Pendapatan Turun Jadi US$ 2,7 Miliar - Raport Merah Untuk Kinerja Keuangan BUMI

NERACA

Jakarta – Sepanjang tahun naga air, prestasi kinerja keuangan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mencatatkan rapot merah. Setelah mencatatkan rugi sebesar US$ 334,111 juta atau setara Rp 3,14 triliun sepanjang semester I-2012. Perusahaan grup Bakrie ini juga membukukan penurunan pendapatan pada kuartal ketiga menjadi US$ 2,7 miliar dan rugi bersih US$ 655,4 juta.

Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, Rabu (2/1). Disebutkan pada periode yang sama 2011, juga perseroan mencatatkan pendapatan US$2,8 miliar. Dengan beban pokok pendapatan sebesar US$2,01 miliar maka laba bruto sebesar US$750,3 juta dari US$1,09 miliar.

Dengan beban usaha sebesar US$437,9 juta maka laba usaha mencapai US$312,4 juta dari US$780,04 juta pada periode yang sama 2011. Dengan beban penghasilan sebesar US$909,06 juta maka rugi sebelum pajak US$596,6 juta.

Perseroan masih harus menanggung pajak penghasilan US$58,7 juta maka rugi bersih sebesar US$655,4 juta dari laba bersih US$844,07 juta. Untuk aset perseroan mengalami penurunan menjadi US$7,1 miliar dari US$7,4 miliar per 31 Desember 2011.

Tak hanya itu, perseroan juga mencatatkan rugi kurs sebesar US$ 24,84 juta dari sebelumnya untung US$ 44,96 juta. Tekanan juga datang dari rugi atas pelepasan investasi pada entitas asosiasi sebesar US$ 26,67 juta.

Menurunya harga komoditas dunia juga menjadi andil dibalik anjloknya pendapatan dan rugi perseoan. Disamping itu juga kisruh PT Bumi Resources Tbk dengan para pemilik saham mayoritas antaran PT Bakrie and Brother Tbk dengan Nathaniel Rothschild di Bumi Plc memperburuk kinerja BUMI.

Sebelumnya, Grup Bakrie tengah memperjuangkan untuk mengambil alih kembali saham BUMI dari Bumi Plc. Walau demikian, proposal yang diajukannya ke Bumi Plc belum dapat diputuskan.

Pemicu keinginan cerai Bakrie dari Bumi Plc lantaran konflik antara Bakrie dengan pemegang saham Bumi Plc, Nat Rothschild. Rothschild menuding adanya penyelewengan keuangan yang dilakukan Bakrie di BUMI.

Selain itu manajemen Bumi Resources pun telat dalam untuk menyampaikan laporan keuangan ini. Seharusnya, laporan keuangan ini diserahkan ke pihak bursa efek sebelum tutup tahun. Bursa pun telah menjatuhkan sanksi peringatan tertulis kepada BUMI. 

BRMS Masih Rugi

Kondisi yang sama juga terjadi pada kinerja keuangan PT Bumi Resources Mineral Tbk (BRMS). Dimana perseroan pada kuartal ketiga mencatatkan rugi bersih US$ 33,64 juta. Kondisi ini berbeda dibandingkan dengan priode yang sama tahun lalu yang masih membukukan laba bersih sebesar US$67,48 juta.

Kerugian tersebut karena terjadi penurunan bagian atas laba bersih dari entitas asosiasi yang membukukan rugi US$6,7 juta dari laba bersih sebesar US$100,77 juta pada periode yang sama 2011. Namun perseroan mengalami kenaikan pendapatan sebesar 19,21% menjadi US$17,44 miliar dari kinerja periode yang sama 2011 sebesar US$14,63 miliar.

Sebagai informasi, banyak para analis merekomendasikan untuk menjauhi saham BUMI lantaran belum usainya kisruh BUMI dengan Nathaniel Rothschild. Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang pernah bilang, investor sebaiknya menghindari saham BUMI adalah langkah tepat untuk mencegah kerugian lebih besar.

Edwin menambahkan hal ini juga seiring dengan sangat besarnya rasio utang terhadap modal atau debt to equity ratio (DER) BUMI, serta minusnya interest coverage ratio BUMI,”Faktor negatif lainnya adalah bagaimana BUMI dapat membayar utang-utangnya yang jatuh tempo dalam waktu dekat ini,”ungkapnya.

Dia menambahkan kondisi di BUMI kian diperparah dengan mundurnya Ari Hudaya sebagai Direktur non eksekutif Bumi Plc, yang tentunya akan semakin membuat runyam masalah ini.

Kata Direktur BUMI, Dileep Srivastava, mundurnya Ari Hudaya sebagai direktur non eksekutif Bumi Plc per 24 September 2012 karena yang bersangkutan ingin fokus membangun BUMI Resources Tbk, “Beliau mundur agar dapat fokus mengembangkan BUMI tanpa ada gangguan,"ujarnya.

Tercatat Bumi Plc menguasai kepemilikan saham Bumi Resources sebesar 29,2%. (bani)

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…