Konsep Dapur Rumah ala Resto - Gudeg Pawon

Model dapur yang satu ini sangat unik. Meski jauh dari kata mewah, justru dengan kondisi yang sederhana tapi orisinal itulah Mbah Prapto (60) mampu mengundang orang-orang datang menikmati gudegnya. Masakan khas Yogya itu masih panas karena baru selesai dimasak dan masih berada di atas tungku dengan kayu bakar. Ada tiga tungku kayu bakar berjajar.  Satu, untuk memasak nasi, satu tungku untuk memasak gudeg, dan satu tungku lagi untuk memasak opor. Dua tungku di antaranya gandeng, terbuat dari batu bata, sedangkan tungku tungga  dari cetakan tanah liat  yang dibakar.  

Lantai dapurnya masih dari tanah, belum memakai ubin. Ada beberapa kursi dan meja di dapur tersebut untuk para tamunya. Model kursinya dan mejanya didominasi bahan kayu, tapi modelnya beagam. Maklum, dapur itu cukup luas, kira-kira berukuran 10x10 m2. Untuk tamu dapurnya yang banyak, Mbah Prapto pun menyediakan bangku-bangku dan meja panjang di emperan dapur.  

Itulah Gudeg Pawon yang terletak di Jalan Prof Soepomo, Janturan, Yogyakarta. Dapur itu ada di bagian belakang rumah induk yang menghadap ke jalan besar. Untuk menjangkau dapur itu, kita harus berjalan kaki dari samping rumah, sekitar 30 meteran. Tapi jangan sembarang waktu berkunjung ke ‘dapur resto’ itu. Sebab, Gudeg Pawon hanya buka pada pukul 22.30 WIB, tengah malam, di saat rumah-rumah para tetangganya mulai menutup jendela dan pintu sebagai tanda sudah masuk waktunya tidur. Waktu beroperasinya pun juga tak lama, sampai habis atau hingga menjelang subuh, mana yang lebih dulu.

Ada tiga hal yang menarik minat orang Yogya maupun wisatawan dari luar Yogya makan gudeg tengah malam di dapur bersihnya perempuan tua yang masih suka nginang (makan daun serih) itu. Pertama, kekhasan resto yang menempati dapur. Orang bisa melihat bagaimana si empunya sedang memasak. Kedua, kini orang mulai rindu pada bentuk dapur yang orisinal. Nyaris tak ada variasi agar menarik perhatian orang, kecuali tulisan ‘Gudeg Pawon Buka Jam 22.30 WIB yang dipasang di tiang. Tulisan ‘Gudeg Pawon’ berada di baris paling atas warna hitam dengan latar belakang warna kuning. Di baris kedua tulisan ‘Buka’ warna merah di atas putih, dan baris ketiga ‘Jam: 22.30 WIB berwarna hitam di atas putih. Papan nama itu berukuran sekitar 60 x 40 m2.  Ketiga, murah. (saksono)  

BERITA TERKAIT

Tak Hanya Hemat Listrik, AC DAIKIN Zeta Inverter Juga Mampu Mengeliminasi Virus dan Bakteri

  Tak Hanya Hemat Listrik, AC DAIKIN Zeta Inverter Juga Mampu Mengeliminasi Virus dan Bakteri NERACA  Jakarta - Membuka langkah…

Tips Pakar Keuangan & Properti Sulap THR Jadi Investasi Properti

NERACA Jakarta – Momen pembagian THR (Tunjangan Hari Raya) menjadi waktu yang tepat untuk merencanakan investasi jangka panjang, salah satunya di…

Tips Pakar Keuangan & Properti Sulap THR Jadi Investasi Properti

NERACA Jakarta – Momen pembagian THR (Tunjangan Hari Raya) menjadi waktu yang tepat untuk merencanakan investasi jangka panjang, salah satunya di…

BERITA LAINNYA DI Hunian

Tak Hanya Hemat Listrik, AC DAIKIN Zeta Inverter Juga Mampu Mengeliminasi Virus dan Bakteri

  Tak Hanya Hemat Listrik, AC DAIKIN Zeta Inverter Juga Mampu Mengeliminasi Virus dan Bakteri NERACA  Jakarta - Membuka langkah…

Tips Pakar Keuangan & Properti Sulap THR Jadi Investasi Properti

NERACA Jakarta – Momen pembagian THR (Tunjangan Hari Raya) menjadi waktu yang tepat untuk merencanakan investasi jangka panjang, salah satunya di…

Tips Pakar Keuangan & Properti Sulap THR Jadi Investasi Properti

NERACA Jakarta – Momen pembagian THR (Tunjangan Hari Raya) menjadi waktu yang tepat untuk merencanakan investasi jangka panjang, salah satunya di…