Pertumbuhan Impor Ancam Surplus NPI - Cadangan Devisa Naik US$ 115,8 Miliar

Cadangan Devisa Naik US$ 115,8 Miliar 

 Pertumbuhan Impor Ancam Surplus NPI

 Jakarta--Bank Indonesia mengindikasikan adanya pertumbuhan impor dalam negeri yang cukup besar. Namun pertumbuhan impor ini didominasi oleh impor barang modal. Sehingga bisa mengancam neraca pembayaran Indonesia (NPI)."Pertumbuhan impor ini bukannya tidak baik, tapi konsekuensinya neraca pembayaran kita," kata Gubernur BI, Darmin Nasution di Jakarta,11/5

 Lebih jauh Darmin Darmin juga mengakui tingginya pertumbuhan impor dalam negeri ini bisa berdampak pada transaksi berjalan, terutama bisa mengikis surplus NPI. “terutama sisi transaksi berjalan, surplusnya makin habis," tambahnya.

 Namun demikian, kata mantan Dirjen Pajak ini, pondasi perekonomian nasional tetap kuat. Karena NPI hingga saat ini tetap sehat. “Secara keseluruhan neraca pembayaran kita tetap sehat karena transaksi modal atau finansial selalu besar 2 tahun ini,” ungkapnya.

 Menurut Darmin, setidaknya dalam kurun waktu satu pekan, cadangan devisa Indonesia kembali meningkat sekitar US$ 2 miliar. Pada 6 Mei 2011, jumlah cadangan devisa Indonesia meningkat menjadi US$ 115,8 miliar.  “Kalau diperhatikan, transaksi berjalan keseluruhan surplus selalu besar, itu menghasilkan cadangan devisa yang makin besar. Minggu lalu kalau tak salah, pada 6 Mei cadangan devisa kita US$ 115,8 miliar," jelasnya.

 Dikatakan Darmin, jumlah cadangan devisa yang besar ini sudah sangat memadai untuk menghadapi spekulasi dan risiko yang timbul akibat arus modal asing keluar (capital outflow). "Dengan demikian secara keseluruhan pondasi ekonomi kita kuat," imbuh Darmin.

 Selain itu Darmin mengatakan, saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah semakin seimbang. Jika pada 2008/2009 masih ditopang oleh konsumsi masyarakat, pada 2010/2011 ini turut ditopang oleh investasi dan ekspor.

 Ditempat terpiah, Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro mengakui pemerintah saat meraa berat untuk menggenjot penerimaan pajak hingga 14%.  Karena semakin meningkatnya pendapatan negara. Karena itu tahun ini tax ratio (rasio pajak) hanya bisa dinaikkan 0,9% saja. "Kalau 14% sangat berat, pokoknya berusaha nambah terus,” ujarnya.

 Namun, kata mantan Dekan FEUI ini, pemerintah tetap berupaya menargetkan diatas 12,1% hingga 13%. “Mudah-mudahan bisa di atas 12,1%. Kalau 13% berat karena kan PDB kita nambah terus. 6% maka pajaknya lebih cepat dari 6%," jelasnya.

 Sebelumnya, Kepala Biro Humas Bank Indonesia (BI) Difi A. Johansyah dalam rilisnya menyebutkan Bank Indonesia sepanjang triwulan I-2011 tercatat NPI mengalami surplus US$ 7,66 miliar, naik 15,78% dibandingkan periode yang sama di 2010 yang sebesar US$ 6,621 miliar. “Adanya tren penyusutan surplus transaksi berjalan sejak triwulan IV-2009, tertahan di triwulan I-2011. Akibatnya  membukukan surplus US$ 1,9 miliar, lebih tinggi dibandingkan surplus US$1,1 miliar pada triwulan IV-2010," katanya.

 Difi menambahkan transaksi berjalan maupun transaksi modal dan finansial memberikan kontribusi positif terhadap surplus tersebut. Sejalan dengan itu, jumlah cadangan devisa pada akhir triwulan I-2011 bertambah menjadi US$ 105,7 miliar atau setara dengan 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

 Menurut Difi, perbaikan kinerja transaksi berjalan tersebut lebih disebabkan oleh turunnya pembayaran pendapatan, khususnya bunga utang, dan pembayaran jasa travel terkait berlalunya musim haji yang keduanya bersifat musiman.

 Penguatan transaksi berjalan terhambat oleh penurunan kinerja neraca perdagangan barang karena tingginya impor minyak akibat penurunan produksi nasional dan peningkatan konsumsi BBM di tengah kenaikan harga minyak di pasar internasional.

 Berdasarkan data BI, transaksi berjalan di triwulan I-2011 tercatat surplus US$ 1,926 miliar, jumlah surplus transaksi berjalan ini turun dibandingkan triwulan I-2010 yang sebesar US$ 1,938 miliar. Sementara transaksi modal dan finansial mengalami surplus US$ 6,221 miliar. Naik dibandingkan triwulan I-2010 yang sebesar US$ 5,59 miliar. **cahyo

 

BERITA TERKAIT

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan NERACA Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (PPN/Bappenas) Suharso…

BUMN Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Geopolitik

BUMN Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Geopolitik  NERACA Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta perusahaan-perusahaan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan NERACA Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (PPN/Bappenas) Suharso…

BUMN Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Geopolitik

BUMN Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Geopolitik  NERACA Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta perusahaan-perusahaan…