerja Emiten

Sebelumnya, Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito pernah bilang, kenaikan tarif listrik dan upah minimum provinsi (UMP) dapat mempengaruhi kinerja emiten, “Tentunya ini akan mengurangi laba bersih secara umum,”katanya.

Oleh karena itu, dia mengharapkan perusahaan di Indonesia dapat meningkatkan kinerjanya sehingga pedapatan emiten dapat lebih tinggi dibanding pencapaian sebelumnya menyusul kenaikan TTL dan UMP.

Ito juga menilai emiten sektor pertambangan dan perkebunan masih akan terkena dampak negatif menyusul harga komoditas dunia yang mengalami tekanan, “Pada 2013 sektor batubara diperkirakan masih akan terkena dampak negatif dari harga komoditas dunia yang melemah,"ungkapnya.

Alhasil, tahun 2012 lalu, perusahaan sektor pertambangan yang melakukan pelaksanaan penawaran umum saham perdana (IPO) juga terkena dampaknya dengan mengurangi jumlah saham yang dicatatkan di BEI, “Perusahaan sektor pertambangan yang mencatatkan saham di BEI pada 2012 jumlah sahamnya yang ditawarkan diperkecil karena harga batu bara kurang bagus," tandasnya.

Selain itu, dampak dari penurunan harga komoditas dunia juga memicu perusahaan sektor perkebunan yang menunda pelaksanaan IPO-nya. Karena itu, lanjut Ito, jika ditahun 2013 kalau harga komoditas tidak banyak berubah, barangkali sektor pertambangan dan perkebunan akan menunda IPO sampai harga berkembang bagus.

Kendatipun demikian, Ito masih menyakini kenaikan tarif listrik dan UMP tidak akan berpengaruh pada investor asing di bursa saham Indonesia. Pasalnya, investor asing lebih melihat kinerja keuangan emiten dan kebijakan jurang fiskal di Amerika Serikat,, “Selama kinerja emiten masih bagus, investor asing masih berdatangan ke Indonesia,”tegasnya.

Menurutnya, jika pertumbuhan ekonomi Amerika terdorong lebih baik, tentunya pasar modal Amerika akan berkembang dan tumbuh. Kondisi ini akan memberikan sentimen positif bagi pertumbuhan pasar modal di dunia.

Tarif Listrik Naik 4,3%

Sebagai informasi, pemerintah pekan lalu mengumumkan kenaikan tarif dasar listrik secara bertahap sebesar 4,3% tiap kali kenaikan per triwulan Januari 2013. Kenaikan itu diharapkan bisa menghemat subsidi listrik sebesar Rp14 triliun serta meningkatkan rasio elektrifikasi di Indonesia.

Direktur Pembinaan Pengusahaan Ketenagalistrikan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Satya Zulfanitra, mengatakan bahwa pada tahun ini akan ada kenaikan tarif empat kali, yakni pada bulan Januari, April, Juli, dan Oktober. Kenaikan tarif dasar listrik yang diberlakukan secara bertahap, yakni sebesar 4,3% tiap kali kenaikan per triwulan Januari 2013. (bani)

 

 

 

 

BERITA TERKAIT

Summarecon Crown Gading - Primadona Properti di Utara Timur Jakarta

Summarecon Crown Gading yang merupakan kawasan terbaru Summarecon yang di Utara Timur Jakarta, kini semakin berkembang. Saat ini sedang berlangsung…

Pertumbuhan Logistik Tembus 8% - CKB Logistics Optimalkan Bisnis Lewat Kargo Udara

Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) memperkirakan sektor logistik nasional tahun ini mengalami pertumbuhan tujuh sampai dengan delapan persen. Tak heran, bisnis…

Mitra Investindo Catat Laba Meningkat 212%

NERACA Jakarta - Perusahaan jasa pelayaran dan logistik PT Mitra Investindo Tbk (MITI) membukukan laba bersih yang meningkat signifikan 212% year…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Summarecon Crown Gading - Primadona Properti di Utara Timur Jakarta

Summarecon Crown Gading yang merupakan kawasan terbaru Summarecon yang di Utara Timur Jakarta, kini semakin berkembang. Saat ini sedang berlangsung…

Pertumbuhan Logistik Tembus 8% - CKB Logistics Optimalkan Bisnis Lewat Kargo Udara

Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) memperkirakan sektor logistik nasional tahun ini mengalami pertumbuhan tujuh sampai dengan delapan persen. Tak heran, bisnis…

Mitra Investindo Catat Laba Meningkat 212%

NERACA Jakarta - Perusahaan jasa pelayaran dan logistik PT Mitra Investindo Tbk (MITI) membukukan laba bersih yang meningkat signifikan 212% year…