Miliki Kapal Sendiri - Pertamina Berusaha Tekan Biaya Transportasi

 

NERACA

Jakarta - PT Pertamina (Persero) menargetkan untuk memiliki 50% kapal yang berstatus milik sendiri demi meningkatkan efisiensi biaya transportasi minyak. Hal ini dilakukan dengan terus mempersiapkan pembentukan anak usaha baru di bidang perkapalan. Senior Vice President Shipping Pertamina Mochammad Yudhie RF menuturkan, saat ini perusahaan pelat merah tersebut memiliki 53 unit kapal milik sendiri dari total 187 unit kapal yang dioperasikan.

"Untuk itu, kepemilikan kapal terus ditingkatkan demi kepentingan efisiensi perseroan," katanya di kantornya, Rabu (12/12). Penambahan kapal diyakini mampu menggenjot efisiensi biaya transportasi minyak sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Pada akhirnya, efisiensi ini juga akan membuat harga jual minyak Pertamina semakin bersaing.

"Total biaya transportasi menjadi pertaruhan Pertamina dalam persaingan global bisnis hilir minyak dan gas," tutur Yudhie. Pertamina berkomitmen untuk mengedepankan kerja sama dengan mitra nasional untuk membangun kapal yang dibutuhkan perusahaan.

Menurut dia, untuk bisa masuk jajaran 20 industri perkapalan minyak bumi dan gas terbesar dunia, Pertamina harus didukung oleh armada dengan total tonase bobot mati mencapai 5 juta dead weight tonnage (DWT). Saat ini, Pertamina mengaku baru memiliki armada kapal dengan total tonase bobot mati mencapai 1,5 juta DWT.

Yudhie mengakui, Indonesia seharusnya bisa lebih unggul dibandingkan Malaysia dalam bisnis perkapalan migas. Negara tetangga itu memiliki perusahaan dengan nama Malaysian Internasional Shipping Corporation (MISC) Berhad dengan bobot lebih dari belasan juta DWT. Saat ini, pemimpin pasar industri perkapalan migas dunia dikuasai oleh perusahaan asal Jepang dengan kapasitas angkut mencapai 15 juta DWT.  "Ke depan, tahapan kami adalah bisa menyamakan bisnis perkapalan dengan perusahaan perkapalan lain," katanya.

Untuk mencapai target tersebut, lanjut dia, Pertamina mengaku membutuhkan pasokan kapal dengan kapasitas angkut cukup besar. Di samping bisa membawa beban lebih banyak, kapal ukuran besar juga dianggap memiliki nilai ekonomis lebih besar. "Tahun 2012 kita akan menambah 13 kapal. Tahun berikutnya enam kapal, 2014 empat kapal, dan 2015 tiga kapal," ujar Yudhie.

Komposisi kapal tersebut terdiri atas kapal dengan daya angkut 3.500, 7.000, dan 17.500 DWT. Yudhie menegaskan, kebutuhan kapal akan memprioritaskan pasokan dari dalam negeri. Pertamina memperkirakan bisa menghemat Rp800 miliar dari total beban biaya distribusi migas sebesar Rp9 triliun.

Sebagai informasi, untuk memperkuat armada perkapalan dan menjamin penguasaan rantai pasokan bisnis migas, Pertamina telah mengoperasikan tiga unit kapal tanker yaitu Kakap, Meditran, dan Gamnokora senilai US$78,8 juta.           

 

BERITA TERKAIT

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global NERACA Jakarta - Lahirnya undang-undang tentang Daerah Khusus Jakarta (UU DKJ)…

Pemerintah akan Bentuk Tim Proyek Kereta Cepat Jakarta " Surabaya

  NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan segera membentuk tim untuk proyek kereta…

Surplus Neraca Perdagangan Terus Berlanjut

  NERACA Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Maret 2024, Indonesia kembali surplus sebesar 4,47 miliar dolar AS,…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global NERACA Jakarta - Lahirnya undang-undang tentang Daerah Khusus Jakarta (UU DKJ)…

Pemerintah akan Bentuk Tim Proyek Kereta Cepat Jakarta " Surabaya

  NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan segera membentuk tim untuk proyek kereta…

Surplus Neraca Perdagangan Terus Berlanjut

  NERACA Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Maret 2024, Indonesia kembali surplus sebesar 4,47 miliar dolar AS,…