Untuk mengurangi dampak efek rumah kaca, PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten (PLN DJBB)  kini tengah mengembangkan penggunaan energi terbarukan mandiri (biogas dan mikrohidro) bagi masyarakat di pelosok-pelosok wilayah Jawa barat dan Banten melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).

"Kami lebih mengutamakan penggunaan energi terbarukan, baik dengan instalasi biogas maupun mikrohidro di daerah yang secara teknologi sulit terjaangkau listrik PLN. "Selain berguna untuk penerangan, lanjutnya, biogas juga dipergunakan masyarakat untuk memasak," ujar Deputy Manager Komunikasi PLN DJBB, Achmadsyah beberapa waktu lalu. 

Ya, penggunaan biogas dan minihidro untuk listrik di daerah yang susah terjangkau, akan menghemat pengeluaran warga sekitar sebesar Rp30.000. Dengan asumsi rata-rata pengeluaran listrik untuk daya 450 VA adalah Rp40 ribu sampai Rp60 ribu. Sedangkan biaya untuk operasional penggunaan biogas sekitar Rp10 ribu/bulan. 

Selanjutnya, instalasi energi mandiri yang telah menerangi sekitar 1285 kepala keluarga akan dikelola oleh Koperasi dan Badan Usaha Milik Desa. nantinya, warga yang menggunakannya akan dikenakan iuran sebagai biaya perawatan instalasi sesuai kesepakatan dengan koordinator desa setempat.

Saat ini tercatat sekitar 28 titik kampung energi mandiri yang telah dipasang baik instalasi biogas maupun mikohidro pada 28 titik, diantaranya berlokasi di Sumedang, Cianjur Selatan, Bandung Barat, Garut, Tasikmalaya dan Bogor.

Nah, dengan upaya-upaya yang dilakukan ini diharapkan dapat mengurangi fenomena alam yang disebut pemanasan global. Pasalnya, pemanasan global ini diakibatkan karena naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO2) dan gas-gas lainnya ke atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar yang berasal dari fosil misalnya minyak bumi, batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya.