NERACA
Jakarta - Kondisi perekonomian global yang tak kunjung memperlihatkan adanya pemulihan, khususnya di Eropa dan Amerika Serikat, membuat Indonesia akan sulit menggenjot produk maupun komoditas ekspor. Kondisi ini diperburuk oleh harga komoditas ekspor yang belum stabil.
"Tahun ini kalau bisa mencapai angka yang sama seperti di 2012 sudah bagus. Karena saya melihat kondisi makro, maka harus realistis," kata Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, di Jakarta, akhir pekan lalu.
Gita mengatakan, meskipun Amerika Serikat telah menyetujui kesepakatan untuk mengatasi jurang fiskal atau fiscal cliff, tidak berarti perekonomian negara tersebut bisa segera pulih dalam dua belas bulan mendatang. Kebijakan pemerintahan Presiden Barack Obama itu juga belum tentu menurunkan jurang rasio utang dengan produk domestik bruto Negeri paman Sam.
"Saya masih melihat secara struktural, jurang fiskal di Amerika Serikat masih akan berkelanjutan. Akan makan waktu satu sampai dua dekade untuk menurunkan itu ke level yang lebih sehat," bebernya.
Dia menyebut, neraca perdagangan Indonesia pada Januari hingga November 2012 mengalami defisit sebesar US$ 1,3 miliar. Defisit ini disebabkan meningkatnya defisit perdagangan migas yang mencapai US$ 4,8 miliar.
Menurut Gita, memburuknya neraca perdagangan ini tidak hanya dialami Indonesia, melainkan juga negara lain seperti Jepang yang defisit 166,8 % dan Hong Kong yang defisit 12,4 %.
Defisitnya neraca perdagangan, imbuh Gita, akibat terlalu dominannya sektor komoditas seperti crude palm oil (CPO), karet, bauksit, timah, dan nikel pada komposisi ekspor Indonesia. Padahal, harga komoditas di pasar internasional sedang merosot tajam setahun terakhir dan tidak akan meningkat dalam beberapa bulan ke depan.
"Hampir 65 % ekspor kita komoditas. Ekspor komoditas kita juga banyak ke negara-negara Asia yang tergantung pada kondisi ekonomi Amerika Serikat dan Eropa," terangnya.
Ditopang Ekspor Non Migas
Dalam Kesempatan yang sama, Gita juga memaparkan, kontribusi ekspor non migas paling tertinggi sepanjang per November 2012 hingga 80,5% dari total ekspor US$ 174,8 miliar. Total ekspor diperkirakan sampai akhir 2012 bisa tembus US$190 miliar. "Yang tertinggi ekspor non migas sedangkan yang terendah migas sebesar 19,5%," katanya.
Namun, lanjut Gita ternyata Indonesia mengalami defisit neraca perdagannya. Defisit ini terjadi November lalu sebesar US$478,4 juta. "Defisit ini dipicu perdagangan migas yang mencapai US$1,4 miliar. Sementara perdagangan non migas mengalami surplus US$879,8 juta," katanya.
Gita beralasan melambatnya kinerja ekspor karena adanya penurunan permintaan beberapa mitra dagang. Selain itu akibat menurunnya harga beberapa komoditas andalan ekspor. "Hal itu terlihat dari sisi volume ekspor Indonesia mengalami peningkatan 2,3% sedangkan nilainya mengalami penurunan 6,3%," tuturnya.
Total ekspor Indonesia di bulan Juli 2012 mencapai US$ 16,2 miliar, meningkat 4,6% dibandingkan bulan sebelumnya (MoM). Peningkatan ini didorong oleh kenaikan ekspor nonmigas sebesar 5,0%, sementara ekspor migas hanya naik sebesar 2,7%,” sambung Gita.
“Pertumbuhan ekspor Juli tahun ini sebesar -7,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (YoY), lebih baik dari bulan Juni dan Mei yang masing-masing mencapai -16,2% dan -8,2%,” imbuh Mendag.
Secara kumulatif, ekspor Januari-Juli 2012 mencapai US$ 113,1 miliar, menurun 2,4% (YoY). Penurunan ekspor terjadi akibat melemahnya harga komoditi ekspor utama Indonesia di pasar internasional, seperti batubara turun 19,0%, palm oil (8,2%), palmkernel oil (33,6%), udang (18,8%), karet (30,5%), dan barang tambang selain batubara rata-rata (22,3%).
Beberapa produk yang nilai ekspornya mengalami peningkatan signifikan antara lain: minuman naik lebih dari 1.200%, gandum-ganduman (698,9%), makanan olahan (54,1%), kendaraan dan bagiannya (39,2%), sabun dan pembersih (35,7%), dan minyak nabati (26,1%).
Ekspor Bulan Juli 2012 Naik 4,6% Setelah Sebelumnya Mengalami Penurunan Sementara itu, ekspor bulan Juli 2012 naik 4,6% (MoM) setelah sebelumnya mengalami penurunan. Ekspor bulan Juli 2012 tersebut mencapai US$ 16,2 miliar, namun turun 2,5% dari bulan yang sama tahun lalu (YoY). Ekspor tersebut terdiri dari ekspor migas sebesar US$ 3,0 miliar (naik 2,7% MoM dan turun 1,0% YoY) serta ekspor nonmigas sebesar US$ 13,2 miliar (naik 5% MoM dan turun 2,9% YoY).
Kenaikan ekspor nonmigas Juli dipicu oleh meningkatnya ekspor di sektor pertanian dan sektor industri yang masing-masing meningkat 20,6% dan 6,3% (MoM). Sementara kenaikan ekspor migas bersumber dari naiknya ekspor hasil minyak dan gas.
Selanjutnya Mendag menjelaskan bahwa ekspor nonmigas Indonesia ke beberapa negara emerging market seperti negara-negara di kawasan Afrika selama periode Januari-Juli tahun ini tumbuh pesat. Ekspor Indonesia ke Pantai Gading meningkat 391,6% (YoY)menjadi USD 71,97 Juta pada Januari-Juli tahun ini. “Ekspor Indonesia juga meningkat pesat ke beberapa negara lain seperti Lybia, Mauritania, Pakistan, Yaman, Angola, Djibouti, dan Saudi Arabia yang masing-masing meningkat 357,8%, 287,5%, 83,5%, 83,5%, 74,9%, 65,6%, dan 52,6%,” ujar Mendag.
Catatan tersebut menunjukkan bahwa peningkatan impor telah mengkonfirmasi pertumbuhan ekonomi nasional yang baik. Total impor Indonesia bulan Juli 2012 mencapai US$ 16,3 miliar, mengalami penurunan sebesar 2,4% (MoM), namun naik 13% (YoY). Impor selama bulan Juli 2012 terdiri dari impor nonmigas yang mencapai US$ 13,6 miliar, naik 1,7% (MoM) namun turun 2,9% (YoY) dan impor migas sebesar US$ 2,7 miliar, turun 18,5% (MoM) namun naik 4,9% (YoY).
Total impor Januari-Juli 2012 mencapai US$ 112,8 miliar, meningkat 13% (YoY). Impor nonmigas mencapai US$ 88,6 miliar (naik 15,5%) sementara impor migas mencapai US$ 24,2 miliar (naik 4,9%). Tingginya kenaikan impor Indonesia selama periode Januari-Juli 2012 tidak terlepas dari peningkatan impor dari beberapa negara pemasok utama, seperti Jepang, China, Malaysia, Thailand, dan AS yang masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 33,3%, 18,5%, 15,7%, 12,5%, dan 12,3%.
Mendag menggarisbawahi bahwa sejauh ini impor Indonesia masih didominasi bahan baku dan barang modal. Impor selama Januari-Juli 2012 masih didominasi oleh impor bahan baku/penolong yang mencapai 73% dan barang modal (20%). Impor barang modal selama Januari-Juli 2012 mencapai US$ 22,9 miliar meningkat 32,6% (YoY). Impor bahan baku/penolong sebesar US$ 81,9 miliar, namun hanya tumbuh 9,3% (YoY) lebih rendah dari tahun sebelumnya yang tumbuh 22,0% (YoY). Sementara impor barang konsumsi meningkat 5,4% menjadi US$ 8 miliar.
“Lonjakan impor barang modal dan bahan baku/penolong didorong oleh membaiknya realisasi aktivitas investasi dan meningkatnya output industri di tanah air terutama didorong oleh impor kapal terbang & bagiannya (naik 63,9% YoY); ekscavator (52,7%), dan damper (34,5%),”pungkas Mendag.
NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…
NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…
NERACA Bali – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno bertemu dengan para…
NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…
NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…
NERACA Bali – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno bertemu dengan para…