Terhambat Tahun Politik, IPO BUMN Sulit Direalisasikan

NERACA

Jakarta – Melesetnya pencatatan saham perdana Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di pasar modal tahun ini dari target pemerintah 5 BUMN yang terealisasi hanya satu perusahaan, menjadi tantangan berat bagi pemerintah tahun depan untuk meningkatkan IPO BUMN.

Kepala Analis dari Trust Securities, Reza Priyambada mengatakan, sejauh ini pelaku pasar menyambut positif atas pencatatan saham perusahaan BUMN. Namun sayangnya, sangat sulit bagi BUMN untuk merealisasikan hal tersebut, “Selama prosesnya ribet, apalagi untuk proses izin di tingkat DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) berkepanjangan maka jangan harap bakal ada lagi BUMN yang IPO,”ungkapnya kepada Neraca di Jakarta kemarin.

Menurut Reza, BUMN memiliki magnet yang cukup kuat untuk menyerap investor, terlebih untuk sektor-sektor yang berhubungan dengan konstruksi. Kondisi pasar, lanjut Reza tidak berpengaruh terhadap pencatatan saham BUMN, karena hal tersebut lebih kepada faktor eksternal.

Karena itu, jika emiten tersebut direspon positif maka dapat mengimbangi kondisi pasar yang mungkin sedang tidak terlalu baik. Dia mencotohkan, pencatatan saham yang dilakukan oleh PT Waskita Karya di akhir tahun 2012 misalnya, dapat menjadi tolok ukur kinerja IPO BUMN, “Kemarin Waskita Karya melakukan IPO saat kondisi pasar kurang bagus, tapi di hari pertama IPO harga sahamnya bisa naik kan,” ujarnya.

Reza menilai, pencatatan saham BUMN berada di tangan DPR. Jika orang-orang yang duduk di DPR bisa lebih professional dengan mengenyampingkan ego politik maka prospek pencatatan saham BUMN bisa lebih baik di tahun depan. “Biasanya orang-orang DPR akan fokus ke 2014, sehingga ini bisa berpengaruh pada IPO BUMN tentunya,”jelasnya.

Dia menambahkan, persentase jumlah saham yang akan dilepas BUMN di publik tidak seharusnya dipermasalahkan. Karena pemerintah selaku pemegang saham mayoritas dapat menentukan besaran persentase sahamnya tersebut. Biasanya, pelaku pasar menetapkan minimal 20-25% saham perusahaan untuk dilepas. Angka tersebut sudah dianggap cukup untuk mewakili kepemilikan publik bagi emiten di pasar modal. (lia)

 

 

 

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…