Ditopang 4 Pilar - ADB: 2013, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 6,6%

ADB: 2013, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 6,6%

NERACA

Jakarta - Indonesia diyakini masih dapat meraih pertumbuhan ekonomi 6,6% tahun depan. Ekonom Asian Development Bank (ADB) Indonesia Edimon Ginting mengatakan, kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi akan berasal dari pertumbuhan investasi dan belanja pemerintah di bidang infrastruktur, serta didukung oleh konsumsi domestik. Sektor-sektor itu mengimbangi dampak akibat melemahnya ekspor.

"Ada empat pilar penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan," katanya, Senin (17/12). Dia mengatakan, tahun depan konsumsi domestik masih memegang peran penting bagi pertumbuhan ekonomi. Dia memproyeksikan konsumsi domestik menyumbang sekitar 3% kepada produk domestik bruto (PDB).

Apabila sektor konsumsi kuat, lanjut Edimon, akan menggerakkan pilar berikutnya, yaitu investasi. "Indonesia tetap menjadi daerah yang menarik bagi negara lain. Indonesia menjadi negara keempat tujuan investasi," ujarnya. Menurut dia, Indonesia menjadi negara tujuan investasi keempat setelah Amerika Serikat, China, dan India.

"Ini juga didukung oleh pertumbuhan kredit domestik. Ini tidak hanya akan memberikan pertumbuhan sekarang tapi juga masa depan," tuturnya. Di sisi lain, Edimon juga mengatakan, pemerintah harus mendorong pembangunan infrastruktur yang sudah tumbuh 20%, walaupun diharapkan bisa lebih dari itu.

Kendala Logistik

Dengan pembangunan infrastruktur yang tumbuh tinggi itu, lanjut dia, akan menekan naiknya harga barang di Tanah Air. Selain itu, kendala infrastruktur juga dapat menurunkan daya saing ekonomi yang sebagian besar diakibatkan oleh lemahnya infrastruktur pelabuhan nasional.

"Sebanyak 70% aktivitas ekonomi pelabuhan di Indonesia masih ditopang oleh Tanjung Priok," kata Edimon. Kapal-kapal yang menjalankan roda perekonomian terlalu lama bersandar di laut lepas, hingga enam hari. Jika kapal lama bersandar di pelabuhan, maka biaya transportasi perusahaan akan sangat tinggi.

Kondisi pelabuhan Indonesia yang sangat memprihatinkan ini menyebabkan transportasi kapal dari dan ke luar negeri untuk Indonesia menjadi sangat mahal. "Akses kapal ke Indonesia Timur juga timpang," ujarnya. Ada beberapa tempat yang baru bisa menerima kapal setiap 19 hari sekali. Padahal, kapal menjadi andalan transportasi untuk Indonesia Timur.

Pembalikan Tren Ekspor

Sementara itu, menurut Edimon, meskipun tahun ini kegiatan ekspor-impor Indonesia mengalami defisit, tren itu tidak akan berlanjut hingga tahun depan. "Ekspor kita akhir tahun ini bisa tumbuh negatif 8% dari rekor tahun lalu. Setelah turun drastis, tidak mungkin lebih turun lagi. Tahun depan akan naik," terangnya.

Impor juga dinilai masih tidak mengkhawatirkan. Sebab, impor yang sifatnya investasi terbukti terus naik. Edimon mengatakan, pertumbuhan ekspor Indonesia yang negatif tahun ini telah menunjukkan tahap stabilisasi pada paruh kedua 2012 dan akan bangkit tahun depan seiring tarikan perbaikan ekonomi global.

"Yang paling memberi tarikan besar (dalam pemulihan ekonomi global) adalah AS. Di AS sudah terjadi pemulihan kepercayaan konsumen. Pasar properti yang selama ini dijauhi sekarang sudah ada pembeli. Pengangguran juga menurun. Ini menyebabkan profil AS lebih positif. Jadi ekspor kita akan membaik," tuturnya.

Pinjaman

Edimon juga mengatakan, sepanjang 2012, ADB sudah menyalurkan pinjaman kepada Indonesia sebesar US$ 370 juta.  Edimon memaparkan, dana sebesar US$ 70 juta untuk infrastruktur dan US$ 300 juta untuk reformasi memperbaiki konektivitas. Dia mengatakan, hingga 2014, ADB berkomitmen untuk menyalurkan pinjaman hingga US$ 1,7 miliar. Sebagian besar kredit tersebut bakal mengalir ke sektor infrastruktur.

Sampai saat ini, pinjaman ADB memiliki porsi 90% untuk proyek pemerintah dan 10 % swasta. Edimon menyebut bahwa bunga yang diberikan ADB ke pemerintah akan selalu lebih murah dibanding ke swasta. "Range sekarang tergantung Libor. Perhitungannya adalah berapa persentase Libor ditambah 0,2. Bila Libor 0,75%, jadi ADB memberi bunga 0,95%," katanya.

Sedangkan untuk bunga pinjaman ke swasta, Edimon mengatakan bahwa hal tersebut tergantung risiko. "Misalnya perusahaan bagus AAA, akan kecil risiko,” jelasnya. Dia berharap, pada 2020 ADB akan memberi pinjaman dengan porsi 50 % ke pemerintah dan 50 % ke swasta.

 

BERITA TERKAIT

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini NERACA Jakarta - Bangkok RHVAC 2024 dan…

Defisit Fiskal Berpotensi Melebar

    NERACA Jakarta - Ekonom Josua Pardede mengatakan defisit fiskal Indonesia berpotensi melebar demi meredam guncangan imbas dari konflik Iran…

Presiden Minta Waspadai Pola Baru Pencucian Uang Lewat Kripto

  NERACA Jakarta – Presiden RI Joko Widodo meminta agar tim Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan kementerian…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini NERACA Jakarta - Bangkok RHVAC 2024 dan…

Defisit Fiskal Berpotensi Melebar

    NERACA Jakarta - Ekonom Josua Pardede mengatakan defisit fiskal Indonesia berpotensi melebar demi meredam guncangan imbas dari konflik Iran…

Presiden Minta Waspadai Pola Baru Pencucian Uang Lewat Kripto

  NERACA Jakarta – Presiden RI Joko Widodo meminta agar tim Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan kementerian…