Penanganaan Banjir - PU Fokus di Jakarta, Citarum, dan Bengawan Solo

 

NERACA

Jakarta – Kementerian Pekerjaan Umum (PU), dalam menangani banjir, berfokus pada tiga titik, yaitu sungai-sungai di Jakarta, Sungai Citarum di Jawa Barat, dan Sungai Bengawan Solo di Jawa Tengah. Hal tersebut dikatakan oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum Mohammad Hasan, Kamis (27/12).

Hasan mengatakan, Kementerian PU mempunyai program penanganan banjir di sepanjang Sungai Citarum sekitar 140 km. Dana yang digelontorkan untuk program tersebut sebesar Rp 1,3 triliun. “Saat ini progress-nya sudah 56%,” kata Hasan.

Pengerukan sedimen yang dilakukan di Sungai Citarum memang belum tuntas sepenuhnya, tetapi hasilnya sudah ada yang tampak. “Misalnya di daerah Sapan, Jawa Barat, itu sudah tidak banjir, meskipun di Bale Endah masih kebanjiran, karena memang prosesnya belum sampai ke situ,” kata Hasan.

Banjir yang terjadi di Rancaekek dan Gede Bage, Bandung, juga terjadi karena pengerukan belum sampai ke situ.

“Problem Citarum terutama adalah sedimentasi yang tinggi sekali. Sedimentasi yang terbentuk selama enam tahun dari 2004 sampai 2010 sudah 7,8 juta meter kubik,” jelas Hasan.

Sistem pengendalian banjir yang dilakukan Ditjen SDA selalu dari hilir ke hulu. Jadi pelaksanaan program dimulai dari sungai-sungai besarnya terlebih dahulu, baru kemudian dilanjutkan ke anak-anak sungai. Termasuk untuk penanganan Citarum.

“Semua anak-anak sungai itu penuh. Sekarang sedikit-sedikit kita keruk,” kata Hasan. Anak-anak sungai yang dimaksud di antaranya Sungai Citarik, Sungai Cikeruh, dan Sungai Cinambo. Target untuk penyelesaian pengerukan Sungai Citarum adalah pada 2013. Sementara target untuk penyelesaian pengerukan anak-anak sungainya pada 2015.

“Kalau semua program tersebut berjalan lancar, Bandung akan bebas banjir pada 2015,” ujar Hasan.

Pelebaran Ciliwung

Selain Citarum, titik fokus penanganan banjir juga terarah pada Sungai Ciliwung yang mengalir di Jakarta. Menurut Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Imam Santoso, Sungai Ciliwung harus diperlebar sampai 55 meter untuk mengurangi banjir yang terjadi di Jakarta. Padahal rata-rata lebar Sungai Ciliwung sekarang hanya 15 meter.

Contoh suksesnya adalah pelebaran Sungai Ciliwung di Jembatan Casablanca. Pelebaran dilakukan tidak hanya sampai 55 meter, tetapi 60 meter. Pelebaran tersebut dilakukan sepanjang 60 meter dan sudah selesai sejak dua tahun yang lalu. “Hasilnya bagus, sekarang sudah tidak ada banjir di sana,” kata Imam.

Pro Kontra SMART

Sementara itu, menyinggung soal terowongan raksasa yang biasa disebut sebagai Stormwater Management and Road Tunnel (SMART),  Menteri PU Djoko Kirmanto mengatakan, ide pembangunannya tidaklah efektif untuk Jakarta.

Sebelumnya, Gubernur Jakarta Joko Widodo mengatakan bahwa SMART  harus dibangun untuk mengatasi banjir di Jakarta.

SMART adalah semacam terowongan yang ketika musim hujan bisa dipakai sebagai tempat jalannya air sehingga meminimalisasi risiko banjir, sementara di musim kemarau bisa dijadikan sebagai jalan untuk kendaraan.

Terowongan ini memang sudah terbukti berhasil di Kuala Lumpur, Malaysia. Kota tersebut mulai membangun SMART pada  2002 dan selesai pada 2007. Setelah selesai, Kuala Lumpur tidak lagi mengalami banjir.

Meskipun begitu, Menteri PU tetap tidak sepakat dengan adanya terowongan itu di Jakarta. “Kami menyimpulkan SMART tidak bisa masuk secara teknis maupun ekonomis,” kata Djoko.

Secara teknis, kata dia, memang SMART bisa saja dikerjakan, tetapi membutuhkan energi yang sangat besar. “Sekarang, untuk memompa air yang terjebak saja butuh energi besar, apalagi kalau ada SMART. Air banjir yang turun ke SMART itu butuh energi yang lebih besar untuk mengeluarkan air itu,” kata Djoko.

Apalagi, lanjut Djoko, sungai-sungai kita sekarang isinya kursi, kasur, dan bantal. “Bayangkan kalau itu masuk dalam terowongan,” kata dia.

Secara ekonomi, SMART juga terbilang mahal, kata Djoko. Setelah melihat SMART yang ada di Kuala Lumpur, Djoko merasa pesimis. “Meskipun pesimis bukan berarti tidak mungkin,” pungkas Djoko.

 

BERITA TERKAIT

Pemerintah Pastikan Defisit APBN Dikelola dengan Baik

  NERACA Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terkelola dengan baik. “(Defisit)…

Kemenkeu : Fiskal dan Moneter Terus Bersinergi untuk Jaga Rupiah

  NERACA Jakarta – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan kebijakan fiskal dan moneter terus disinergikan…

Kereta akan Menghubungkan Kawasan Inti IKN dengan Bandara Sepinggan

    NERACA Jakarta – Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengungkapkan kereta Bandara menghubungkan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan atau KIPP…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Pemerintah Pastikan Defisit APBN Dikelola dengan Baik

  NERACA Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terkelola dengan baik. “(Defisit)…

Kemenkeu : Fiskal dan Moneter Terus Bersinergi untuk Jaga Rupiah

  NERACA Jakarta – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan kebijakan fiskal dan moneter terus disinergikan…

Kereta akan Menghubungkan Kawasan Inti IKN dengan Bandara Sepinggan

    NERACA Jakarta – Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengungkapkan kereta Bandara menghubungkan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan atau KIPP…