Kinerja Ekspor Lemah - Defisit Transaksi Berjalan Makin Lebar

NERACA

Jakarta - Dampak dari ketidakpastian perkembangan ekonomi global akan memengaruhi kondisi stabilitas sistem keuangan negara. Pasalnya, defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal IV/2012 diproyeksi mencapai 2,3% terhadap produk domestik bruto (PDB).

Meskipun Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) menilai saat ini stabilitas sistem keuangan Indonesia berada pada status normal, deficit transaksi berjalan itu patut diwaspadai.

Plt. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang PS Brodjonegoro mengatakan, defisit transaksi berjalan merupakan bagian dari pelemahan kinerja ekspor Indonesia seiring koreksi harga komoditas migas dan non migas di pasar internasional. "Yang paling penting dijaga supaya rasionya tidak melewati 3% terhadap PDB, sekitar 2,2-2,3% dari PDB," ungkapnya usai rapat FKSSK, akhir pekan kemarin.

Dia menjelaskan, menjaga nilai tukar rupiah dapat membantu ekspor dan sedikit menahan impor. Menurut Bambang, penting menjaga kestabilan rupiah agar tidak bergerak menguat atau melemah secara cepat. Artinya, bukan hanya sekedar menurunkan hingga level terendah secara drastis. "Melihat nilai tukar itu bukan dari besaran. Bukan berarti Rp9.100 lebih bagus dibanding Rp9.500 per dolar AS. Tetapi kita lihat kondisinya saat ini," ujarnya.

Impor Meninggi

Sementara itu, menurut Staf Ahli Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan Prof. Firmanzah Ph.D, meningkatnya defisit transaksi berjalan diakibatkan oleh tingginya impor, sementara di sisi lain ekspor Indonesia melambat. Faktor lainnya adalah tidak tercapainya target lifting minyak dalam negeri. Selain itu, meningkatnya kebutuhan barang modal untuk menunjang investasi dalam negeri juga mengakibatkan nilai impor semakin membesar.

Ketergantungan akan bahan baku, mesin dan peralatan, dan teknologi membuat peningkatan investasi baik melalui penanaman modal dalam negeri (PMDN) atau asing (PMA) semakin memperbesar nilai impor nasional.

“Fenomena seperti ini memang terjadi di negara-negara lainnya yang sedang berkembang, di mana untuk masa jangka pendek, masuknya impor lebih banyak daripada ekspor karena kebutuhan industri di dalam negeri,” terang Firmanzah. Tapi, lanjut dia, dalam waktu jangka panjang, saat industri tersebut sudah memiliki eksistensi di dalam negeri, produksinya selain untuk digunakan pasar domestik, bisa juga untuk meningkatkan kinerja ekspor.

FDI Bukan Jaminan

Sedikit berbeda adalah pendapat ekonom dari Indonesian Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Erani Yustika yang menyatakan bahwa peningkatan investasi langsung (Foreign Direct Investment/FDI) tidak langsung menjamin dapat menutupi defisit transaksi berjalan. Sebab, peningkatan FDI tidak mencerminkan kekuatan ekonomi domestik yang sebenarnya.

"Masuknya arus investasi langsung asing belum tentu diinvestasikan untuk investasi langsung yang bisa menyerap tenaga kerja, meningkatkan produksi," katanya. Karena, lanjut dia, yang dibutuhkan untuk ekonomi secara keseluruhan adalah adanya investasi langsung yang bisa menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan produksi, dan mendongkrak ekspor. Bukan sekadar dari portofolio investasi seperti FDI.

Menurut Erani, dalam jangka pendek, memang tidak mudah menutup defisit transaksi berjalan yang dialami Indonesia saat ini. Sebab, inti permasalahannya menyangkut faktor struktural. "Yakni menyangkut struktur ekonomi domestik, dan terjadinya krisis ekonomi global. Jadi, dalam beberapa hal, ada hal-hal di luar kemampuan pemerintah untuk bisa mengelolanya," katanya.

Namun, pemerintah bisa mengambil kesempatan dalam menata ekonomi domestik. Caranya, dengan menata kembali struktur produksi, menghidupkan kembali sektor pertanian, industri pengolahan yang berbasis bahan baku domestik, diversifikasi berbagai komoditas.

BERITA TERKAIT

Menyelamatkan Pangan, LG Inisiasi Better Life Festival

Menyelamatkan Pangan, LG Inisiasi Better Life Festival NERACA Jakarta - Berdasarkan data Badan Pangan Nasional (Bapanas), setiap tahun ada 23-48…

Arus Balik Lebaran 2024, Pelita Air Capai On Time Performance 95 Persen

NERACA Jakarta – Pelita Air (kode penerbangan IP),maskapai layanan medium (medium service airline), mencapai rata-rata tingkat ketepatan waktu penerbangan atau on-time…

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace NERACA  Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Menyelamatkan Pangan, LG Inisiasi Better Life Festival

Menyelamatkan Pangan, LG Inisiasi Better Life Festival NERACA Jakarta - Berdasarkan data Badan Pangan Nasional (Bapanas), setiap tahun ada 23-48…

Arus Balik Lebaran 2024, Pelita Air Capai On Time Performance 95 Persen

NERACA Jakarta – Pelita Air (kode penerbangan IP),maskapai layanan medium (medium service airline), mencapai rata-rata tingkat ketepatan waktu penerbangan atau on-time…

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace NERACA  Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…